Mereka berangsur-angsur menjadi terbiasa satu sama lain
Jam jaga Jaehyun sering berubah seperti tren fashion- tanpa rima atau alasan apa pun. Jadi dia selalu di rumah pada jam-jam yang tidak terduga. Sedangkan Taeyong memiliki jadwal yang tetap untuk sebagian besar harinya. Dia akan pergi pada pukul 8 pagi untuk masuk kelas dan kemudian bekerja beberapa jam di perpustakaan kampus, yang memberinya waktu untuk belajar. Kemudian dia akan bekerja di toko serba ada terdekat selama beberapa jam lagi. Dia akan tiba di rumah pada pukul 9 dan membuat makan malam dan Jaehyun akan tiba di rumah jam 10 jika dia tidak ada shift. Kemudian mereka akan makan malam bersama disertai jeda percakapan yang nyaman. Setelahnya mereka akan berpisah ke kamar masing-masing dengan ucapan selamat malam.
Tak satu pun dari mereka yang berani memulai apa pun lagi.
Sentuhan mereka tidak lebih dari apa yang pantas, tidak ada tatapan yang berkepanjangan atau berlebihan. Mungkin rasanya tidak pantas untuk merusak pertemanan yang baru dibangun. Jika mereka bisa menyebutnya pertemanan.
Meskipun terkadang Jaehyun terbangun di tengah malam untuk mengambil segelas air dan dia melihat lampu masih menyala di kamar Taeyong. Itu mengingatkannya pada hari-hari kuliahnya yang mengerikan ketika dia harus menghadapi panggilan selama dua puluh empat jam dan belajar untuk ujian pada saat yang sama. Dia bahkan terkejut dia berhasil melewati fase itu. Dia merasa merupakan teman yang lebih lemah. Tapi Hansol-lah yang telah meninggal.
Jaehyun tidak suka memikirkan temannya yang sudah meninggal di malam hari.
Malam adalah waktu yang mengerikan untuk berpikir apapun. Itu membuatnya terlalu rentan.
Dia merasa dia harus menyuruh Taeyong untuk tidur dan istirahat. Anak itu sudah punya dua pekerjaan dan belajar dengan sangat keras. Tapi Jaehyun ketika di awal usia dua puluhan juga mengabaikan nasihat yang sama persis tujuh tahun lalu. Dia telah melewati shift brutal tanpa makan atau tidur atau bahkan toilet. Jaehyun berjalan ke pintu Taeyong dan menempelkan telinganya ke kayu. Dia mendengar suara ketikan keyboard; mungkin Taeyong sedang menyelesaikan esai atau powerpoint atau semacamnya.
Jaehyun tidak tahu apa-apa tentang hukum, tetapi dia cukup tahu untuk mengetahui bahwa itu sangat sangat sulit, mungkin tidak sesulit sekolah kedokteran, tetapi tampaknya melibatkan banyak membaca dan menghafal dan mencerna seperti makan malam tadi.
Dia tidak berpikir banyak sebelum dia mengetuk pintu Taeyong.
"Masuk."
"Kau belum tidur?" Dia bertanya, bersandar di ambang pintu, terlalu takut untuk mendekat. Taeyong melepas earphone-nya, sepertinya dia mendengarkan lagu-lagu EDM trap itu lagi. Mungkin karena suaranya sangat keras dan menyebalkan sehingga membuatnya tetap terjaga.
"Sedang banyak tugas. Para dosen sangat baik tahun ini." Taeyong mengatakan kata 'baik' dengan sarkastik.
"Aku mengerti perasaanmu. Kau pikir kehidupan setelah SMA lebih mudah ya?" Jaehyun tertawa kecil.
"Hyung... apakah kau disini untuk sesuatu?" Taeyong bertanya dengan lembut, matanya mencari-cari di wajahnya untuk sesuatu.
"Tidak juga... Kenapa kau bertanya?" Dia bertanya sebelum akhirnya mengerti makna tersembunyi yang dimaksud. Jaehyun harus mengakui, dia merasa sedikit bingung dengan pertanyaan yang diberikan.
"Oh...tidak. Sebenarnya aku mencoba memuaskan jenis rasa haus yang berbeda. Tapi aku melihat lampu kamarmu masih menyala jadi kupikir lebih baik mengecek keadaanmu. Tapi, terima kasih atas tawarannya." Jaehyun menunjukkan gelas air yang ia bawa.
"Telingamu memerah," Taeyong berkata, senyum di sudut mulutnya.
"Bukankah kau seharusnya.. entahlah.. bercinta dengan orang yang seumurmu? Aku yakin ada banyak wanita.. dan pria yang sama-sama menganggapmu seksi." Jaehyun berkata tanpa banyak berpikir, tiba-tiba merasa malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spring (jaeyong) [12/13]
FanfictionJaehyun, seorang dokter biasa di salah satu rumah sakit Seoul bertemu dengan Taeyong, si 'college bad boy'. cover pic by: peach boy