83 19 11
                                    

⚠Sebelum membaca tolong beri vote dan jangan lupa untuk tinggalkan komentar!😁
⚠Disarankan untuk mendengarkan lagu di atas🎧🎶
⚠Ini adalah chapter terpanjang yang pernah kubuat jadi, let's enjoy ya readers!😄💕

Selamat membaca🌸




Kyoto, 20 Maret 2020

Flashback on

Jeongin dengan balutan kemeja putih dan celana kain berwarna hitam berjalan di tengah hutan sambil membawa setangkai bunga Lily putih. Setiap langkahnya selalu diterangi lentera entah darimana asalnya. Lentera itu muncul ketika Jeongin melangkah maju. Lentera itu membawanya ke sebuah jinja tua. Di sana, ada sosok manis berbehel tengah menunggunya, iya itu Aien.

"Bagaimana kabarmu? Maaf selama ini aku melupakanmu." Jeongin menunduk melihat Lily yang ia bawa. Cahayanya nampak meredup seakan segera hilang.

"Bukankah itu memang perjanjian kita? Roh hutan telah memberimu kesempatan untuk menemuinya dengan ragaku. Dan aku memperbolehkannya. Bukankah begitu? Hehehe." Tawa Aien membuat Jeongin menyunggingkan senyumnya. Ia pun menatap manik Aien.

"Akan kuselesaikan secepatnya, aku tak ingin membuatmu menunggu sendiri disini sendirian. Kak Sano dan otou-san pasti sangat merindukanmu." Tangan yang kian meredup cahayanya menggenggam tangan kecil dengan cahaya yang kian terang.

"Kak Jeongin jangan khawatirkan Aien disini, Aien tidak sendiri. Aien selalu melihat semuanya dari sini dengan bantuan roh hutan. Dan untuk kak Sano dan otou-san, aku akan menggunakan kesempatan yang diberikan oleh roh hutan untuk menemui mereka berdua. Jadi jangan khawatir." Aien memeluk Jeongin erat, menepuk punggung yg lebih lebar darinya sembari mengatakan "tak apa-apa".

"Aku janji akan membawamu kembali ke mereka. Dan jika waktu itu tiba, bolehkah aku meminta satu permintaan? Ini tak akan sulit." Aien pun tak sadar mengangguk menanggapi pertanyaan tersebut.

"Apa itu?"

"...."

Flashback off








🌸🌸🌸🌸🌸

Kemaren malam Minho, Han, dan Hyunjin diusir oleh Aien. Mereka merasa ada yang aneh. Mereka mengira jika Aien bertengkar dengan Sano.

Dan pagi ini, Hyunjin ingin mencoba menemui Aien. Hyunjin berharap kali ini ia bisa berbicara dengan Aien kembali seperti biasanya.

Namun, langkah kaki Hyunjin harus terhenti tatkala melihat Aien duduk di taman rumah sakit dengan tiang infus disamping kanannya.

Ia berjalan mendekati Aien. Ia sodorkan sebuket mawar putih dari belakang punggung Aien. Aien nampak terkejut melihat sebuket bunga mawar dihadapannya. Kemudian ia menoleh ke belakang untuk melihat sosok yang menyodorkan sebuket bunga mawar putih itu barusan. Mata Aien terbelalak lucu ketika melihat sosok yang tak asing tengah tersenyum lebar hingga matanya menghilang.

Iya, itu Hyunjin. Hyunjin kemudian berdiri di sebelah kiri Aien. Menaruh sebuket bunga mawar putih itu ke pangkuan Aien. Hyunjin mengitari bangku taman itu dan duduk disamping Aien.

"Kau tau arti dari bunga mawar putih ini?" Pertanyaan dari Hyunjin mendapat gelengan ragu oleh Aien.

"Aku juga tak tahu jika Han tak memberitahuku semalam. Han bilang itu lambang ketulusan. Dan aku tulus mendoakanmu agar kau cepat sembuh. Bukankah itu terdengar manis?" Aien tertawa menanggapinya. Bukankah itu memang terdengar agak cringe meskipun Jeongin sudah merasakannya dulu. Ia bahagia mendengarkan kembali kata-kata cringe dari Hyunjin.

Umarekawari (Hyunjeong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang