Aku meraih ponselku diatas nakas samping tempat tidur. Weekend gini enaknya nonton film. Tapi karena teman-teman ku punya gandengan semua aku jadi nggak ada yang ngajakin hang out. Dosa nggak sih kalau aku doain teman-teman ku putus sama pacarnya?. Tapi jangan!. Kata orang doa kita akan balik lagi ke kita.Selesai mandi, aku ganti baju lalu makeup tipis. Bersiap jalan-jalan sendirian di Jakarta pagi ini. Anggap saja me time. Padahal kerjaan belum kelar tapi karena jari-jari ku masih pegel pegang mouse dan mataku masih bosen liat rentetan scene jadinya aku keluar saja. Biar nggak kero ini mata.
*Kero=Semacam juling
Aku masukkan laptop tipisku kedalam Tote bag. Jaga-jaga nanti boring di tempat makan karena sendiri. Jadi bisalah edit dikit-dikit. Hah, nasib jomblo, kemana-mana sendiri, apa-apa sendiri.
Aku pasang headset ku yang terputar lagu skuter. Mulai menaikki motor matic teman jalan-jalan ku. As usual, Jakarta tetaplah ramai meskipun weekend begini.
Di persimpangan jalan bunyi klakson mobil memekakkan telingaku.
Tin tin tin.
Perasaan jalanku sudah benar, aku juga sudah dipinggir tapi klaksonnya tidak juga berhenti. Mobil itu malah ikut memelankan lajunya.
Sejenak aku was was sebelum kaca jendela mobil dibuka dan ada kepala melongok dari sana, “Heh jomblo mau ikut kagak?” teriak pemilik kepala itu.
Kalian tahu itu siapa?
Ya, dia Erlang alias Erlangga pemain utama di film yang aku garap. Aku menghentikan motorku ditempat yang sekiranya tidak terlihat polisi. Takut kena tilang soalnya tempat pemberhentian masih jauh didepan. Mobil itu ikut berhenti, aku menghampiri jendelanya dengan motorku.
“Terus motor gue gimana Lang?”
“Tinggal sini aja-”
“Enak aja lo kata. Motor kesayangan nih. Kalau ilang gimana?” potongku.
“Iyalah motor satu-satunya, makanya kesayangan.” celetuk orang dari dalam mobil. Entah siapa itu tak terlihat tampangnya.
“Ra, lo liat Indomaret itu?” Erlang menunjuk Indomaret dengan telunjuknya, “Nah lo taro sono motor lo, terus tinggal ntar gue minta orang buat ambil.” Mataku berbinar menatap Erlang. Akhirnya masih ada orang baik yang mengajakku jalan di weekend ku yang sangat sepi ini.
“Tidak jadi jalan sendiri, yeaaay. Huhuy.” Gumamku senang. Senyumku terus mengembang semakin lebar saat kubuka pintu mobil dan melihat Kaldera disana.
Sasaran tinjuku ada disini, “Kenapa Ra senyum lo?” tanya Erlang dari jok depan penasaran.
Kaldera menatapku penuh ancaman. Sepertinya dia paham maksud tatapanku.
Dengan ini aku mendeklarasikan diri bisa mengancam Kaldera sesuka hati. Dan bisa memerasnya. Hahahahaha. Tunggu aja Kal.
“Halo everybody, how are you today?” tanyaku setelah duduk dijok tengah samping Arsa dengan semangat. Arsa ini juga pemain film yang sedang aku garap.
“Wah jomblo satu ini semangat bener.” celetuk Bang Teguh yang ternyata ada dikursi kemudi.
“Wah, Bang Teguh satu ini ada disini.” timpalku dengan nada sama seperti yang diucapkan bang Teguh.
Mereka semua tertawa. Menertawakan aku lebih tepatnya. Akhirnya dihari minggu ini aku bisa bikin orang lain tertawa.
Bang Teguh melirikku dari spion tengah, “Ra progresnya udah seberapa?”
“Aelah bang, WEEKEND ini. WEEKEND! Nanyain progres mulu.”
“Loh editor film harusnya paham dong nggak ada kata weekend buat project.” kata bang Teguh lagi kali ini dia menoleh sekilas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Need a Partner
ChickLitSeumur hidup Alira sampai usianya 25 tahun belum pernah merasakan yang namanya pacaran. Bukan tidak laku, hanya saja dia tidak tertarik. DULU. "Lo nggak bosen hidup sendiri?" pertanyaan itu yang sering terlontar ketika dia kemana-mana sendiri. Baga...