Aku terbangun ketika ada panggilan masuk. Nama Kal tertera disana.“Hmm.”
“Lir, lo sibuk gak hari ini?” kata Kaldera tergesa.
“Rencananya mau nyelesaiin rough cut sih. Why? Terus rapat” sahutku sambil menguap.
Rough cut itu semacam potongan-potongan vidio yang masih kasar.
“Mau bantu gue nggak? Ntar gue traktir barbeque.” katanya membuatku terbayang daging-daging panggang yang enak. Astagaaa, nikmat mana lagi yang kau dustakan.
“oke, tapi yang kemarin masih berlaku kan?”
“Eh tapi bantuin apa dulu nih?”. Lanjutku.
“Gue mau mintol jagain adek gue-”
“Emang, temen-temen lo kemana Kal? Sampe minta batuan gue. Nggak punya temen ya lo? Lo kan nyebelin. Nggak heran sih kalau nggak punya temen. ” selaku sebelum Kaldera menyelesaikannya ucapannya. Pasalnya Kaldera itu hampir nggak pernah hubungin Aku, bahkan bisa dibilang nggak pernah sekalipun. Terus sekarang tiba-tiba telfon dan minta tolong kan aneh jadinya. Orang chating aja nggak pernah.
“Aish, lo dengerin gue dulu makanya.” timpal Kaldera kesal.
Aku memutar bolamataku, “Hmmm.”
“Iya yang kemarin juga. Gue mau ke Bandung jemput nyokap. Jadinya adik gue sendiri. Gue mau minta tolong lo temenin adik gue bentar di RS. Temen gue pada sibuk tadi udah gue hubungin, pada nggak bisa.” Kaldera menghela napas, “Sudah puas sama jawaban saya Nyonya?”
Aku tertawa, “Sudah tuan, tapi INGAT tidak gratis yaaaaaaa.” Aku terkekeh lagi. Bayangin wajah Kaldera menahan amarah.
Siap-siap gue porotin Kal. Batinku.
“Buruan lo mandi langsung kesini!!”
Aku menghela napas, sebenarnya malas sekali tapi demi makanan, “Iyaaa. Gue bawa kerjaan yaa.”
Dia hanya berdeham.
Tut tut.
Aku melompat dan mengepalkan tanganku keatas, “Yeay, makan gratis”. Aku melempar tubuhku lagi keatas kasur, "Huhh malasnya mau mandi.”
***
Salah satu ruang di rumah Produksi Fitri film masih terang. Mana lagi kalau bukan yang aku tempati, ruang editor. Ya setelah jatah sutradara dan para rekannya untuk membuat vidio yang bagus sekarang gantian para editor yang bekerja keras merangkai vidio dan membuatnya hidup juga bisa dinikmati. Meski shooting nya belum selesai tapi editor memang sudah bekerja. Menyicil agar pekerjaan tidak menumpuk dan masih bisa dilakukan take ulang jika ada kesalahan fatal dalam pengambilan vidio.
“Mba gue pulang dulu ya? Udah ada janji sama pacar soalnya.”
Aku acungkan jempolku pertanda setuju pada Rizki. Rizki ini salah satu asistenku. Kebanyakan memang kerjaan aku yang handle karena kalau dihandle banyak orang aku suka bingung.
Paling aku minta bantuan kalau emang butuh banget dan bisa dibilang para asistenku itu makan gaji buta. Seperti saat ini punya dua asisten tapi pada sibuk pacaran dan tetek bengeknya. Aku ditinggal di Rumah produsi sendiri. Mana aku nggak punya pacar lagi.
“Lir, jadi nggak?”
Aku menoleh, ternyata Kaldera disana, didepan komputer ku. Setelah empat hari yang lalu aku nemenin adiknya Kaldera akhirnya tiba juga hari makan gratisku. Tadi siang aku sudah dihubungi Kaldera buat bayar janji traktirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Need a Partner
ChickLitSeumur hidup Alira sampai usianya 25 tahun belum pernah merasakan yang namanya pacaran. Bukan tidak laku, hanya saja dia tidak tertarik. DULU. "Lo nggak bosen hidup sendiri?" pertanyaan itu yang sering terlontar ketika dia kemana-mana sendiri. Baga...