V. BELUM SIAP

12 0 0
                                    


Awal mulai.

Nghokey

H A P P Y R E A D I N G🍂

***

Banyak hal yang harus direlakan didunia ini, terutama tentang perpisahan. Perpisahan adalah luka yang paling berat untuk disembuhkan, tapi luka perpisahan akan sembuh seiring berjalannya waktu. Hanya bagaimana kita nya saja yang menyikapinya. Entah dengan teman, ataupun seseorang yang akan menggantikan posisi tersebut.

Begitupun dengan Farel, pagi ini ia berjalan lemas dikoridor sekolah, dengan seragam khas lengkap anak SMA dan tas yang menyampir dibagi sebelah kanannya. Tidak ada sapaan hangat yang biasa ia lontarkan. Ia menjadi dingin semenjak kepergian kekasihnya. Garis wajah yang sangat datar dan tatapan elangnya.

"Pagi, Rel." Sapa seorang siswi bername tag Safana Defani, gadis cantik dengan rambut hitam legam terurai. Safana dikenal dengan gadis yang sangat anggun dan kharisma. Sudah tak aneh lagi jika Safana menyukai Farel. Sehinggal seluruh murid di SMA Gema Bangsa ini tidak ada yang tidak tahu.

"Hmm," Farel hanya membalas dengan deheman. Malas sekali ia meladeni Safana, Safana memang cantik tapi lebih cantik Renata, kekasihnya. Aissshh Renata lagi, Ia harus bisa mengikhlaskan kepergian Renata. Bagaimanapun itu ia harus bisa. Semoga

Safana tersenyum paksa. Tidak biasanya Farel tidak membalas sapaannya, terlebih Farel terkenal dengan ke friendlyan nya terhadap makhluk bawel seperti kaum hawa. Ia jadi penasaran ada apa dengan Farel hari ini. Wajah yang sangat datar dan kaku.

Farel melangkahkan kakinya menuju kelas tetapi Safana tak tinggal diam ia harus menanyakan ada apa Farel hari ini?. Safana menyekal tangan Farel yang dihempaskan begitu saja oleh siempu nya.

"Apaan sih.!" Ucap Farel dengan ketus dan dingin

Nyali Safana menciut seketika, tetapi harus ia lawan rasa takutnya.

"Kamu kenapa? Sakit?" Tanya Safana.

"Gak,"

"Terus, kenapa?" Tanya Safana sekali lagi.

"APA ADA HUBUNGANNYA SAMA LO, KALAU EMANG GUE BENERAN LAGI SAKIT, HAH!" Bentaknya dengan keras, sehingga siswa-siswi yang mendengar itupun terkejut. Terutama Safana yang didepannya. Safana berjengkit kaget saat mendengar nada bentakan dari Farel. Mata Safana berkaca-kaca. Perempuan mana yang kuat jika dibentak?

"Aaa-ku cu-ma mau taa-nya sa-ma kamuu," ucapnya terbata-bata.

Farel pun menyadari jika ucapannya tadi terlanjur kencang. Sehingga Safana takut, tapi tak apa lebih baik begini.

"Gue peringatin sama lo, gak usah ikut campur urusan gue. Mau gue sakit atau apa kek. Itu bukan urusan lo. Ngerti?!"

Safana hanya menganggukkan kepalanya. Ia takut akan tatapan Farel yang sangat mengintimidasinya

"Bagus, kalo lo ngerti," balasnya cuek.

Farel meninggalkan Safana yang mulai menangis begitu saja dan meneruskan langkahnya menuju kelas.

Melati melihat dan mendengar mereka, menggelengkan kepalanya prihatin terhadap Safana. Apa ia juga bakal seperti itu? Karena memang dia sangat mengagumi Farel. Tapi tidak ada yang tahu ia mengagumi Farel. Semoga saja tidak akan ada yang tahu.

"Safana yang cantik dan anggun aja ditolak, apalagi gue yang cuma kentang goreng," batinnya prihatin.

Melati segera melanjutkan langkahnya untuk memasuki kelas XII IPA 3 dan bertemu dengan sahabatnya.

JUST FOR YOU (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang