08.only calvin

48 8 1
                                    

Pelan-pelan bacanya
banyak drama disini:)

Diruang keluarga, salah satu rumah yang berada ditengah kota Surabaya, kini hanya berisikan isak tangis seorang perempuan paruh baya, serta suara bentakan keras yang menggema ke seluruh ruangan.

Ruangan yang seharusnya menjadi saksi keharmonisan, kebahagiaan, serta  canda tawa penghuni rumah, kini menjadi saksi bisu pertengkaran keluarga Antares.

"liat anakmu, baru pulang sekolah udah mau pergi lagi" ujar seorang pria paruh baya seraya menunjuk remaja laki-laki menggunakan jari telunjuknya, "Heh! ga sopan kamu, tau kan ada ayah disini!" bentaknya kemudian.

"kamu yang salah, jangan libatkan anak kita dalam masalah ini, dia masih terlalu awam buat dengerin kesalahan kamu yang fatal," ada celah saat wanita itu bicara, "kamu yang bangun hubungan ini, kamu juga yang hancurin"

remaja laki-laki itu memilih untuk melenggang pergi meninggalkan rumahnya, rumah yang seharusnya menjadi tempat untuk beristirahat, serta menjadi tempat untuk berkeluh kesah, kini berbanding terbalik dengan fungsi yang sebenarnya.

Rumah itu bagaikan neraka bagi calvin, Calvin remaja laki-laki berusia 15 tahun yang masih duduk dibangku smp, kini harus merasakan sakitnya kehancuran, dan perdebatan kedua orang tuanya.

Perdebatan yang selalu terjadi antara ayah dan ibunya, entah karna masalah apa calvin tidak tahu, yang ia tau keluarganya sedang tidak baik-baik saja. ibunya yang selalu menangis serta ayahnya yang selalu pulang telat berakibat terjadi perdebatan yang terus menerus tak berujung.

"Dia emang ga punya tata krama, ada orang tua ngomong malah pergi gitu aja, ga ada sopan santun sama sekali!" ujar lelaki paruh baya itu

"kamu ga salah ngomong kyak gitu? kamu pernah ngga ngajarin dia tata krama? ngajarin dia sopan santun?" ibu calvin terkekeh dengan pernyatan sang suami, "gimana kamu mau ngajarin dia sopan santun, bahkan kamu sendiri aja ngga punya sopan santun" tak berselang lama kemudian isakan tangis mulai terdengar.

"Apa maksud kamu ngomong kyak gitu? udah brani nglawan suami hah?!" vas bunga berwarna navy dengan motif ikan mas berukuran kecil yang berada dimeja kini menjadi sasaran amuk ayah calvin.

ia melemparkan vas bunga tersebut hingga terpental jauh membuat bunga serta tanah yang berada didalamnya berserakan dilantai, suara gaduh menyambar indra pendengaran ibu calvin membuat ia lekas menutup kedua telinganya menggunakan telapak tangan dan meringkuk.

"iya aku brani sama kamu, kamu yang buat aku jadi begini, kamu yang bangun rumah tangga ini selama 16 tahun, terus kamu juga yang hancurin," ibu calvin mengumpulkan keberanian serta unek-unek yang sedari dulu ia pendam, "kamu selingkuh sama temen SMA kamu'kan, aku tau itu, udah beberapa kali kamu ketangkap basah lagi jalan sama dia, kamu selalu ngelak, kamu selalu cari alesan yang ga masuk akal, sampe saat ini dia hamil anak kamu, aku udah tau semuanya"

"jangan ngaco kamu! ga usah ngarang cerita, aku udah beberapa kali bilang ke kamu, dia patner bisnis aku, dia berpengaruh besar sama proyek yang sekarang ini lagi aku pegang!"

"udah mati kata kamu? alesan kamu itu udah ngga mempan! kamu yang salah, masih mau ngelak juga, telingaku sendiri yang denger pembicaraan kamu sama dia dikantor kemarin" kemudian ia melenggang pergi meninggalkan ruang keluarga yang kacau, memilih untuk masuk ke kamar dan mengurung diri dengan perasaan yang porak poranda.

ayah calvin mengusap surai hitamnya gusar, melepas jas hitamnya hanya tersisa kemeja coklat yang sekarang ia kenakan, kemudian ia duduk disofa depan televisi yang tidak menyala seraya menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa.

"ibu pengen banget pisah dari ayah kamu, tapi ibu kasian sama kamu, kamu masih kecil, kamu masih butuh didikan dari orang tua,tapi kalo ayah kamu gini terus, percuma juga ibu bertahan sampe sejauh ini, ibu bakal nekad pisah dari ayah kamu, ibu nekad bawa kamu pergi jauh dari kota ini, ibu yakin bisa jaga kamu, jadi ibu sekaligus ayah buat kamu, ibu percaya kamu bisa hidup tanpa sesosok ayah disamping kamu"

bulir air mata mulai mengalir deras mengenai pipinya, yang kemudian diusapnya menggunakan lengan baju panjangnya,

"puji tuhan ibu bisa lakuin itu"-imbuhnya kemudian

•••

Disini, di cafe ini, cafe yang terletak agak jauh dari rumahnya berada, calvin selalu melimpahkan  kesedihannya dengan merenung bahkan kadang sampai meneteskan air matanya. Tidak tau pasti hal apa yang menyebabkan kedua orang tuanya selalu bertengkar, membuat ia semakin pundung.

melihat ibunya yang selalu menangis setiap kali bertengkar dengan ayahnya,dan juga ibunya yang selalu tutup mulut enggan untuk bercerita pada calvin membuat emosi calvin kian hari semakin tidak terkontrol. Rasa bersalah calvin pada sang ibu karna tidak bisa membantu membuat ia lantas semakin iba.

kondisinya masih mengenakan seragam SMP, dengan tatanan rambut yang tidak karuan, membuat ia terlihat kucel dan tidak terurus. Hingga tiba waktu malam calvin masih saja berada disana, enggan untuk bangkit dan pulang ke rumah.

Jujur saja calvin merasa khawatir pada sang ibu, ingin rasanya ia pulang dan memeluk sang ibu dengan sangat erat, namun disisi lain ia juga merasa malas jika harus bertemu dengan sang ayah, melihat wajahnya saja sudah membuat ia muak.

Waktu terus berjalan, hingga detik ini menujukkan pukul 09:15 PM, tidak tahu kondisi ibunya saat ini, apakah kedua orang tuanya masih bertengkar atau malah sang ayah memilih pergi meninggalkan sang ibu dengan suasana hatinya yang porak poranda.

Melawan egonya, calvin akhirnya bangkit dari tempat ternyaman-nya, mengambil tas, membayar makanan yang ia pesan lalu melenggang pergi dengan membawa emosinya kembali kedalam rumah. memakan waktu cukup lama sekitar 30 menit untuk ia bisa sampai dirumah.

Dan benar saja, setibanya dirumah, ia disuguhkan dengan keadaan rumah yang berantakan, tidak mendapati adanya sang ayah, mungkin dugaannya benar, sang ayah pergi meninggalkan ibunya sendirian-lagi-

tak berselang lama, calvin segera menemui ibunya yang sedang berada didalam kamarnya, mengetuk pintu kamar dengan sangat hati-hati,

tok tok tok

"ibu.." ujarnya lirih

"ibu nda papa kan? calvin minta maaf bu tadi siang...

kemudian pintu kamar terbuka, menampakan raut wajah-ibu calvin-dengan kondisi yang kacau, seraya menenteng tas kecil serta koper besar ditangan kanannya.

"nak, beresin baju kamu, kita pergi dari sini" kata ibu calvin

"iy-iya bu" jawab calvin, tidak tahu apa yang akan dilakukan sang ibu, calvin hanya bisa mengikuti dan menuruti perintah ibunya.

"kita mau kemana bu?" tanya calvin, setelah ia dan sang ibu sudah keluar dari rumah mereka, "ini udah malem bu"

"untuk malam ini kita cari penginapan dulu, besok baru kita pergi dari kota ini"

calvin hanya mengangguk pelan, ia tau pasti perasaan sang ibu yang tengah kecewa dengan sikap ayahnya, calvin memang sudah menduganya kalau pertengkaran yang akhir-akhir ini selalu terjadi akan berakhir seperti ini. ia pun hanya bisa pasrah jika memang benar kedua orangtuanya akan berpisah.







Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Long time-Seo ChangbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang