Part 14 : Riska Amelia.

1.8K 22 0
                                    

Aku melihat handphoneku dengan malas, menscroll layar handphone naik turun tanpa melihat apapun pada kolom Discovery instagramku. Seharusnya saat ini Ariel dan Eve sudah menyelesaikan pertunjukan mereka karena sekarang jam di layar handphoneku sudah menunjukan pukul 10 malam. Sebenarnya bukan hanya aku bosan menunggu sampai Ariel menghubungiku, namun karena saat ini Dhea masih saja berbicara panjang lebar mengenai film yang kami tonton. Bahkan sekarang topik yang ia bahas sudah melenceng kemana mana, aku hanya mengangguk dan sesekali memberikan kalimat iya padanya. Sejak tadi aku tidak memperdulikannya, entah dia tidak sadar atau memang dia terlalu positif.

"Eh kak Daniel, aku ke bawah dulu ya. Aku harus latihan nih..." katanya sambil bangun dari duduknya terburu-buru.

Aku melihat handphonenya mendapat sebuah panggilan entah dari siapa, Dhea tidak mengangkat panggilan itu namun ia menjadi begitu tergesa-gesa karenanya. Berkali-kali Dhea menengok handphonenya saat merapikan bawaannya. Ia menganggukan kepalanya sedikit dan tersenyum saat akan meninggalkanku. Aku menatap Dhea yang berlari menuju lift, ia menoleh ke arahku sampai saat lift sampai. Dhea nampak sedikit membungkuk seakan memberi hormat saat lift terbuka yang ternyata Amel keluar dari dalam lift itu. Ia berjalan menghampiriku dan duduk di bangku sebelahku. Keadaan di lantai ini sudah begitu sepi dan gelap, hanya bioskop ini saja yang terang.

"Mas Daniel, Ariel nungguin Eve dulu latihan. Mereka sepertinya pulang jam 11 atau paling lama jam 12 deh. Mereka udah bilang Om Ichwan buat jemput jam segitu" Kata Amel padaku.

"Wah trus gimana dong, gw nunggu di sini aja kalau gitu" balasku pada Amel.

"Aku temenin ya mas? Kasian aku kalo mas Daniel sendiri." Kata Amel padaku.

"Serius? Lu kan mau pulang. Gapapa kok." Balasku padanya untuk tak perlu menemaniku.

Amel tak menggubrisku dan mengeluarkan handphonenya. Sepertinya ia bersikukuh untuk menemaniku, ya setidaknya aku tak sendirian saat ini. Aku menoleh ke arah Amel karena merasa ia sedang mengarahkan HPnya ke arahku.

"Mas Daniel senyum dong." Kata Amel sambil memfotoku.

"Ngapain Mel?" Balasku bingung.

"Moto mas Daniel..." ia mengarahkan kameranya lebih terang-terangan kearahku sekarang.

Aku tersenyum tipis ke arahnya yang membuatnya tersenyum senang, lalu ia menggeser posisinya ke sebelahku dan mengarahkan HPnya untuk selfie bersamaku sambil duduk. Aku menuruti kemauannya dan mengambil selfie dengannya.

"Buat apasih Mel?" Tanyaku bingung.

Amel tak menjawabku dan nampak menekan-nekan handphonenya begitu serius. Tak berapa lama kemudian ia menunjukan handphonenya padaku.

"Nih, foto candid mas Daniel jadi background chat aku." Ia menunjukan Linenya padaku.

"Kalau selfie kita jadi home screen, lalu foto senyum mas Daniel jadi lock screen aku." Tambahnya sambil menunjukannya padaku.

"Buat apa Mel? Jangan ah nanti Ariel liat." Balasku karena aku merasa sangat aneh, dijadikan wallpaper oleh seseorang.

"Yo emane nyapo mas? Ariel liat juga ndak masalah kan?" Balas Amel padaku dengan wajah bingung.

"Eh gak, maksudku kan kita gak ada hubungan apa-apa." Balasku mencoba menjelaskan.

"Emangnya mas Daniel gak mau punya hubungan sama aku?" Ia membalasku dengan berpura-pura cemberut, wajahnya saat ini tak kalah menggemaskan dengan Ariel.

Aku tercekat mendengar kata-katanya itu. Aku merasa seperti sedang menerima sebuah pernyataan perasaan dari seorang wanita. Diperparah dengan fakta bahwa wanita itu adalah sahabatnya kekasihku sendiri. Aku menggaruk kepalaku kebingungan untuk menjawab Amel yang terus menatapku sambil cemberut.

Keep It As A Secret!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang