PART 36

27 2 0
                                    

--------------

Nafas panjang Vanya keluar menanggapi ucapan yang hampir saja membangkitkan jiwa bar-bar nya. Seenak jidat ngatain orang gila, colok juga tu mata. Jelas hati gak bakal  terima dan telinga pun terasa sangat sakit dengarnya. "Vanya,"panggil seorang pria berseragam SMA,"mau balik bareng?"

Kebetulan banget ada yang nawarin buat jadi tukang ojek gratis, hemas ongkos!  Rezeki anak sholehah gak baik ditolak. Tanpa pikir panjang Vanya langsung mengangguk cepat mengambil helm yang dikasih. Emang ya kalau namanya gratis semua orang gak bakal bisa nolak.

"Dia balik bareng gue!"sebelah tangan Vanya tertahan.

Segera Vanya menghempaskan cekalan ditangannya,"Gue balik bareng lo Sat!"

"Gak bisa, lo harus balik bareng gue!"titah Aji.

Langsung saja Aji menarik Vanya kembali ke motornya. Dengan berat hati Vanya hanya mengekor. Sementara Satria masih diam ditempat dan menatap tajam kepergian dua orang bak sepasang kekasih yang lagi bertengkar.

Segera Aji melepas cekalannya dan langsung membalikkan badan menghadap Vanya. Dengan bibir yang semakin mengerucut dan manik yang tidak kedip mampu menembus kedalam retina Aji, bola mata Vanya menampilkan amarah yang sebentar lagi akan meledak.

Tangan Aji tergerak membuka resleting tas, itu pun tak luput dari perhatian Vanya. Ia memberikan kantong kresek cukup besar warna putih dengan label Alfamart. Vanya mengambilnya dengan malas, ia melirik kearah Aji seakan bertanya apa ini namun, Aji hanya mengangkat satu alisnya sebagai jawaban.

Vanya mendengus dan segera membukanya. Setelah mengetahui ada banyak bungkus permen didalam kantong kresek, netra Vanya melingkar. Takjub. Dengan barusan yang ia lihat. Huuaaaa Vanya seakan baru saja menemukan surga dunianya. But, Vanya tidak boleh terbuai begitu saja. Dengan ogah-ogah Vanya harus sedikit menahan hasrat nya untuk memakan permen kesukaannya.

"Lo nyogok gue?sorry, gue gak terima sogokan,"sodor Vanya.

Padahal dalam hati udah greget banget pengen langsung ngabisin tuh permen. Amssyong dah!!

Aji hanya terkekeh melihat Vanya yang sok-sokan gak mau padahal Aji tau sebenarnya Vanya udah ngiler, kelihatan dari matanya yang tak kedip mengamati kantong kresek itu dan mulutnya tak henti menelan salivanya berkali-kali. Mana bisa Vanya menolak permen kesukaannya. Bisa dibilang gini kalau misalnya ia harus memilih uang atau permen yupi tentunya dengan jelas ia akan memilih permen yupi. Fanatik permen yupi.

Permen yupi didalam sana seakan melambai untuk dijemput Vanya segera.

Duh sayang banget kalau ditolak. Mana permennya kelihatan kenyal-kenyal  gimana gitu, bisa buat stock itu padahal. Apalah dayaku yang hanya ikan, batin Vanya.

Kepala Vanya menggeleng cepat berusaha untuk mengenyahkan itu dari benaknya.

"Yakin gak mau?"goda Aji menghirup aroma permen yang masih dibalut plastik.

Ini semua membuat Vanya gila, dengan gerakan kilat Vanya mengambil bungkusan permen ditangan Aji. Rasa malu kini harus ditelan Vanya.

"Tadi kan ini udah lo kasih ke gue dan ada pepatah yang mengatakan kalau sesuatu yang udah dikasih gak baik di ambil lagi! Nanti siku lo bisa kena bisul, mau lo bisulan?"dalih Vanya menyengir.

"Dasar, gengsi kok di tinggi'in. Dimana-mana yang harus tinggi itu badan bukannya ego,"ledek Aji.

"Lo ngeledek gue?".

"Lo ngerasa?"ulang Aji mengambil langkah maju dengan kedua tangannya bersila di dada.

"Iya!"timpal Vanya enteng.

HARUSKAH KU PERGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang