Hoofdstuk Vijf

4 1 0
                                    

Jan dan Karel baru keluar dari bangunan Nederlandsche Handels Maatschappij (NHM) yang terletak di berdekatan dengan alun-alun Kota Bandung. Hari itu mereka sedang mengurus terkait administrasi keuangan untuk mengekspor teh-teh ke pasaran Eropa. Inilah pekerjaan Jan saat ini, sebagai staf hukum dalam hal ekspor impor komoditas hasil bumi tanah Hindia-Belanda.

Saat ini, teh menjadi primadona komoditi ekspor dari Hindia-Belanda menuju Eropa selain gula, kopi dan tembakau. Ada sedikit pergeseran komoditas perdagangan di Hindia-Belanda dari rempah-rempah menjadi beberapa jenis komoditas perkebunan seperti kina, teh, kopi. Hal ini terjadi akibat priangan stelsel yang diberlakukan yang dilanjutkan oleh kultur stelsel.

Pekerjaan ini terasa melelahkan terlebih Jan harus berhadapan langsung dengan pria tua yang menyebalkan, Anthony van Hoff dari bagian hukum Nederlandsche Handels Maatschappij (NHM). Pria sekitar 45 tahun dengan perut gendutnya itu membuat mereka kesulitan untuk membuat persetujuan terkait dana jaminan untuk mengekspor komoditi teh dan kopi dari priangan. Pria itu bersikeras agar mereka menyimpan dana jaminan sekitar 30% dari keseluruhan nilai ekspor.

"Saya tak pernah menyangka, mengurus hal seperti ini cukup merepotkan" keluh Jan pada Karel ketika memasuki mobil.

Karel tersenyum. "Saya rasa kau mengeluh karena kau belum terbiasa mengurusnya. Yang perlu kau lakukan adalah membiasakan diri. Setidaknya itu membantumu melewati hari-hari dengan lebih menyenangkan"

Jan terpekur lemas. Benar apa yang dikatakan Karel. Dirinya belum terbiasa melakukan pekerjaan ini. Walaupun Jan Wilhem Federick van Hendrik, Papanya merupakan salah satu pengusaha ekspor-impor yang ternama di Belanda, namun Jan tak pernah turun tangan untuk mengurus bisnis tersebut. Selain harus berfokus pada akademiknya, urusan terkait perusahaan ekspor-impor milik keluarganya telah diserahkan pada Marcus sebagai putra tertua Papa. Pada Jan, Papa berharap agar pria itu meneruskan rantai emas keluarga van Hendrik di bidang akademik. Hanya saja, Jan tidak terlalu menyukai hal tersebut.

"Saya rasa kau benar, Karel!" Jan mengakui hal tersebut. "Kurasa aku harus membiasakan diri untuk melakukan pekerjaan ini"

"Selanjutnya kau akan kemana?"

"Entahlah, saya rasa pulang merupakan pilihan terbaik"

"Jan, saya pikir kau akan mengajak saya ke toko buku untuk mencari serial terbaru dari Sherlock Holmes atau Agatha Christie ataupun serial misteri lainnya." Seloroh Karel yang membuat Jan menyinggingkan senyumannya.

"Kau pikir di Bandoeng menjual buku-buku semacam itu?"

"Oh... tentu saja, Jan! Kau bisa mencarinya di toko buku. Di sini jika kau tidak menemukan buku yang kau inginkan, kau bisa memesannya dan menunggu"

"Ide yang menarik, Karel! Namun, dibanding memesan buku misteri, saya lebih tertarik untuk menyantap hidangan makan siang. Perut saya sudah keroncongan sejak kita berada di NHM. Berurusan dengan Tuan van Hoff sangat menguras energi saya."

"Baiklah, saya akan mentraktir kau di Maison Bogerijen

"Maison Bogerijen? Bukan kah itu..."

"Tepat sekali, Jan! Itu mana restoran yang terdapat di dekat tempat tinggal kau" potong Karel yang segera melajukan mobilnya menuju tempat yang dimaksud.

***

Masion Bogerijen, satu-satunya cita rasa Eropa yang dapat ditemui di Bandoeng. Memasuki restoran tersbeut seperti memasuki restoran kerajaan Belanda. Pada bagian depan, tepatnya di tengah-tengah bangunan terdapat lambang kerajaan Belanda. Di bawahnya, tulisan MASION BOGERIJEN tertera dengan jelas seakan-akan restoran ini bagian dari kerajaan Belanda di wilayah koloni. Di masing-masing atap bangunan annex, tertius hidangan yang disediakan restoran ini dalam Bahasa Perancis glacier es krim, cuisinier makanan utama patissier kue-kue dan confiseur panganan manis.

ZoekopdrachtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang