-Happy reading-
Matahari pagi mulai menampakan wujud indahnya, butiran embun yang menghiasi ujung daun mulai menguap bersama mentari pagi. Kicauan burung terasa sangat merdu seperti alunan melodi di pagi hari. Namun semua telah di sia-siakan oleh Gibran yang masih asyik berada di alam bawah sadarnya.
Tok... tok... tok...
"Mas Iban? Udah bangun belum?" Tanya bi Inah.
Tok... tok... tok...
"Mas? Udah jam 06.45 nanti telat lagi loh,"
Matanya langsung terbelalak saat mendengar suara bi Inah yang terakhir di ucapkan. Jam 06.45? Mampus bakal keliling lapang lagi. Batin Gibran.
"Serius bi?" Tanya Gibran panik.
"Iya, liat jam coba!" Perintah bi Inah dengan suara lembutnya.
Gibran langsung berlari menuju kamar mandi setelah melihat jam di atas nakas dan benar saja, jam menunjukan pukul 7 kurang.
"BIII!! SIAPIN SARAPANNYA YANG SIMPLE AJA YA!!!" Teriak Gibran.
Bi Inah hanya bisa tersenyum dan menggelengkan kepala melihat kelakuan anak majikannya itu.
Menu sarapan Gibran hanya roti berbalut selai coklat kesukaanya, ditambah susu dan buah potong. Tentu saja bi inah memilih menu itu karena membuatnya tidak membutuhkan waktu lama.
Matahari sudah mulai naik. Setelah sarapan, Gibran langsung bergegas menuju rumah Jordi. Arah menuju sekolah melewati rumah Jordi, hanya saja harus masuk gang terlebih dahulu. Tidak jauh, hanya terhalang 3-4 rumah dari jalan utama.
Gibran menghampiri Jordi yang selalu setia menunggu Gibran di teras rumahnya, padahal sudah tau nantinya Jordi pasti akan terlambat lagi jika harus berangkat dengan Gibran.
Jordi tidak di perbolehkan pergi ke sekolah membawa motor oleh ibunya. Dia hanya boleh mengendarai motor sehabis sekolah saja. Karna itu dia selalu ikut dengan Gibran.
Bisa saja Jordi naik angkutan umum, tetapi Jordi berpikir lebih baik uangnya ia simpan. Karena Gibran juga tidak keberatan jika setiap hari harus menjemput Jordi.
"Lama banget lo Ban! Kirain gak berangkat," umpat Jordi menahan kesal.
"Bacot!! Udah cepet naik!"
"Yo!!"
Setelah Jordi naik, Gibran langsung menarik gas motornya di jalan yang lumayan sepi itu. Jordi hampir terjengkang jika saja Jordi tidak segera berpegangan pada bahu Gibran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Hate
Teen FictionTidak ada deskripsi khusus dan spesial! Kalo penasarn bisa langung baca dan jangan lupa voment!