8

1.4K 233 6
                                    

pp menatap pantai yang terlihat dari jendela kamarnya, ini yang ia suka ketika berkunjung ke rumah omanya. hanya suasana sepi dengan deburan ombak yang terdengar, sangat kontras dengan suasana di kota yang selalu penuh dengan sahut sahutan kendaraan bermotor 24/7.

makan malam sudah selesai dari tadi, oma memasak ikan patin saos tiram yang menjadi kesukaan cucu-cucunya, termasuk pp.

seharian ini ia terus memikirkan perkataan orang-orang yang terus mendorongnya untuk melakukan confess.

ya memang kalo dipendam tuh benefitnya apa sih?

kalau kata thana kemarin seperti ini;

“ tahu gak,  we attract people with the same vibe as we do. entah itu mindset, behavior, beliefs, dan semua itu bisa terjadi di alam bawah sadar kita gitu deh. ”

ya benar sih kalau dipikir, dua-duanya sama sama bebal. yang satu bingung yang satu gak peka.

sometimes when he look at him, and he's looking back at him, he can see something. this teeny-tiny hint of something more, maybe he can't say but he can feel it.

and when their  eyes meet, its like they're  instantly connected.

ponselnya bergetar, dilayarnya tertera nama ‘ikin’ yang memanggil. ia menunggu terlebih dahulu, enggan mengangkat buru-buru.

“ halo? ”

pp membasahi bibirnya, setelah beberapa hari mereka terasa jauh. well, bukan karena apa-apa tapi sepertinya mereka butuh berpikir.

“ iya ikin, kenapa? ”

“ pantesan aku cari di dorm gak ada, ternyata lagi dirumah oma ya? ”  sahutnya tanpa basa-basi

lelaki manis itu tertawa canggung untuk menutupi suasana yang kaku, “ hehe iya ” jawabnya singkat.

suasana hening, dua duanya enggan berbicara. di seberang sana billkin bahkan dapat mendengar suara ombak dan burung yang bersahutan.

“ kamu lagi ada masalah ya pi? gak biasanya kamu begini. mau cerita atau gak? aku ngerasa kita kayak jauh banget hampir dua minggu gak interaksi. ”

pp tersenyum kecut, ia menggigit bibir bawahnya sembari berpikir alasan apa yang tepat untuk menjawab pertanyaan sahabatnya tersebut.

tidak mungkin ia menjawab ‘ iya, kin. aku lagi bingung mikirin mau confess apa gak. pusing banget kepikiran ntar bakal gimana. minggu ini kalo mau ketemu kamu aja mikir-mikir dulu, gimana ntar kalo ngaku?  ’

“ hah? gak tuh. cuma kangen aja sama oma, liburan kemarin belum sempet pulang soalnya. ” akhirnya jawaban itu yang terlontar dari pria taurus tersebut.

billkin yang sedari tadi berdiri di balkon kamarnya menatap lurus ke depan, lidahnya kelu ingin mengucapkan sesuatu tapi ia bingung ingin bagaimana cara mengungkapkannya.

“ ikin? ” suara pp meluruhkan lamunan billkin

“ eh iya, kenapa? maaf baru beres-beres, ” jawabnya berbohong.

“ ooh kirain ketiduran, ” ujar pp yang diselipkan tawa di akhir kalimatnya memecahkan suasana terasa berbeda di antara keduanya

“ ayo kita ketemu, ”  tukas billkin singkat,padat, jelas

“ ikin, aku —”

“ terserah kamu kapan waktunya, atau aku yang nyamperin kamu kesana? ”  tawarnya yang dibalas refleks gelengan cepat pp walaupun billkin tidak dapat melihatnya.

no no no , tunggu aku pulang aja. tiga hari lagi aku balik, please jangan nyusul kesini. ” jawab pp yang terdengar panik, masalahnya billkin itu keras kepala. kadang meskipun dilarang, beberapa waktu kemudian ia akan melakukan hal tersebut.

“ o-okay,  see you on three days then, ”   ujar billkin

pp mengangguk lalu lagi lagi membasahi bibirnya yang kering, “ okay, ” sahutnya sebagai penutup telepon.

🌺

billkin bersila, ponselnya ia lemparkan ke segala arah karena frustrasi.

rasanya dua minggu ini pp menjauhinya. ia terlalu banyak berpikir selama ini hingga akhirnya menyadari sesuatu tumbuh di antara mereka.

he realized it.

he realized it he doesn't need a lover, yet he needs those all type of person to stick with thru thick and thin and for this, pp really do that role.

also he realized that they were friends, that spoke like lovers. he didn't care enough about his feelings towards him, he's selfish.

and maybe that's not enough for two persons who were scared to move to another step.

they are lost. they need to clarify anything.

ya mereka butuh bicara, mungkin tiga hari lagi bukan waktu yang lama untuk mereka.

*͙*❥⃝∗⁎.ʚɞ.⁎∗❥⃝**͙

a/n :
yaudah gitu aja, gue bingung

lucidity » bkpp. [end] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang