Why Me? || Tujuh

813 149 9
                                    

Desas-desus dari mulut penghuni kelas ini terdengar ramai memenuhi ruangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Desas-desus dari mulut penghuni kelas ini terdengar ramai memenuhi ruangan. Kabar tentang dosen pengganti Bu Sindi sudah terdengar hari ini. Semuanya cemas untuk menunggu bagaimana tampang dosen baru yang akan mengajar mereka. Termasuk Fey dan Hana yang kini tampak terus melirik ke arah pintu kelas.

Suara langkah kaki yang dihasilkan dari sepatu pantofel hitam itu membuat ruangan mendadak hening. Semua kepala terlihat menengok ke arah pintu, tatapan-tatapan kagum dari parah kaum hawa terpancar jelas saat dosen baru itu memasuki ruang kelas. Berbeda dengan Fey dan Hana yang tampak membulatkan mata tak percaya.

"Selamat pagi, jadi mulai hari ini Pak Ben akan menggantikan Bu Sindi mengajar mata kuliah Analisis Laporan Keuangan," terang seorang wanita paruh baya yang berdiri di sebelah pria dengan kemeja berwarna navy. Lengan kemeja yang dilipat setinggi sikut menambah ketampanan tersendiri pada pria itu. "Silakan, Pak Ben."

"Terima kasih, Bu."

Baru saja langkah wanita paruh baya itu sampai di depan kelas, suara riuh kembali memenuhi ruangan kelas. Beberapa kaum hawa tampak berteriak mengatakan dosen tampan. Ada yang berteriak meminta Ben untuk memperkenalkan diri. Bahkan ada yang sampai mengeluarkan ponsel untuk mengabadikan wajah tampan Ben.

"Baiklah, perkenalkan nama saya Ben. Saya meraih gelar master di Amerika," terang Ben dengan seutas senyum di wajahnya.

"Nomor teleponnya, Pak!"

"Alamat rumah dong, Pak!"

"Akun sosmed juga, Pak!"

"Masih jomblo gak, Pak?"

"Ganteng banget, sih! Pakai skincare merek apa, Pak?"

Teriakan-teriakan dari kaum hawa membuat Fey pusing mendengarnya. Terlebih pertanyaan terakhir yang menurutnya sangat lebay. Ingin sekali Fey berteriak untuk menghentikan pertanyaan-pertanyaan tak berfaedah itu. Tapi apa daya, ia sangat malas ikut terlibat dalam perkenalan dosen baru.

"Gue baru lihat Ben pakai kemeja gaya begitu, dia ganteng banget," bisik Hana pada sahabatnya yang kini tengah memijat pelipis.

"Gak usah lebay! Di mata gue dia gak lebih dari seorang om-om," sahut Fey singkat.

"Gue cantik. Gue diem."

Mata kuliah Analisis Laporan Keuangan berjalan dengan normal. Para mahasiswi tampak sangat bersemangat sebab diajar oleh dosen tampan. Tampak beberapa dari mereka berkali-kali mengajukan pertanyaan agar Ben terus menerangkan materi di depan sana. Hal itu membuat Fey sangat muak. Berbagai umpatan sudah siap ia semburkan pada pria tampan itu.

"Han, buruan dong! Lambat banget, sih, kayak keong!" gerutu Fey saat melihat sahabatnya tengah berkaca pada layar ponsel sambil merapikan rambut.

"Ya ampun, sabar napa, sih!" Dengan segera Hana meraih totebag miliknya lalu menggantungkan pada bahu sebelah kanan.

Why Me? [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang