Chapter 7

1K 90 6
                                    

Pagi ini aku bisa bangun tanpa jam alarm.
Mengangkat ponsel dan menemukan bahwa sudah jam 10.00

Hari ini, sabtu, dan sesuai jadwal tidak ada pertemuan atau diskusi, menjadikan hari ini sebagai hari libur yang bisa disebut hari libur yang tidak begitu sering ditemukan. Aku memutar badan untuk mengilangkan sakit pada badan. Meskipun ini adalah sofa kelas yang bagus, namun ukurannya dimaksudkan untuk tempat duduk, sehingga bisa menimbulkan rasa sakit. Itu karena sofa. Ini bukan tentang usia

Setelah selesai memutar, aku berdiri dan mencuci muka, mencuci mata, menyikat gigi, dan menatap pintu kamar tidur. Sekarang, bocah N e sedang tidur dengan selimut putihnya seperti anak kucing. Imajinasi tidak sepenting gambaran nyata, perlahan aku berjalan membuka pintu kamar tidur. Di mana, selama proses tersebut, aku memikirkan mengapa aku menyelinap Ke kamar ku.

Aku perlahan melangkah ke kamar tidurku. Aturan visual bertentangan tentang imajinasiz dimana anak kucing ini terselip? Tempat tidur yang tidak rapi ini akan lebih seperti anak anjing yang nakal.

Ne mematahkan kakinya. Bantalnya terlemapar di tempat tidur. Perut besar berwarna hijau yang memar terlihat saat kemeja itu digulung ke dada. Wajah keras kepala terselip selimut sampai pipinya menumpuk Mulut disiram oleh air liur

Anak ini

Tampaknya membuat dirinya stres, tidak terlihat jantan. Tapi aku tidak ingin mengatakan bahwa ukurannya masih belum keren sama sekali

terlihat lucu ...

Benarkah?

Aku perlahan melangkah mendekati tubuh Nae.

"Ne"

"..." tidak bergerak sedikit pun.

"Sudah pagi."

"..." Bahkan matanya tidak bergerak. Aku berjalan dengan tanganku menyentuh si kulit putih. Dari itu diketahui bahwa terjadi demam ringan. Harus memberinya makanan dan obat

"Nae Nae sudah pagi"

"Ugh, beri aku lima menit lagi, Bu." Selesai mengatakan, lalu menjentikkan kaki, berbalik ke arah lain, menunjukkan pantat bulat di bawah celana pendek. Akj mengusap wajah ku, mengusap mata ku, untuk membuat kesadaran.

"Sudah jam sepuluh"

"Dalam lima menit."

"Ne"

"Dua menit sudah cukup."

"Bangun"

"shiaa"

"Anak sialan"

"Huh ..." Ne mengerutkan kening sebelum perlahan mengangkat matanya, dia mabuk dan tenggelam selama beberapa detik sebelum membuka matanya.

"apa"

"Aku kaget, kupikir suara ayahku." Ne dengan cepat duduk. Kepala yang berantakan seperti sarang burung. Noda air liur hilang dari pipi hingga alis. Lengan kecil yang keluar dari lengan baju yang lebar terangkat, menggaruk kepalanya. "Sudah jam sepuluh"

"Aku masih mengantuk."

"Bangun makan dulu, kamu harus minum obat." Ne mengulurkan mulutnya, tidak puas, tetapi setuju untuk bangun dari tempat tidur.

Iya!

Mengapa aku mengikutinya terus menerus?

Aku meremas pelipis ku beberapa kali sebelum mengubah tujuan kj menjadi ke dapur. Aku biasanya sarapan sepuasnya kopi panas dengan telur goreng dan sosis. Makanan camilan agar tidak lapar saat macet di pagi hari. Tapi apa yang dia makan sarapan untuk usia sekolah menengah? Ketika aku di sekolah menengah, aku biasanya tidak sarapan.

[END] Boyfriend #สามหกสิบแปด [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang