Silahkan di Votement seikhlasnya aja😔🙏
Pintu Kafe di buka secara bersama oleh Almira dan Liana. Dalam Kafe sangat moderen nan kekinian Nam Gi si pemilik toko benar-benar mendekor Kafenya sesuai jaman. Almira sendiri sering mengambil beberapa foto dirinya saat senggang karena dekorasi serta perabotan terlebih dindingnya yang dihiasi penuh dengan foto Idol membuatnya tak bisa membiarkan begitu saja. Pantas saja setiap hari Kafe mereka selalu dipenuhi anak remaja, tidak hanya karena kemoderenan Kafenya namun yang utama terdapat wifi geratis.
"Hai para bujang-bujang tampan," sapanya pada foto idol di dinding.
Liana mengernyit aneh mendengar bahasa Almira yang sangat asing baginya itu. Tentu asing secara bahasa Indonesia tidak pernah dia dengar langsung dan ini baru pertama kalinya dia dengar langsung dari bibir gadis belasteran tersebut.
"Kau bicara apa?" Tanya Liana sambil terkekeh geli.
Almira tersenyum kikuk dilihat Liana saat dirinya tengah melihat foto para bujang tampan yang tertempel di dinding kafe tersebut. Almira menyengir kuda menggeleng kecil kemudian pergi ke tempat ganti pakaian.
"Eonni menurutmu apakah hari ini akan ramai lagi seperti kemarin?" Ucap Almira setiba di tempat bartender dimana Liana berada yang sedang mengelap beberapa gelas bersih.
"Semoga saja. Kita kan menyediakan wifi geratis terutama foto mereka jangan lupakan. Itu adalah daya tarik kafe kita dan paling utamanya kopi kita sangat khas terutama dissert hasil tanga mu itu." Ujar Liana membuat Almira jadi malu atas pujian Liana terhadap masakannya itu.
Jangan berpikir kafe milik Nam gi sering ramai hanya karena wifi apalagi dekorasi kafenya. Tidak itu hanyalah bonus karena pada kenyataannya kopi mereka sangat disukai para pembeli terutama dissertnya seperti ucapan Liana tadi.
"Mira-ya-"
"Selamat pagi gadis-gadis cantik," suara bas seseorang mengalihkan perhatian kedua gadis disana. Mereka langsung membungkuk hormat setelah kehadiran seorang pria tinggi itu berdiri didepan mereka dengan senyum dimplenya. Satu kata untuk pria itu manis. Pria itu Nam Gi pemilik kafe tersebut.
"Hari ini kita mendapati orderan banyak. Dan kau yang mengantarkan bagian orderan sekarang," tangannya menunjuk kearah Almira seraya mengedipkan sebelah mata. Almira mengembungkan pipi nya, dia sangat malas harus mengantarkan orderan. Alasannya ya malas tidak lebih.
"Sajangnim kenapa tidak anda adakan lowongan saja untuk pegawai pengiriman orderan. Jika ada kan enak tidak perlu menunggu ku beres memasak, juga itu sangat melelahkan. Sajangnim tahu kan bagian ku disini apa saja," mau mengeluh sepanjang apapun mereka tidak akan dapat teguran justru keluhan mereka selalu dipertimbangkan oleh seorang bos seperti Nam Gi.
Inilah enaknya bekerja disana, Nam Gi tipikal orang yang ramah dan dia tidak pernah membedakan pekerja dengannya dia memperlakukan karyawan benar-benar seperti keluarga. Jika di tempat lain mengeluh seperti itu bisa jadi Almira dapat teguran tapi Nam Gi malah mengangguk-ngangguk kecil sambil berpikir.
"Kau benar juga. Nanti akan ku usahakan, tapi sekarang yang antar giliran mu. Karena kemarin Liana sudah."
"Baiklah Sajangnim." Almira tersenyum paksa. Liana mengepalkan tangan memberikan semangat pada Almira yang terlihat menyedihkan itu.
Nam Gi pun meninggalkan keberadaan mereka menuju ruangan tempatnya bekerja. Sebelum membuka pintu ruangan Nam Gi menjeda langkahnya sejenak. "Almira nanti saya kirimkan alamat kantornya lewat pesan. Oh ya mereka memesan 100 kopi dan 100 dissert. Antarkan jam 10 siang, jangan lupa Nde!" Seru Nam Gi lalu masuk kedalam ruangan.
Seketika Almira menghempaskan nafas kasarnya. Pesanannya tidak main-main, Almira mulai membayangkan dirinya membawa orderan sebanyak itu.
Liana menyengir kesihan gadis mungil seperti Almira harus mendapatkan pekerjaan seberat itu. "Almira-ya jangan sedih aku pasti bantu kamu. Kajja kita buat pesanan banyak itu." Almira mengangguk lesu.
KAMU SEDANG MEMBACA
REALITA (JJK)
Teen Fiction"Mencintaimu itu wajar namun berharap memilikimu adalah sebuah kesalahan." Almira "Aku bisa mencintai agama mu karena dirimu tapi aku tidak bisa mencintai agama mu karena Tuhan mu." Park Jung-kook Mereka memang se amin tapi mereka tidak bisa menjad...