Why Me? || Satu

1.6K 256 27
                                    

Fey berlari menuruni anak tangga dengan langkah yang berisik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Fey berlari menuruni anak tangga dengan langkah yang berisik. Membuat semua orang yang sedang sarapan memberikan pandangan heran padanya.

"Selamat pagi," sapa Fey dan langsung duduk menyantap sarapan.

"Fey, kamu itu udah dewasa. Hilangin, dong, sikap petakilan kayak begitu. Lari-larian di tangga. Kalau jatuh gimana? Malu, 'kan?" Ria menasehati putrinya yang kini sudah menginjak usia 21 tahun.

"Iya, Ma, iya. Nanti Fey jadi kalem, pendiem, biar kayak manekin yang ada di mal mal," sahut Fey, lalu menggigit roti yang kini ada di tangannya.

"Kebiasaan banget, sih! Dikasih tahu yang benar malah ngelawan." Dani selalu ikut memarahi adiknya itu ketika melawan. Tetapi, Dani juga selalu memanjakan adik semata wayangnya itu.

"Iya iya, maaf."

"Gak kuliah?" tanya Arga masuk dalam percakapan istri dan anak-anaknya.

"Kuliah jam sepuluh. Papa gak ke kantor?" tanya Fey setelah berhasil meneguk habis segelas susu coklat.

"Ini sekarang mau berangkat." Arga bangkit dari duduknya dan berpamitan untuk pergi ke kantor.

"Kak Dani mau ke mana?" tanya Fey saat ia melihat kakak laki-lakinya itu berpakaian rapi.

"Ke kantor, ikut papa. Mau belajar jadi pengusaha sukses," tuturnya sambil tersenyum lebar.

"Wah! Good luck!" seru Fey dengan antusias.

"O ya, Fey. Nanti jangan pulang telat, ya. Kita jam tujuh ada undangan makan malam sama rekan bisnis papa. Dia itu sahabat papa juga."

"Siap, Bos!" Fey mengacungkan kedua jempolnya dan tersenyum lebar.

***

Gadis dengan sweater putih ini melangkah cepat menuju kelas. Ia tidak terlambat, hanya saja Hana mengirimkan pesan agar dia datang lebih awal.

"Ada apa, Han?" tanya Fey saat ia telah berdiri tepat di depan meja Hana.

"Gak ada apa-apa. Gue kesepian aja di sini. Makanya minta lo cepetan datang." Hana menjawab dengan santai, tapi jawabannya malah membuat Fey geram.

"Nyebelin banget astaga! Gue sampai nyerempet tembok di tikungan koridor, Han!" Fey meletakkan tasnya dan ikut duduk di sebelah Hana sambil mengomel tanpa jeda.

"Udah jadi kebiasaan lo, 'kan? Kesandung di jalan datar, nyerempet tembok di tikungan koridor, nabrak tong sampah kampus. Apa lagi, ya?" Hana mengetuk-ngetukkan pulpen yang ia pegang ke dagunya, seolah sedang berpikir.

"Apaan, sih! Lo ngeselin, Han!" Fey memutar bola mata kesal. Tidak ada pembelaan yang bisa ia lontarkan lagi, karena semua yang diucapkan Hana adalah kebenaran.

Why Me? [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang