II. PERCAKAPAN

22 2 2
                                    

HAPPY READING🍂


Sesampainya di Rumah Sakit, Farel langsung menuju ruang dimana Renata di tangani.Terlihat di dalam ruangan itu Wajah gadisnya begitu pucat pasi, tak tega melihat itu semua, ia hanya bisa mendoa kan yang terbaik untuk kekasihnya.

Cklek

Seorang pria paruh baya yang di kenal dengan Dr. Ilham Arifin. Dokter spesies ahli ginjal yang sudah 1 tahun belakangan ini merawat Renata seperti anak nya itu keluar dari ruangan. Sesekali menghela nafas lemah.

Farel yang melihatnya pun bertambah khawatir saat dokter itu menunjukan raut cemas.

"Bagaimana keadaan Renata dok? Apa ada perkembangan?" Tanya Farel cemas.

"Seperti yang kamu tahu sebelum nya. Renata sudah di vonis gagal ginjal stadium akhir, dan keadaan nya tambah parah dari bulan lalu. Kita harus relakan dia pergi, Rel. Bagaimana dia hidup normal hanya dengan mengandalkan satu ginjal? Kita hanya bisa berdoa semoga Allah memberikan yang terbaik." Dokter Ilham menepuk pundak Farel memberikan semangat. Yang dibalas anggukan oleh si empu nya.

Apa yang selama ini ia takuti akhirnya terjadi. Akahkan ia bisa kehilangan sosok yang selama ini selalu menemani nya dikala tidak ada seorang pun yang bisa di ajak bercerita tentang keluh kesah nya. Hanya dia Renata Adinata. Seorang gadis yang sangat cantik. Yang selalu menerima apa ada nya. Gimana pun keadaan nya Renata selalu ada di samping nya. Men support nya,menyayangi nya disaat ibu nya tidak ada di samping nya.

Renata gadis kuat, 1 tahun sudah dia hidup dengan satu ginjal. Dia tidak pernah sedikitpun mengeluh terhadap penyakitnya, dan waktunya sekarang dia sudah lelah dengan keadaan.

Farel memasuki ruangan yang hening hanya ada alat Radiograf. Ia duduk di kursi dekat brankar Renata. Menggenggam sebelah tangan Renata yang tidak di infus.

"Kamu kuat Ta, jangan pernah ninggalin aku sendirian di sini." Sekuat apapun Farel tahan tapi air mata yang sedari ia tahan akhirnya keluar juga.

"Siapa lagi yang akan menemani aku saat bunda ku enggak ada dirumah? Kamu orang yang selalu aku anggap rumah tempat ku berpulang setelah Allah"

"Jangan pergi aku mohon." Tangis nya semakin pecah, ia harus keluar ruangan sekarang jika berlama-lama Farel tidak kuat dengan keadaan sekarang.

"Aku pergi dulu, semoga pas aku kembali kamu sudah sadar." Farel melepaskan genggaman nya. Mengecup kening Renata dengan lembut.

Ia bergegas mencari tempat pelampiasan atas rasa sedih nya. Yang pasti bukan club.

Taman, iya taman yang sering mereka ber dua kunjungi.

#####

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak 10 menit yang lalu. Namun Melati masih betah di kelas nya. Banyak hal yang dia pikirkan hari ini, terutama tentang tadi dia menabrak Farel di koridor sekolah.

Bagaimana tadi raut wajah Farel yang terlihat sangat cemas. Hal itu yang sedari tadi Melati pikirkan. Ada apa dengan Farel? Apa yang terjadi?

"Argghhh mikirin nya aja buat gue pusing," ujar nya.

"Susah ditebak banget sih orangnya. Kalo gini kan bikin gue penasaran banget sama Farel," erangnya prustasi.

"Ah bodoamatlah." Pasrah nya.

Ia melihat jam tangan yang bertengger manis di lengan kiri nya. Jam menunjukan pukul setengah 4 sore, sontak ia melebarkan pupil matanya. Berarti ia sudah tiga puluh menit di sini hanya untuk memikirkan hal yang seharusnya tidak ia pikirkan.

JUST FOR YOU (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang