chapter 7

340 52 15
                                    

"Kita harus pergi berbelanja." Kata Jaehyun pada sore hari berikutnya sambil mengaduk gula batu terakhir ke dalam tehnya.

"Sekarang?" Tanya Taeyong.

"Yah, tidak setiap hari aku punya waktu luang untuk membeli bahan makanan seperti sereal dan susu..."

"Dan telur. Kita sudah kehabisan telur."

"Kau tau secara spesifik bagaimana aku menyukai telurku; cangkangnya putih pudar dan kuning telurnya seperti matahari." Kata Jaehyun rumit.

"Kenapa aku merasa kau sedang mengejekku?"

"Bukan mengejek! Menggoda." Jaehyun tersenyum sembari memandang cangkir tehnya.

Mereka pergi berbelanja bahan makanan di tempat yang berbeda dari biasanya karena Jaehyun harus memilih setelan jas dari penjahitnya untuk acara amal yang diselenggarakan ayah Irene, yang sejauh ia ketahui, Irene masih perlu pasangan bohongan untuk dibawa. Sebenarnya, bahkan Jaehyun sendiri pernah menjadi teman kencannya, tetapi kemudian dia ketahuan oleh ayahnya Irene setelah dia dengan mabuk mengakui putrinya telah menipu staf rumah sakit lainnya untuk membodohinya. Irene tidak berbicara dengan Jaehyun selama berbulan-bulan setelah itu.

Tanpa disadari Taeyong masih tidak curiga dengan rencananya sehingga cukup mudah untuk membawanya ke toko pesanan khusus, kantong plastik, dan sebagainya. Toko itu masih relatif baru tetapi Jaehyun sudah mengenal penjahit sejak lama, karena penjahit Jin, telah menjadi pasiennya tiap ia butuh ke dokter. Bel kecil di atas pintu berdenting saat Jaehyun masuk.

Jin sedang menggambar pola pada wol biru. Dia memiliki bantalan peniti di pergelangan tangannya dan pita pengukur di lehernya; seperti biasa ia mengenakan setelan rapi, lengkap dengan saku sutra terselip di saku dadanya.

"Dr. Jaehyun." Dia tersenyum, segera menjatuhkan kapur penjahitnya dan berjalan ke arah Jaehyun untuk menjabat tangannya

"Panggil Jaehyun saja, dan ini.. uh.. temanku, Taeyong."

"Senang bertemu denganmu, Tuan Jin?" Taeyong berkata dan Jin membalasnya dengan senyum sopan.

"Apa yang bisa aku bantu untuk kalian berdua malam ini?"

"Uh, aku ingin mengukur setelan jasku dan Taeyong membutuhkan jas.." kata Jaehyun sembunyi-sembunyi sambil menepuk punggung pria yang lebih muda dengan polos.

"Aku? Aku butuh?" Taeyong tampak bingung dengan ucapan Jaehyun.

"Untuk kompetensi debat!" Jaehyun menjawab cepat, menyenggol lengan Jin, "Dia mahasiswa hukum di SNU."

"Ah! Mengingatkanku pada masa kuliahku sendiri.. Tidak banyak anak laki-laki di kelas saya, tetapi para gadis tersandung rok mereka karena- "

"Kapan itu? 1899?" Jin mengabaikan godaan Jaehyun tentang usia tuanya dan terus mengoceh.

"-Terutama karena mawar yang aku sulam itu ada di baju F-L-E-E-K."

"Apa dia baru saja mengatakan fleek? Apa itu? Sebuah istilah dunia baru?" Jaehyun berbisik pada Taeyong.

"Itu seperti-"

"Sangat megah!" Jin berkata heboh sebelum Taeyong menyelesaikan kalimatnya.

"Tadinya aku akan bilang keren ... tapi kurasa itu bisa juga." Taeyong mengangkat bahu saat Jin tersenyum bangga sebelum membawa Jaehyun ke ruang pas di belakang. Dia mengambilkan jas untuk Jaehyun dan terus melakukan penyesuaian disana-sini untuk membuatnya lebih pas.

"Kau memiliki koleksi pakaian siap pakai, kan?"

"Tentu saja." Jin mengangguk sambil menjepit kain di bagian belakang jas itu.

Spring (jaeyong) [12/13]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang