9

1.4K 225 9
                                    


lelaki libra itu bolak balik mengecek penampilannya, biasanya sih ia bodoamat mau pake singlet sama kolor di depan pp toh ia saja tidak peduli.

“ anjeng, gue nanti harus gimana? ” ujarnya sembari menghembuskan nafas kasar di depan cermin.

“ lo sama jane aja lancar-lancar aja, masa lo sama pp yang temenan 8 tahun malah gugup begini? ” monolognya di depan cermin dengan sisir yang digunakan untuk menunjuk dirinya dipantulan cermin .

ia meraih ponsel, angka 15 : 43 tertera di locksreennya. syukur pp enggan dijemput. kalau pp ingin dijemput, billkin tidak yakin bisa membangun suasana di perjalanan nanti.

lelaki berlesung pipi itu menyambar kunci mobilnya, tidak bohong perutnya terasa seperti diaduk-aduk sekarang.

“ perasaan pas gue sama jane gak sampe begini deh, ” gumamnya sendiri dibalik kemudi mobil.

mungkin karena pp ia sudah tahu the best and the worst nya kali ya, jadi aneh juga sih biasanya dia tidak peduli malah kadang belum mandi saja ia percaya diri. sekarang malah ia berulang kali menyisir rambutnya dan tak lupa menyemprotkan parfum ke sekian kalinya.

🌺

mereka terdiam tenggelam di pikiran masing-masing, pp menggerakkan kakinya gelisah, sedangkan billkin mengetuk meja dengan jemarinya pelan.

bahkan minuman pp sudah habis setengah saking merasa haus dan bibirnya yang terasa kering, tangannya pun basah karena keringat dingin.

“ eehm, anu,” pp membuka suara yang sontak membuat billkin mengangkat kepalanya, netranya bertubrukan dengan miliknya, tak lupa sebelah alisnya yang terangkat.

mati, aku harus ngapain kalo gini? ’

pp membasahi bibirnya untuk yang ke sekian kalinya, ia memaksa untuk menatap lawan bicara, walaupun lututnya terasa lemas.

“ kenapa? ”

pp bergumam, ia masih merangkai kata-kata. melihat hal itu billkin meneguk minumannya sebentar, lalu mengambil alih percakapan.

“ oh iya, aku juga mau ngomong, ” ujarnya to the point. suaranya tidak terdengar ragu, namun aslinya ia gugup setengah mati.

pp mengangkat alisnya, senyuman yang samar terbit di bibirnya, “ yaudah kamu duluan aja, ” sahutnya sedikit lega, barangkali bisa mengulur waktu untuk membuat pp bisa leluasa berpikir.

“ tapi kamu janji ya jangan marah sama aku? ”

“ huh? what do you mean? ”

billkin menghiraukan pertanyaan pp, “ i dont know, i just want you to know, ”

pp tidak mengerti, ia hanya diam sembari menunggu billkin berbicara menuju inti. persetan dengan kata-kata yang harus ia rangkai untuk diucapkan, rasa penasarannya lebih besar sekarang.

billkin diam sejenak, berisik di kepalanya menuntut untuk dikeluarkan.

“ why don't we be a lovers, pi? ”

gila, billkin gila. dari sekian banyak kalimat yang sudah ia susun semalam, kenapa hanya itu yang bisa ia katakan?

“ hah? ” ujar pp reflek, mulutnya sedikit terbuka. ya jelas saja kaget. ia barusan bilang tanpa mukadimah. maksudnya, ini dia baru saja ditembak?

‘ brengsek, gue ngapain sih? bodoamat lah, trobos aja, udah terlanjur ini, ’  batin billkin merutuki dirinya sendiri, ya habis bawaannya kalau menatap pp salah tingkah mulu sih.

at first i didn't realize, but i think i love you. aku capek pi, mati-matian nyembunyiin perasaan. udahan yuk temenanya? ”  lanjutnya lagi lebih nekat, membuat pp sukses menahan nafasnya selama beberapa detik.

ini bohongan gak sih? ’  batin pp dalam hati

pp mengerjapkan matanya berulangkali, memastikan bahwa ini bukan mimpi, dan lelaki di depannya bukan sekadar angan.

“ kin, aku— ”

billkin tidak mengizinkan pp berbicara, ia terus menatap lurus sepasang fokus didepannya tersebut“ im tired of being denial person all the time, let's get out from this fucking zone, ” 

billkin, what a plot twist you were.

pp mengumpulkan keberaniannya “ i dont know what to say, ”

kin, kamu beneran? are you serious?

“ i swear to god, pi. do i look like joking right now? ”

pp menggeleng, “ yaudah,” ucapnya.

“ yaudah apa? ”

“ lets get out from this zone, ”

billkin tersenyum puas, ia menopang dagunya dengan tangannya, memandangi pp yang masih menunduk malu. 

finally

lelaki manis itu menggelengkan kepalanya pelan, billkin semakin gemas dengan tingkahnya, ia menendang pelan kaki pp, membuat pp membalas perlakuan billkin.

si introvert mungil itu sudah menjadi miliknya.

billkin yang hidup dengan title ‘social butterfly’ alias  si banyak relasi teman dan selalu banjir pujian, sedangkan pp lebih nyaman hidup dalam dunianya sendiri, walaupun banyak fanboy yang bertebaran di penjuru feb.

namun menurut billkin pp adalah mataharinya yang kalau kata nicolaus copernicus; matahari menjadi pusat dari tata surya dengan planet yang bergerak mengelilinginya. sebagaimana dunia billkin si saturnus bekerja, maka pp adalah pusatnya.

🌺

“ pp mau kemana? ”  ujar billkin sembari memutar kemudi,

pp menggeleng, “ gak tau, aku masih bingung, ”

“ hah, kenapa? ” pria yang kini menggunakan kacamata itu menoleh sekilas menatap kekasihnya, cie kekasih.

“  i think we gonna secretly in love with each other and leave it at that forever, kita berdua kenapa sih? ”

“ gak tau juga pi, aku juga mikir begitu. aku kenapa, kamu kenapa, kita kenapa, aku juga bingung sama semuanya, ”

“ kamu aneh, ” ujar pp yang mengalihkan pandangannya keluar jendela.

“ yeah, but i'd do anything for you, ”

mereka berdua tertawa, ya kalau kata nagita slavina sama raffi ahmad sih ; buat apalah susah cari kesana-kesini, sudah didepan mata kamulah takdirku.

alias ngapain pakai ribet deketin orang lain kalo yang dicari sebenernya udah di depan mata?

if two points are destined to touch, the universe will always find a way to make connection.



*͙*❥⃝∗⁎.ʚɞ.⁎∗❥⃝**͙

a/n :
yah akhirnya jadian juga, ini harusnya udah selesai gays. tp tanggung bgt 9 chapter, maybe one more chapter then it will the end of this book.

yha doakan aku konsisten.

lucidity » bkpp. [end] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang