Kejadian kemarin telah membuat Fey menjadi salah tingkah saat bertemu Ben. Tapi Ben terlihat biasa saja saat berpapasan dengannya di koridor kampus. Ingin rasanya Fey menusuk pria aneh itu sekarang juga. Entah sihir apa yang telah ia lakukan sampai Fey tak berdaya kemarin malam. Kembali rasa kesal meluap di hati Fey.
Mata kuliah Pak Reski telah berakhir, kini saatnya Fey untuk pulang. Sikap Hana padanya masih sama, cuek dan tak mau bicara. Mungkin Fey harus menunggu lebih lama agar emosi Hana menghilang. Baru saja hendak membeli minum di kantin, Gio muncul di hadapan Fey dengan membawa setangkai bunga mawar dengan posisi bertumpu pada satu lutut di lantai. Fey tersentak dengan apa yang dilakukan Gio. Ini sedikit tidak masuk akal.
"Gue suka sama lo sejak SMP. Gue gak tahu lo suka atau gak sama gue. Tapi, gue mau minta kesempatan untuk menjadi orang spesial dalam hidup lo."
Fey tertegun. Ini sedikit berlebihan baginya. Mereka baru bertemu beberapa kali, tapi Gio dengan beraninya mengatakan ini di depan umum. Berbagai tatapan tertuju pada mereka, dari tatapan kagum sampai tatapan jijik. Fey sudah tak kuat menahan rasa malu. Otaknya berusaha berpikir untuk menolak tanpa melukai, tapi rasanya untuk saat ini semua jalan mendadak buntu.
"Gio, gue gak bisa jawab sekarang. Ini terlalu cepat." Fey berusaha membuat alasan, meski ia tak yakin bahwa Gio akan menerima alasannya.
"Gue butuh jawaban iya atau tidak." Gio masih kukuh pada pendiriannya.
Otak Fey memaksa untuk menolak, tapi hatinya tak tega menyakiti pria ini. Sekelebat ide terlintas di otak Fey dan membuat seutas senyum tipis tercetak di bibir merahnya. Dengan pelan ia mengangguk dan menerima mawar dari Gio. Tanpa diperintah pria itu langsung menarik Fey ke dalam dada bidangnya. Sebuah pelukan hangat menjadi awal hubungan itu. Meski hati Fey merasa ragu dengan keputusannya.
***
Gadis dengan sweater putih dan celana jeans hitam ini sedang berdiri di bawah pohon besar yang ada di depan kampus. Biasanya Pak Mus tak pernah membuatnya menunggu sangat lama. Sesekali lensanya melirik arloji berwarna silver yang melingkar di tangan kirinya. Sudah tiga puluh menit ia menunggu, tapi Pak Mus tak kunjung menampakkan diri. Alis Fey tertaut saat sebuah mobil jazz putih terhenti di hadapannya.
"Gio?" gumam Fey saat kaca mobil terbuka dan menampakkan pria yang baru beberapa saat lalu telah menjadi kekasihnya.
"Pulang bareng gue aja. Ayo!" kata pria itu dengan membubuhkan senyum di akhir kalimatnya.
"Tapi gue udah minta supir jemput," jawab Fey. Ia kini mulai merasa takut jika terlalu dekat dengan pria itu.
"Bilang aja mendadak ada acara sama teman. Yuk!" Gio seolah melakukan pemaksaan sampai membuat Fey kehabisan akal untuk menolak.
Sempat berpikir sejenak, hingga akhirnya Fey menerima tawaran Gio dengan setengah hati. Jemarinya mengetikan pesan singkat pada Pak Mus. Dengan keraguan di hatinya, Fey masuk dan duduk di sebelah Gio. Suasana tegang mendadak mengelilingi Fey. Gio menggenggam pelan jemari kekasihnya itu, tak bisa berbuat banyak Fey hanya bisa diam membisu.
"Mau makan dulu?" tanya Gio dengan menatap sekilas ke arah Fey.
"Gak usah." Fey tahu bahwa jawabannya terkesan sangat jutek, tapi untuk saat ini ada baiknya dia menjaga jarak dari Gia, karena hubungan ini tidak ia dasari dengan hati yang tulus.
Mobil Gio telah terhenti tepat di depan rumah dengan gerbang bercat hitam. Tanpa basa-basi Fey bergegas turun dan mengucapkan terima kasih, lalu melangkah masuk ke rumah. Mungkin Gio menyadari sikap aneh kekasih barunya, tapi itu bukan masalah bagi Fey.
Dengan malas Fey merebahkan tubuh di atas tempat tidur. Situasi akhir-akhir ini telah membuatnya sangat letih. Masalah-masalah aneh bin ajaib terus saja menghampirinya. Berawal dari perjodohan yang belum menemukan solusi. Lalu Hana yang marah karena kesalah pahaman yang belum menemukan titik terang. Dan sekarang, ia harus terjebak dalam hubungan yang tak pernah diharapkan sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Me? [Sudah Terbit]
Romance#1 - romancekomedi (16/06/21) #1 - whyme (07/07/21) #2 - novelromance (01/11/21 "Maaf, Om. Saya gak sengaja." "Om? Setua itukah saya?" Pertemuan singkat yang membuat Ben jatuh hati dengan kecantikan dan sikap menggemaskan gadis yang ia tak sempat ta...