1

3.3K 305 5
                                    

hari itu cukup lengang bagi pp untuk sekadar duduk dan menyedot susu kotaknya sembari menatap billkin dari kejauhan yang entah-sibuk dengan tugasnya.

billkin bilang ia tidak suka diganggu oleh si pp yang iseng saat belajar, maka dengan berat hati ia rela pindah ke bangku lain walaupun ia datang dan duduk lebih dulu di bangku yang sekarang diduduki oleh pp.

pp memperhatikan billkin dengan intens yang mulutnya yang sedikit terbuka dan matanya bolak balik mengecek pada buku yang lainnya, sementara tangannya memegang pensil untuk mencorat-coret sesuatu.

" dor! "

" ih, kak jayler! " celetuknya kesal sembari memukul pelan pundak kakak sepupunya itu, ia hampir saja tersedak susu stroberi jika saja refleknya tidak bagus. kemudian perhatiannya kembali terpusat pada seseorang yang duduk tiga meter di depannya, seolah terhipnotis tanpa gangguan apapun seakan jayler tidak ada.

jayler duduk disebelahnya dan meregangkan ototnya, lalu menopang dagunya dan memberikan atensi sepenuhnya pada adiknya itu, sesekali matanya melirik ke depan dimana billkin sedang belajar seolah memastikan suatu hal, lalu kembali lagi menatap pp.

" kenapa liatin aku begitu? " ujarnya yang lebih muda heran

" pp, lo ngelamun ngeliatin billkin lagi, " ujar jayler sembari mempertahankan senyumnya

pp menggelengkan kepalanya pelan, " enggak tuh, aku nggak ngelamun. kebetulan aja dia duduk persis di depan aku, " jelasnya polos

" terus, kenapa ngasih tatapan begitu? "

yang ditanya mengerutkan keningnya tidak mengerti, " tatapan gimana? aku enggak ngerti, " tukasnya.

" lo kayak lagi ngeliatin favorit lo," ujar si kakak sambil mempertahankan senyum simpul penuh artinya.

" you look at him and it's like you're staring at the ocean, "

pp memiringkan kepalanya, " terus? "

" you loves ocean,"

saat itu pp masih belum menangkap maksud jayler, jadi ia hanya tertawa untuk menanggapi perkataan kakaknya tersebut.

" lo mau balik sekarang atau nanti? " tanya yang lebih tua sedang mengecek ponselnya

pp menggeleng, " aku balik nanti aja,"

🌺


" ikin udah selesai? " tanyanya saat billkin mengampirinya yang nyaris tertidur di ruang terbuka

billkin mengangguk, lalu menunggu pp untuk pulang bersama. ya walaupun tujuan mereka tidak sama, paling tidak mereka searah.

pp masih tinggal di dorm yang sama bersama jayler dengan kamar yang berdekatan karena orang tuanya menitipkan pp pada jayler (mereka masih belum tega melepas pp tinggal sendirian ) sedangkan billkin pulang ke rumahnya.

" kamu... marah? " cicit pp setelah memasang seat belt nya, billkin belum menjalankan mobilnya saat itu.

" enggak, marah kenapa? " tanya billkin halus, seperti biasanya, ah memang dia selalu seperti itu kepada semua orang.

billkin itu soft kepada siapapun, apalagi kepada pp.

" kamu kenapa cemberut? kusut banget mukanya," ujarnya sembari mengapit pipi kemerahan itu dengan tangan kanannya, memaksanya untuk melihat ke arahnya

pp memutar kedua bola matanya malas, kemudian melepas paksa tangan billkin, selanjutnya yang ia lakukan adalah tersenyum paksa kepada sosok yang mengemudi disampingnya.

pp selalu bertanya-tanya, apakah persahabatan mereka tergolong normal. maksudnya dalam konteks memanggil aku-kamu satu sama lain karena long short story, saat mereka kecil pp memang terbiasa memakai aku-kamu saat berkomunikasi, alasannya karena sejak kecil ia pernah tinggal bersama oma di rumah yang dekat dengan pesisir pantai, tidak ada yang berkomunikasi dengan lo-gue.

umur 11 tahun setelah kembali tinggal di kota ia pernah mencoba untuk mengganti kata gantinya, dan berakhir ditertawakan risa dan dimarahi maminya.

back to billkin dan pp, mereka saling clingy dan penuh skinship, keluarga yang sudah saling kenal ( bahkan mereka sudah sangat percaya pada billkin, sempat juga menganggap billkin adalah pacar pp ), sampai terkadang perhatian yang berlebihan.

" pp, jangan sok sokan makan pedes, kamu gak kuat, "

" nanti malem aku jemput aja, kak paris kan sampe pagi biasanya, "

" kamu kedinginan ntar, pake baju double aja. "

dan semacamnya.

tolong bilang semua itu normal.

selama hampir delapan tahun persahabatan mereka, pp kira semua akan berjalan dengan lancar. tapi sepertinya ada hal lain yang harus dikendalikan.

he looked at him as a friend until he realized he loved him.

selamat datang pp, telah berada di zona paling ribet.

*͙*❥⃝∗⁎.ʚɞ.⁎∗❥⃝**͙

author note :
ini short story ya guys, tiap chapter paling sekitar 600 kata aja :(

lucidity » bkpp. [end] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang