IV. KEHILANGANNYA

7 0 0
                                    

"Bagaimanapun keadaannya, jika sudah takdir yang tidak sakit pun akan tetap mati jika Allah sudah menghendaki. Kita sebagai hamba-Nya hanya bisa ikhlas,sabar dan tawakal dalam menghadapi semuanya,"

Just For You

Happy reading🍂

####

Rumah Sakit Budi Utomo
Bandung, Indonesia

06.45 WIB

Di ruangan rawat Renata hanya ada Farel seorang, duduk didekat brankar Renata sambil memegangi sebelah tangan Renata yang tidak diinfus. Sesekali menghela nafas pendek. Farel bahkan belum berganti pakaian sejak siang kemarin. Seragam sekolah masih melekat ditubuhnya, Farel takut untuk meninggalkan Renata sendirian. Makan pun ia lupakan hanya untuk menjaga Renata, gadis nya.

Tiba-tiba tubuh Renata kejang-kejang, "Ren, Ren, Renataaaa." Seketika ia panik, segera ia memencet tombol merah memanggil dokter. Tak butuh waktu lama dokter pun datang dan langsung menangani Renata.

Farel gelisah ditempat. Apa sudah waktunya? Jika benar, tolong beri ia rasa ikhlas yang besar. Kehilangan seseorang yang sangat berarti baginya adalah hal yang sangat menyakitkan.

"Maaf kak, silahkan tunggu diluar," ujar perawat kepada Farel.

Farel keluar ruangan dengan perasaan campur aduk. Gelisah, cemas, khawatir semuanya ia rasakan. Air mata yang sedari ia tahan pun akhirnya keluar juga.

"Tolong bertahan sebentar lagi Ren," katanya lirih.

"Aku gagal menjadi penjaga buat kamu selama ini, aku gagal." Ia terduduk didepan pintu ruangan sembari terisak pelan.

"Ada apa ini, nak?" Ucap seseorang yang sangat begitu khawatir melihat anak nya terduduk lemas.

"Bunda," Farel mendongak melihat yang berbicara kepadanya. Iya, itu adalah Bundanya. Arini Magdalena Dermawan.

Farel memeluk Arini sangat erat "Farel, takut Bunda," gumam Farel sangat pelan, hanya bisa didengar oleh Arini.

"Jangan takut nak, Bunda ada disini. Apapun yang kamu pilih, itu yang terbaik." Ujar Arini lembut. Melihat putra semata wayangnya menangis, membuat hati Arini teriris. Begitu berharganya Renata di hati Farel.

"Apa kamu sudah menghubungi keluarga Renata, sayang?" Tanya Arini.

"Belum,"

"Segeralah kabari mereka, karena Bunda hanya bisa membantu setengahnya. Yang lebih hak disini hanya kedua orang tua kandungnya." Jelas sang Bunda sembari mengelus puncak kepala Farrl.

Farel hanya mengangguk, ia akan mencoba menghubungi orang tua Renata lagi. Jika tidak bisa dihubungi terus menerus, akan ia pastikan kedua orang tua Renata tidak akan bisa melihat anaknya lagi.

Pintu ruangan terbuka, Dokter yang tadi menangani Renata keluar bersama perawat tadi dan...
.
.
.
.
.

Brankar Renata.

Farel berdiri menghampiri dokter tersebut. "Kenapa ini dok?" Tanya Farel khawatir.

"Maaf, kami harus membawa pasien keruang ICU, karena kondisi nya sangat memprihatinkan,"

JUST FOR YOU (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang