Part 2: Starting Point.

1.6K 24 1
                                    

"gede gak?" Ariel bertanya sekali lagi kepadaku, wajahnya yang begitu serius menatapku tajam.

"eeeh..." Aku bingung harus menjawab apa.

Ariel menggeser duduknya semakin mendekatiku, matanya tak melepaskan pandangan kearahku. Aku memperhatikan Ariel dari atas hingga ke bawah. Payudaranya yang tercetak begitu jelas, padat, bulat dan menggoda itu membuatku menelan ludah. Aku memperhatikan payudaranya beberapa detik hingga Ariel memukul kepalaku dengan bantal sofa.

"Yeeee mesum lo cupu!!" Ariel menutupi dadanya dengan tangan, ia mendengus kesal kearahku.

"eh sorry sorry gak gitu Ril" aku meminta maaf padanya.

"Gak nyangka gw Niel..." Ariel menatapku sinis.

"sorry Ril, ya gw kan lelaki normal kalo ditanya gitu pasti auto fokus" aku menunduk takut menatap Ariel.

"Hahahahahaha lucu banget deh lo panik gitu." Ariel tertawa terbahak-bahak.

"Hah?!" aku bengong melihat tingkah Ariel yang begitu menyeramkan tiba-tiba berubah menjadi tertawa.

Ariel tertawa-tawa hingga terbatuk, tawa yang begitu puas yang membuatku kebingungan. Ia pergi meninggalkanku di ruang tamu sendirian sambil tak menghentikan tawanya.

"Woy Ril, woy!" panggilku mencoba mencari jawaban darinya.

Pertanyaan Ariel tadi membuatku menjadi tak karuan, nafsu yang sempat memuncak tidak turun kembali. Penisku mengganjal sempurna di balik celana pendek yang kukenakan. Ariel berhasil membuatku pusing kepala atas bawah. Aku tidak sanggup menahan ini, Aku bergegas menuju kamar mandi untuk menyelesaikan masalah terbesar laki-laki ini.

"Aaahh sial!" maki ku kesal sambil membuka celanaku, mengeluarkan partnerku yang terkurung disana.

"aaahhh Riel!" aku mengocok penisku sendiri.

"iya gede, punya lo bulet Riel oooh! Empuk!" kumulai mengocok dengan cepat.

"aaaahhh pasti pink kan puting lu. Aaaaah sini gw isep biar sama sama enak uugghh!" aku membayangkan mencicipi tubuh Ariel yang indah itu.

Aku berfantasi membayangkan Ariel yang sejak tadi pagi membuatku panas dingin. Payudaranya itu benar-benar membuatku menggila, hingga membuatku membayangkan sepupuku sendiri. Ariel membuatku gila. Bahkan saat ini aku seperti mendengar suara Ariel.

"Niel!" Suara Ariel mengiang di kepalaku.

"Iya Riel!! Aaahhh!!" Aku semakin mempercepat kocokanku.

"Cepet! Niel cepet!" suaranya yang menyuruhku lebih cepat, tanpa sadar tanganku semakin mengocok dengan cepat.

"Cepetan Niel, Keluar!" kembali suaranya membuatku menggila.

"Iyaaaarrghhhh keluaaaar, banyaaak!! Ooouuuuhhhh Arieeel!!!" Aku mendesah panjang bersamaan dengan penisku menyemburkan isinya.

Aku membayangkan tubuhnya berlumuran spermaku. Wajahnya yang manis menjadi lengket, bibirnya yang lebar dan menggoda di penuhi cairan cinta dariku, payudaranya kukotori dan lubang kenikmatannya yang kupenuhi dengan benih-benihku. Aku terkulai lemas di lantai kamar mandi dengan sperma yang masih menetes.

"Niel!!" Aku kembali mendengar suara Ariel di telingaku, tapi ini benar-benar terdengar sangat jelas.

"Niel bantuin nyokap turunin belanjaan!!" Ariel kembali berteriak dan kini menggedor pintu kamar mandi.

"Eeeeh iyaaaa. Tunggu sebentar!!" balasku kalang kabut sambil membersihkan sisa masturbasiku dan bergegas memakai celana.

Aku membuka pintu kamar mandi dan mendapati Ariel yang berada di luar kamar mandi. Ia melipat kedua tangannya di dada dan menatapku sebal. Ia kemudian menarik tanganku ke depan, menunjuk mobil untuk menyuruhku membantu Tante Clarissa.

Keep It As A Secret!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang