Death is love sinopsis
Lily seorang gadis yang berasal dari indonesia. Bertemu dengan seorang pria yang merupakan pembunuh bayaran.
Kemudian membuatnya menjadi kacung. Bagaimana kehidupan Lily selanjutnya?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lily (Lilac) Gadis cantik dan manis. Hobi mengamati sekitar.
"Aku bahagia karena tersenyum" Penyemangat di kala sedih. Motto Lilac gadis dari Indonesia.
•••
Aaron bilang. Aku tidak ikut dengannya sementara waktu ke kampus. Mengingat kejadian semalam, mengharuskanku untuk menenangkan diri sampai benar benar lupa.
Kejadian semalam membuat aku teringat dengan kejadian 10 tahun yang lalu. Bagaimana pun aku sudah mati-matian melupakan kejadian pahit yang tidak ingin kulewati lagi.
Aku tidak ingin mengingat pria itu lagi. Katakanlah aku jahat karena telah mengganti kata ayah menjadi kata pria. Jika dia memang ayahku, dia tidak seharusnya melakukan hal itu kepada ibu. Aku marah kepada tuhan karena ia telah memberikan ayah yang begitu jahat kepadaku. Namun, aku tidak bisa berbuat hal itu walau nyatanya tidak bisa mengubah apapun. Yang terpenting kejadian itu sudah lewat bertahun lamanya. Anggap saja kejadian semalam hanyalah angin lalu yang membawa kenangan dan menghilang lagi.
Aaron memberikan ku uang. Katanya, jika aku bosan. Aku bisa pergi keluar tapi dengan syarat tidak boleh lama. Dasar pria yang pelit akan waktu. Dia tidak bisa membiarkan kacungnya senang bahkan satu hari.
Aku memutuskan berjalan keluar. Menghirup angin segar, untung saja aku memakai jaket tebal. Karena sekarang musim dingin dan sebulan lagi kemungkinan akan turun salju. Ngomong-ngomong aku tidak sabar menantikan musim salju. Di indonesia kan hanya ada musim hujan, durian, rambutan. Apa lagi ya?
Suasananya damai. Tidak ada suara membisingkan walaupun banyak orang yang berlalu lalang. Mungkin karena ini negara maju, pasti dilanda kesibukan masing-masing.
Namun, ada sesuatu yang mengalihkan pandanganku. Seorang gadis kecil menangis di pojok sana memegang boneka beruang. Dengan rasa iba aku menghampiri gadis kecil itu.
"Adek. Kenapa menangis? Mana ayah dan ibumu?"
Gadis itu mendongak menampakkan wajahnya yang merah akibat menangis. Aku jongkok menyamakan tinggiku dengan gadis tersebut.
"Ayah tadi sedang membeli es krim terus aku liat boneka besar jadi aku terus mengikutinya." Ucap gadis itu dengan suara getar.
Dimana orang tuanya? Bagaimana aku harus menemukan mereka? Ini pertama kalinya bagiku. Jika aku menanyakan nomor telepon ayahnya kepada gadis ini. Tentu saja dia tidak tahu.
"Kakak tolong aku." Lanjutnya.
Melihat gadis kecil itu menangis apalagi sampai meminta tolong seperti ini membuatku merasa iba. Dengan cepat kuelus bahunya.
"Nama adek siapa?" Tanyaku.
"Deira kak."
"Wahh.... Nama yang bagus. Dimana ayahmu membeli eskrim?" Ucapku sedikit menghiburnya.