Why Me? || Sepuluh

805 144 2
                                    

Hari pertama setelah perjanjian kemarin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari pertama setelah perjanjian kemarin. Pagi-pagi sekali Ben sudah mengirimkan pesan akan berangkat ke kampus bersama dengan Fey. Meski sebenarnya Fey sangat malas, ia tetap harus menerimanya karena sudah terikat dengan perjanjian.

Langkah Fey terdengar nyaring menuruni anak tangga. Setelah menghabiskan sarapan, Fey langsung bersiap untuk pergi ke kampus. Otaknya kembali menyebut nama Hana hingga hatinya terasa ngilu. Entahlah, beberapa hari terakhir mereka belum pernah saling sapa.

"Ma, Kak Ben belum datang, ya?" tanya Fey sambil melirik arloji di tangan kirinya.

"Kak Ben?" Senyum jahil terpancar dari wajah Ria sehingga membuat Fey memutar bola mata malas.

"Om Ben maksudnya," ralat Fey sembari berjalan mendekat ke arah mamanya.

"Udah di depan dari tadi," sahut Ria dengan senyum tertahan.

"Yaudah, Fey berangkat, Ma." Fey mencium tangan mamanya dan berlalu keluar rumah.

Senyum hangat diberikan Ben untuk menyambut Fey, sesuai perjanjian Ben tidak memakai jas. Tapi ia tetap harus memakai kemeja dan celana hitam karena hari ini ia ada jadwal mengajar di kampus.

"Udah sarapan?" tanya Ben sambil membukakan pintu untuk Fey.

"Udah, Kak Ben mau sarapan dulu?" tanya Fey, ia berdiri di depan pintu mobil yang sudah terbuka.

"Enggak. Nanti kakak sarapan di kampus aja," sahutnya dengan tersenyum senang. Akhirnya setelah sekian lama menunggu, ia bisa mendengar Fey memanggilnya dengan sebutan yang wajar.

Tidak banyak interaksi yang terjadi di antara mereka, hanya terdengar sayup-sayup suara lagu yang disetel oleh Ben. Jalanan pagi ini tidak terlalu padat, sehingga mereka tidak butuh waktu lama untuk sampai di kampus.

Baru saja Fey melangkah menyusuri koridor sendirian. Tatapannya bertemu dengan sahabat yang beberapa hari ini tampak memusuhinya. Fey mengembuskan napas kasar, lalu kembali tertunduk dengan melangkah lebih cepat. Namun, tangan Hana menahannya, membuat ia terpaksa mendongak.

"Maaf," gumam Hana pelan, tapi Fey masih mampu mendengarnya dengan jelas.

"Maaf," sahut Fey. Ia tak tahu harus berkata apa.

Cukup lama mereka terdiam hingga akhirnya tawa mereka pecah dan berakhir dengan pelukan hangat. Fey tidak tahu mengapa ia sangat merindukan Hana. Posisi Hana bukan lagi sebagai sahabat baginya, tapi sudah seperti seorang kakak.

"Jadi, tadi berangkat sama Ben?" goda Hana saat mereka sudah duduk di dalam kelas.

"Iya. Sesuai perjanjian," sahut Fey lalu menarik perhatiannya pada layar ponsel yang ada di atas meja.

Layar ponselnya menyala, menampakkan nama Ben yang sedang menelpon. Tanpa menunggu lama ia menarik icon berwarna hijau ke arah atas lalu menempelkan benda pipih itu ke telinga.

Why Me? [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang