Hoofdstuk Tien

1 0 0
                                    

Sejak saat itu Karel tidak pernah ikut campur dengan urusan pribadi Jan. Sudah berbulan-bulan sejak mereka bertengkar, Jan mengikuti keinginan Karel untuk bersikap profesional terhadap pekerjaan yang ditanganinya. Selain pekerjaan, Jan dan Karel tampak kompak dalam urusan Anneta. Untuk menjaga perasaan sahabatnya, Jan sering bertemu Malia tanpa sepengetahuan Karel. Bahkan untuk menghabiskan malam bersama, terkadang Jan melakukan itu di rumahnya dan menitipkan Anneta di rumah Karel.

"Bagaimana hubungan kau dan Karel?" tanya Malia yang bersandar di dada bidang Jan sambil membuat suatu pola tak teratur di sekitar titik sensitifnya.

Jan mengerang pelan. Dengan sigap pria itu menangkap tangan Malia lalu mengecup buku-buku jarinya satu per satu. Bergelung manja ditutupi selimut yang sama menjadi hal yang seirng dilakukan mereka beberapa bulan terakhir.

Bahkan untuk itu, di malam tahun baru, Malia terpaksa berlaku seperti pencuri agar mereka dapat berbagi kehangatan di rumah Jan. Untung saja, Anneta memiliki kebiasaan tidur seperti kerbau sehingga sulit untuk dibangunkan sehingga desah kenikmatan mereka tak mampu membuat Anneta terbangun.

"Seperti biasa Malia, tidak ada yang berubah sejak itu" Jawab Jan membelai punggung Malia yang polos

"Benarkah?" Tanya Malia tak percaya.

Jan mengangguk.

"Tak dapat dengan mudah kupercaya. Sepengamatanku, kau dan Karel seperti anjing dan kucing. Saling menghindar jika bersama. Apakah sikap seperti itu sikap yang biasa sebagai sapasang sahabat?" gerutu Malia kesal. Tentu wanita itu tidak bisa dibohong dengan mudah. Matanya dapat menyaksikan interaksi kaku antara Jan dan Karel ketika bertemu terutama di luar urusan perkantoran.

Jan menangkap tangan Malia yang bergerak nakal di dadanya lalu mengecupnya pelan. Jan menatap wanita yang tengah mendongak menatapnya. "Sekali-sekali percayalah pada apa yang saya katakana, Malia" ucapa Jan bersungguh-sungguh.

Malia tak menjawab apapun. Wanita itu hanya merengkuh wajah Jan lalu menciumnya dengan penuh kelembutan.

"Jangan-jangan kau memanipulasi Anneta sehingga gadis itu mau dengan keluarga Schiller beberapa hari kedepan!" tuduh Malia setelah mereka mengakhiri ciuman mereka yang lembut dan romantis. Selama beberapa hari kedepan, Malia akan tinggal di rumah Jan dengan bebas karena karena Anneta diajak keluarga Karel berlibur ke Garut, kota yang sering disebut sebagai Swiss van Java. Sementara Anneta akan menikmati keindahan alam Garut, Jan memiliki rencana sendiri, merengkuh kenikmatannya sendiri bersama Malia.

"Kau selalu berpikiran negatif terhadapku, mirip dengan Anneta" gerutu Jan sebal namun tetap menggelitiki Malia. Hal yang membuat wanita itu terkikik geli.

***

Sekitar pukul 7, Anneta dijemput keluarga Schiller untuk berlibur ke Garut. Tentu Jan mengantarkan adiknya itu hingga ke depan pintu rumah sementara Malia bersembunyi di balik selimut tebal di kamar Jan.

"Apakah kau sudah siap untuk menikmati liburan?" Tanya Karel.

Anneta mengangguk antusias. Dia menyerahkan kopernya pada Karel. Lalu pria itu mengambilnya dan meletakkan pada bagasi.

"Jan, aku pamit dulu ya! Jaga rumah dengan baik!"

Jan tak menjawab melainkan mengacak rambut adiknya.

"Kau nakal sekali, Jan. Kau membuat rambutku berantakan" gerutu gadis 16 tahun itu. Sedapatanya dia merapikan rambunya lalu mengggunakan topinya.

"Jangan nakal, Jan" pesan Anneta sebelum memasuki mobil dan meninggalan Jan dan Karel.

"Jangan nakal, Jan" ulang Karel dengan dingin. Pria itu memperhatikan Anneta hingga menghilang di balik pintu mobil.. "Aku tak yakin kua tidak berbuat sesuatu yang nakal, bahkan ketika Anneta masih berada di rumah"

ZoekopdrachtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang