7

1.4K 233 4
                                    

billkin terbaring di kasur sembari menatap langit-langit kamarnya. sejak pulang dari rumah paris lalu, ia selalu dihantui oleh topik mereka kala itu.

sudah tidak terhitung billkin bertanya-tanya dalam hati mengenai perasaannya.

' masa sih gue beneran suka sama pp? masa sih pp suka sama gue? masa sih gue sama pp gak keliatan kayak temenan? masa sih yg kita lakuin berdua gak wajar? masa sih-

ya, terlalu banyak 'masa sih? ' yang terus berputar di otaknya.

delapan tahun mereka saling memberi afeksi dan skinship satu sama lain, semua tampak biasa saja. hingga mereka berumur 21 tahun, billkin pun tetap masih merasa biasa saja. orang-orang saja yang menganggap mereka aneh atau berlebihan dalam status yang berlabel 'sahabat'.

' kenapa banyak yang bilang kalo gue denial? gue tuh se-denial apasih anjrit sampe sana-sini bilang kalo gue full time denial person? '. batin billkin sembari menggerakkan tubuhnya menjadi menghadap ke kanan sepenuhnya.

pikirannya kembali melayang pada obrolannya dengan paris malam itu, dimana ia berakhir di maki-maki oleh sosok yang lebih tua tersebut.

" apa lo gak mau pacaran sama si pp? gue liat-liat kasian amat kena friendzone, " tukas paris

" friendzone?"

" iye, yang satu denial yang satu diem aja. cocok tuh. tembak dong,"

billkin menggeleng kuat" ngaco lo, bang. at this moment actually i dont need a significant other. gue sama dia udah bareng dari kecil bang, lo jangan bikin gue bingung sama perasaan gue. for now, i just need someone to be with me in my best and worst. the ones that will tell me that everything's going to be okay and tell me that he will always be with me. " ujarnya

paris menyetem gitarnya untuk memperbaiki nada " such a naïve thought, that's called lover, bodoh. plus opini lo terlalu kontradiktif. pernyataan pertama menyatakan 'i don't need a significant other' tapi pernyataan selanjutnya mendefinisikan what a lover is. jangan denial mulu lah, lo anak komunikasi tapi kok begini. "

billkin memutar kedua bola matanya malas " you don't get my point, bang. maksud gue, gue gak terlalu butuh 'significant other or lover' in a romantic way. tapi sebenernya gue lebih butuh suatu hubungan platonic dua arah yang pure, yang gak ngelibatin perasaan as a 'lover' jadi semacem hubungan harry sama luna atau hermione gitu"

" apasih? napa jadi bawa-bawa harry potter?! jelas-jelas lo berdua beda jauh! gini kin, if you still need an affection, and the amount of that's more than you can get from ordinary or platonic relationship, then you can't be denial about this. "

" buat analogi doang elah. " tukas yang lebih muda berusaha mengelak

" yaudah lah terserah lo sih. tapi lo juga jangan egois, kita gak pernah tahu isi hati orang, even ke sahabat lo sendiri, kalo misal dia maunya ini lo maunya itu, ya lo harus bisa ambil keputusan. bisa aja dia keliatan biasa aja di luar buat nutupin perasaannya." ujar paris yang mengetuk-ngetuk jarinya pada permukaan badan gitar, capek menghadapi pikiran bebal juniornya tersebut.

billkin menaikkan salah satu alisnya tinggi-tinggi, " lo barusan bilang 'kita gak pernah tahu isi hati orang' tapi kenapa lo bisa nyimpulin kalo pp suka sama gue? what's the proof? " tanyanya

kalo tidak ingat dosa, paris mungkin sudah melemparkan gitar di pangkuannya pada sosok keras kepala yang duduk didepannya ini.

" buktinya udah transparan banget, anjing. gini ya, lo berdua ngelakuin hal hal yang gak penting plus menyita waktu buat satu sama lain. hal gituan butuh effort gede,kin. mana ada orang yang mau lakuin itu kalau dia gak sayang sama lo, berlaku sebaliknya buat lo juga. "

kesimpulannya nobody wants to do it for you unless they love you, berlaku buat mereka berdua.

paris sebenernya bisa saja mengatakan jika pp memang menyukai billkin karena jayler pernah membocorkannya padanya, tapi ia menahan-nahan supaya lelaki berlesung pipi itu sadar sendiri.

" lo tuh terlalu denial kin, gue daritadi berusaha bantu lo. tapi lo malah keras kepala begini, semua orang tahu kayaknya kalo lo berdua emang 'meant to be each other' , kurang-kurangin tuh sifat kayak gitu. capek gue."

🌺

thana bersandar pada sofa setelah membantu pp packing untuk beberapa ke depan untuk pergi ke rumah oma. lantas matanya menatap beberapa foto yang terdapat di sudut lemari. ada foto keluarga, fotonya saat masih kecil, dan fotonya dengan billkin.

perempuan itu tersenyum, " gimana kamu sama si billkin? "

" masih kayak dulu, susah kak. " ujar pp putus asa

" gak papa, tapi ada baiknya kamu confess, pi. semakin kamu diem nyembunyiin perasaan, takutnya malah makin jatuh. kalian berdua cocok kok, i swear. "

pp memutar bola matanya malas, " kak thana orang yang kesekian kalinya bilang gitu ke aku, "

" yaiyalah, kalo suka tuh ya confess. jangan diem-diem aja, "

" maunya gitu kak, tapi aku masih belum berani aku juga takut. "

thana mengusap kepala pp cepat.

" well, take your time as long as you want, pi."

*͙*❥⃝∗⁎.ʚɞ.⁎∗❥⃝**͙

a/n:
ini reupload soalnya chapternya acak bgt hikzrot


lucidity » bkpp. [end] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang