Pagi yang cerah telah menyambut gadis itu. Hari ini adalah hari pertamanya masuk ke Sekolah Menengah Akhir. Tapi dia masih tertidur pulas di atas kasurnya. Hingga suara ketukan pintu dari sang Ibunda berhasil membuatnya terganggu dalam tidur.
"Rifia, bangun! Sudah pukul tujuh, nanti kamu telat, Nak!" Pekik Ibunya.
Tokk tokk tokk!!!
"Apa? Pukul tujuh!?" Ucap Rifia kaget. Karena melihat jam sudah menunjukkam pukul tujuh pas.
Rifia bergegas mandi, lalu memakai seragam sekolah barunya. Rifia berjalan ke arah dapur untuk pergi sarapan dan duduk bersama Ayah, Ibu dan Adiknya.
"Ayah yang antar Rifia ke sekolah, ya," pintanya memohon.
"Iya habis selesai sarapan, kamu langsung naik ke motor," jawab ayah.
Rifia pun bergegas menghabiskan roti coklat di tangannya itu dan langsung meminum susunya. Setelah itu Rifia langsung menaiki motor Ayahnya untuk mengantarnya menuju ke sekolah barunya.
***
"Ramai banget, Gue juga gak punya temen." Rifia bergumam.
"Hei, Rifia!"
Rifia menoleh ke belakang, ia ingin mengetahui siapa yang tengah memanggilnya.
"Lo masuk sekolah disini juga?"
Ternyata dia teman Sekolah Menengah Pertama Rifia. Namanya, Sera. Mereka tidak terlalu dekat di sekolah lamanya itu."Hai juga Sera." Rifia membalas sapaan Sera. "Iya bener. Tapi Gue nggak punya kenalan. Lo mau nggak temanin Gue ke barisan?" Lanjutnya.
"Oke," jawab Sera sambil menggandeng tangan Rifia, menuju ke barisan.
Mereka memasuki lapangan, barisan. Dan mereka akan melakukan MPS;Masa Pengenalan Sekolah.
"Kalian baris di barisan jurusan masing-masing, ya," ujar seorang guru di depan mereka.
"Ser, jurusan Lo apa?" Tanya Rifia kepada Sera.
"Gue IPS Rif. Jurusan Lo apa?"
"Gue IPA, Ser," jawab Rifia, sedikit melemah. Karena ia berharap, ia satu jurusan dengan Sera.
Setelah itu, Sera meninggalkan Rifia sendiri. Sera juga sudah berpesan, ketika istirahat mereka akan bertemu lagi. Dan Rifia menyetujuinya.
"Beruntung Gue ketemu Sera. Walaupun kami ngga satu jurusan, setidaknya masih ada orang yang Gue kenal," gumam Rifia melihat kepergian Sera.
Baru saja beberapa menit lalu Sera pergi, ia sudah merasa bosan. Bukan karena apa, tapi ia merasa tak nyaman berdiri di sebelah barisan para lelaki. Huh... Bosan, batin Rifia.
Rifia yang berada di barisan paling belakang dari para cewek. Tiba-tiba saja siswa di depannya jatuh pingsan.
Rifia berteriak kaget, karena hal tadi membuat Rifia terjatuh ke samping. Ke salah satu lelaki di barisan sebelahnya.
"Eh sorry," ucap Rifia sambil menegakkan kembali tubuhnya. Ia menabrak dada bidang lelaki tersebut.
Lelaki itu hanya tersenyum dan pergi membantu gadis pingsan tadi untuk mengantarkannya ke UKS.
Kenapa dia diam saja? Batin Rifia. Karena tadi, dia tak melihat bahwa lelaki itu tersenyum padanya.
Apa dia marah? Ah, nggak mungkin. Lagipun, Gue sudah minta maaf, kok, tadi. Ia membatin sembari menggerutu tak karuan.
Rifia memang gadis yang keras kepala. Bahkan dia jarang sekali untuk meminta maaf. Walaupun tadi dia meminta maaf, percayalah, itu hanya setengah hati. Sebagian besar para gadis, mereka sangat gengsi untuk meminta maaf. Padahal meminta maaf tidak harus membuatnya menguras air laut.
KAMU SEDANG MEMBACA
HUJAN DAN SESEORANG (ON GOING)
Romance"tuhan kenapa ini terjadi kepadaku?" "aku sama sekali tidak bersalah,namun kenapa karma nya ke aku?" gumamnya sambil meraung raung "tuhan kau tau, fisik sangat menjadi penentu dimuka bumi ini namun kenapa fisikku menjadi seperti ini?" "aku bukan me...