*****
HAPPY READING!
*****
Xella dkk serta Stefani, dan Aurel melangkah tanpa memperdulikan orang orang yang menatap mereka dengan berbagai macam tatapan. Arse merapatkan topinya kala mereka berjalan tepat di depan Arsen dkk.
Arsen dkk menatap mereka aneh, pasalnya mereka menggunakan marga yang sama dengan sekolah yang menandakan mereka pemilik atau anak dari pemilik sekolah.
Namun, pencerminan dari pakaian mereka tak sesuai dengan aturan yang ada. Baju acak acakan, dasi yang tak di pakai, sepatu berwarna, rambut yang di cat, serta aksesoris yang terkesan preman.
Chris, sahabat dari Arsen dkk menghadang jalan rombongan Xella dkk. "Kalian pemilik sekolah?"tanya Chris langsung.
Xella dkk saling tatap. "Kenapa nanya gitu?"tanya Luna datar.
"Marga kalian." Chris menunjuk nama yang tertera di baju bagian kanan seragam.
"Kalo udah tau kenapa nanya?" Missell memutar bola mata malas.
Chris, lelaki itu menggaruk tengkuknya binggung. "Baju kalian bad banget,"
"Terus masalah?"tanya Niel melipat tangannya di depan dada.
"Gak salah sih, tapi harusnya kalian patuhi peraturan yang telah kalian buat sendiri."sela Elsen dari belakang Xella dkk. Lelaki berwajah blasteran Cina Korea itu melangkah maju dan berdiri tepat di samping Chris dengan membawa segelas minuman.
Elsen tersenyum. "Seharusnya kalian hargai kami. Kami tidak pernah melanggar aturan yang sekolah buat. Dan kalian? Pemilik sekolah melanggar aturan sekolah kalian sendiri." Elsen menghabiskan minuman di tangannya lalu membuang gelas kosong itu ke tempat sampah.
"Gue bukan sok, tapi itu lah apa adanya. Gue bukan mau ikut campur, hanya saja begitu lah gue. Gue sebagai ketua OSIS suka keadilan dan ketertiban. Disini tak ada siswa atau siswi yang di istimewa kan."
Xella memutar bola mata malas. "Yaudah kalau gitu gue hapus aja peraturannya. Guru aja enggak masalah, kenapa kalian yang masalah sih?"
"Lo percuma minta kita untuk berpakaian rapi. Dalam kurun waktu 5 menit pasti baju kita akan acak acakan lagi. Jadi gue minta jangan ikut campur. Kita masuk sekolah aja masih syukur tau gak."
Xella menunjuk dada Elsen lalu mendorongnya pelan. "Di sekolah lama kita dulu, kita hanya masuk 10 kali dalam 1 semester. Masih untung kita disini enggak gitu."
"Lo belum tau kita, jadi lebih baik diem aja." Xella tersenyum sinis lalu berlalu pergi di ikuti Gelano Family, Stefani, serta Aurel.
"Mereka enggak bakal bisa di atur kak, mending kita ngurus murid lainnya. Lagian wajar karena mereka itu pimilik sekolah, enggak ada yang bakal larang."ucap Elson yang baru datang.
Elsen memandang saudara kembarnya lalu mengangguk. "Ya kamu bener, mereka enggak bakal bisa di atur."
Chris menatap 2 saudara kembar identik itu. "Kalian sebagai KeTos sama WaKeTos yang sabar ya. Gue tau kok rasanya."ucapnya sok mendramatis.
"Hilih, sok sok-an tau, padahal tau aja kagak!"cibir Vari sinis. Lelaki bermarga Jordan itu melangkah pergi di susul Arsen dkk (-Chris).
"EH ANJIR TUNGGUIN!!"teriak Chris melambaikan tangannya. "Bro gue pergi dulu ya!" Chris langsung berlari menyusul Arsen dkk.
Elsen terkekeh melihat itu. "Coba aja kita punya temen, pasti kita juga begitu."ucap Elsen sendu. Semenjak kematian 3 sahabatnya akibat kecelakaan, tak ada yang mau berteman dengan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil In My Life
Acak"Aku bukan mainan kalian yang bisa kalian buang dan pungut kembali jika kalian menginginkannya!" -Doxella Putri Gelano. "Aku bukan bank kalian, dimana saat kalian membutuhkan uang kalian bisa mendatangi ku!" -Justin Ryando Allegard. "Aku manusia, bu...