Assalamu'alaikum pembaca Imam Untuk Halwa ❤️
Sudah lama aku ngga nyapa kalian
Sebelumnya aku mau minta maaf yang sebesar-besarnya, karena tidak sesuai dengan janji aku yg bilang bakal off cuman 2 minggu, tapi nyatanya udah 2 bulan aku ga update. Wattpad ku mengalami error satu bulan kemaren. Ditambah aku yang ngalamin writers block, karena kelamaan ngga nulis. Jadi harap kalian memaafkan ku.Dan sekarang, kalian bisa menikmati kembali cerita IUH yg sebentar lagi tamat❤️
Terimakasih yang sudah setia dengan IUH sampai saat ini. Aku mengucapkan banyak terimakasih, karena tanpa kalian, IUH tidak akan dikenal oleh warga wattpad.
Aku sayang kalian♥️
Happy Reading ❤️
Hari ini, waktunya Atha dan Halwa pulang, setelah puas menikmati waktu berdua mereka, selama umroh dan honeymoon di Lombok.
"Ayaahh! Bundaaa!" teriak Alvin dan Naufal bersamaan, ketika melihat Ayah dan Bundanya tiba di pintu kedatangan.
"Sayangnya Bundaa!" balas Halwa sambil merentangkan tangannya, dan memeluk kedua anak itu.
"Ayah gak dipeluk?" tanya Atha yang sedari tadi melihat anaknya memeluk Halwa.
Mereka berdua hanya menyengir dan bergantian memeluk Ayahnya.
"Yah, Bun, apa kabar?" tanya Halwa menyalami Arvan dan Ayu.
"Sehat Alhamdulillah," jawab Ayu.
"Gimana kemaren liburannya?" tanya Arvan.
"Kata Halwa masih kurang Yah," sindir Atha.
"Ish Mas ini, Halwa ngga ada bilang gitu," Halwa menyenggol lengan suaminya.
"Jangan-jangan kamu ini Tha, yang bilang masih kurang," tuduh Arvan pada Atha.
Atha hanya menyengir dengan menampakkan sederet giginya.
Ayu pun mengajak mereka berdua langsung pulang ke rumah untuk beristirahat.
"Ayah, besok Nau mau jalan-jalan, boleh?" tanya Naufal.
"Boleh sayang. Ayah besok masih libur kok," jawab Atha.
"Yeey, Nau mau belenang Yah," ujar Naufal.
"Iyaa apa aja boleh sayang," sahut Halwa.
Tak lama, mereka pun sampai di rumah. Bi Ida langsung menyambut kedua majikannya dan membawakan barang mereka ke kamar.
"Atha, Bunda mau ngomong. Bunda tunggu di taman," ujar Ayu.
Atha pun segera menuju ke taman mengikuti Bundanya.
"Ada apa Bun?" tanya Atha.
"Kemarin Keysha datang," jawab Ayu.
"Ngapain Bun?" tanya Atha tak santai.
"Bunda gak tau maksudnya apa datang kesini. Dia nanyain kamu, sama Naufal. Cuman kemarin Alvin sama Nau lagi di rumah Umi, jadi pas dia datang Bunda bilang di bawa kalian liburan. Mungkin karena gak ada kamu, dia gak jadi ngomongin tujuan dia datang ke sini. Bunda juga gak tau, dia tau alamat rumah ini dari mana," jelas Ayu.
Atha langsung berdiri, menampakkan raut wajahnya yang gusar.
"Bun, Atha minta tolong, Halwa jangan sampai tau tentang ini," pinta Atha. Saat ia hendak melangkah pergi, Ayu memanggilnya.
"Mau kemana?" tanya Ayu.
"Mau ketemu Agus, ada yang mau diomongin Bun," jawab Atha.
Atha pun kembali melanjutkan niatnya yang tadi sempat terhenti. Saat ia masuk rumah ingin mengambil kunci mobil, Halwa menghampirinya.
"Mas mau kemana buru-buru?" tanya Halwa.
"Ada masalah sedikit di kantor. Mas berangkat dulu ya Yang, assalamu'alaikum," ujar Atha terburu-buru.
"Wa'alaikumussalam," jawab Halwa.
Sejenak Halwa berpikir, tidak biasanya suaminya seperti tadi. Halwa pun membuang prasangka buruknya. Ia pun melanjutkan niatnya yang ingin memasak untuk kedua anaknya.
•||•
Agus sedang duduk menunggu atasannya di salah satu cafe yang tak jauh dari kantornya. Sebelumnya mereka sudah terlebih dahulu membuat janji melalui telepon.
Athalla datang dan langsung duduk di hadapan Agus.
"Kenapa Bos? Mendadak banget, ada yang perlu saya lakukan?" tanya Agus yang sudah bisa membaca pikiran bosnya ini.
"Kamu masih ingat Keysha? Cari tau alamat sama nomor telepon nya! Saya kasih waktu sampai besok pagi," seru Atha tidak santai.
"Ingat Bos, siap! Agus bertindak segera!" ujarnya penuh semangat sembari berdiri.
"Eh eh eh tunggu dulu, siapa yang suruh sekarang, saya belum siap ngomong," kesal Atha.
"Belum ya Bos? Maap-maap saya duduk lagi," jawab Agus menyengir tipis.
Atha pun hanya memutarkan bola matanya malas. Sebenarnya, ia sudah cukup kesal dengan asisten pribadinya ini. Tetapi, hanya Agus yang bisa ia percayai sepenuhnya. Belum pernah ia menemukan orang sejujur Agus, biarpun sedikit menyebalkan, Agus sangat patuh selama mengabdikan dirinya pada Atha.
"Kamu cari alamat dan no hp nya saja, saya ada hal penting yang harus dibicarakan sama dia. Ingat sampai besok pagi ya, jangan lupa Gus!" pesan Atha.
"Masalah Naufal ya Bos?" tanya Agus tanpa basa-basi.
"Iya, udah saya mau pulang dulu. Nanti kamu kerumah ya, ambil oleh-oleh dari saya umroh kemarin," ujar Atha.
"Baik Bos!" seru Agus.
•||•
Atha pulang kerumah, setelah menyelesaikan urusannya tadi. Baru saja memasuki rumah, penciuman nya sudah menangkap aroma yang tidak asing di hidungnya. Cumi asam manis. Siapa lagi kalau bukan Halwa yang memasak. Ia tampak sedang sibuk menyajikan lauk di meja makan untuk disantap siang ini.
Tanpa disuruh, Atha langsung duduk pada posisi nya. Nafsu makannya langsung menggebu-gebu ketika melihat istri tercintanya yang memasak.
Halwa tersenyum bahagia melihat tingkah suaminya. Itu menunjukkan bahwa Atha sangat mencintai dan menyayangi dirinya.
"Wa, ini enak banget," seru Atha sambil mengacungkan jempolnya.
"Tiap Halwa masak, Mas bilang nya selalu gitu. Ngga ada inovasi lain gitu?" tanya Halwa yang sudah berhadapan dengannya.
"Abis mau ngomong gimana lagi. Mau di bilang ataupun ngga, masakan kamu tetap gini, selalu pas dan enak banget," jawab Atha dengan penuh kejujuran.
Halwa tersenyun tulus. Inikah kebahagiaan setelah menikah? Meski dulu, ia menganggap ini suatu keterpaksaan, tapi sekarang ia tak ingin pergi dari masa ini. Ingin terus bersama pria yang menjadi alasan bahagianya di setiap hari.
Mereka melanjutkan makannya. Kebetulan Alvin dan Naufal sedang ikut Arvan dan Ayu berbelanja. Sehingga mereka menghabiskan waktu berdua dirumah tanpa diganggu siapapun.
•||•
Untuk part ini, mungkin aku ga bisa update panjang seperti biasanya, tapi aku harap kalian suka ceritaku dan jangan lupa vote dan comment cerita ini.
KALAU PERLU SHARE KE TEMAN-TEMAN KALIAN SEMUAA LUV YOU ALL❤️Senin, 18 Januari 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Untuk Halwa (HIATUS)
RomanceHalwa Safiyya Ningrum, perempuan yang mencintai sahabatnya Muhammad Arsa Pradipta. Dia lebih memilih memendam perasaannya sampai waktu yang tepat. Namun apa jadinya, jika yang dipendam justru melukainya sendiri. Arsa memilih perempuan lain untuk men...