Seminggu lamanya aku berdiam diri dirumah. Kakiku juga sudah membaik dan bisa berjalan seperti perkiraan dokter.
Aku menghirup nafas panjang, merasa lega dan juga bebas. Kalian harus tahu, apa yang terjadi kepadaku selama seminggu ini.
Aaron benar-benar merawatku dengan baik. Tapi masalahnya bukan disitu, dia terlalu mengaturku. Seperti, mau kekamar mandi harus digendong. Kadang juga dia menjahiliku menutup pintu kamar mandi dari luar, membuatku berteriak bukan main kencangnya.
Oke, lupakan masalah kamar mandi. Sewaktu makan tiba, dia mengaturku untuk makan sayur yang bahkan tidak kusuka. Dia sudah seperti orang tua yang mengatur anaknya dalam segala hal.
Kadang juga dia tidak masuk kuliah, dan bolos dengan alasan sudah mengerti akan pelajarannya, yah aku tahu dia pintar, tapi nggak gitu juga, main bolos sesuka hatinya.
Ahh....
Tapi semuanya itu kujamin tidak akan terjadi lagi. Karena apa? Karena kakiku sudah membaik dan tentunya bisa berlari kemanapun aku mau.Aaron hari ini kekampus, aku berjalan dengan riang, mengikutinya dari belakang.
Dia tiba tiba menghentikan langkahnya, membuatku menabrak punggungnya, kuelus kepalaku yang sedikit sakit akibat tubrukan di punggungnya itu.
Aaron berbalik "Kau memang sudah baikan?" tanya Aaron, memegang dahiku.
Kutepis tangannya halus
"Aku sudah baikan, kenapa?" tanyaku."Kau terlalu bersemangat, aku pikir ada yang salah." jelasnya.
Aku tidak tahu dimana letak salah yang ia maksud, yang pastinya aku mencium bau kekampretan.
"Aku sungguh sudah baikan, aku sangat bersemangat sampai ingin terbang rasanya" ucapku meyakinkan, kemudian meregangkan tubuhku seperti olahraga.
"Yasudah, terserahmu saja," ucapnya kemudian menghela nafas.
"Kau tahukan, kelasku dua jam selesainya?" lanjutnya.
Aku mengangguk "Iya, aku tau."
"Kau tunggu aku sampai selesai, jangan bermain terlalu jauh." peringatnya.
"Aku akan tetap disini, dan lagi pun Aku bukan anak-anak selalu bermain. Aku sudah dewasa dan umurku 23 tahun" aku mendengus.
"Kau pikir aku tidak tahu? Kau selalu bermain dengan kucing. Jadi, itu yang dimanakan dewasa?" sindirnya.
"Itu berbeda ya!!" bentakku tidak terima.
"Dimana letak perbedaannya? Coba katakan padaku."
"Anak-anak itu bermain lari larian dan aku hanya mengelus kucing" jelasku.
"Apa kau bilang? Mengelus kucing? Seminggu yang lalu aku melihatmu berlari dengan kucing. kemudian menggendongnya, menciumnya dan mengajaknya berbicara, seperti dia ngerti saja apa yang kau katakan. Jangan lakukan itu lagi!" ucapnya Tiba-tiba marah.
"Emang kenapa kalau aku mengelusnya?"
Setahuku tidak ada larangan untuk mengelus, mencium kucing di dunia ini. Dia sangat pemarah dalam hal apapun, bahkan yang tidak jelas seperti––
"Aku Cemburu!!"
Mataku seketika membelalak dan mulutku terngaga dengan sempurna. Apa-apaan itu!! Manusia macam apa ini? Masa dengan kucing saja cemburu.
"Ya ampun, itukan kucing!!"
Baru kali ini aku menemukan orang yang cemburu pada hewan.
"Lupakan, aku akan masuk. Tapi sebelum itu––"

KAMU SEDANG MEMBACA
Death Is Love [On Going]
RomanceDeath is love sinopsis Lily seorang gadis yang berasal dari indonesia. Bertemu dengan seorang pria yang merupakan pembunuh bayaran. Kemudian membuatnya menjadi kacung. Bagaimana kehidupan Lily selanjutnya?