Part 3

19 3 3
                                    

"Uuuuh, akhirnya sampai juga.” Dengan nada memalas.

”Assalamualaikum, maaa..... mamaaa. maya pulang.” Sedikit berlari menaki  anak tangga tepat menuju kamarnya.

Mama yang sedang bemberskan sisa piring kotor bekas makan dengan papa dan beralih menyiapkan makanan untuk kedua anaknya, sedikit kaget dan hendak  untuk angkat bicara tetapi Maryam sudah berlalu pergi tanpat menghiraukan kalau sepasang mata sedang memperhatikannya dan hendak menunggu kepulangan mereka.

”Walikumsalam,” sambil menggelengkan kepala dengan kelakuan anak bungsunya yang kesering melakukan dan sudah menjadi kebiasaanya saat pulang dari jalan-jalanya. Yang pasti, bawaannya suka teriak-teriak. Padahal mama sudah sering ingatin kalau sura adalah aurat bagi wanita muslimah.

Berbeda dengan abangnya yang masuk dengan gontaian santi sambil mengucapkan salam dan menghampiri sang ibu untuk menyalim tangan ibunya.

"Assalamualaikum."

"Walaikumsalam, udah shalat nak?"

Udah tadi mampir di Masjid di jalan karan udah Azan juga.

"Oh ya udah, panggilin adenya biar makan bareng. Mama sama papa udah telat ni mau pergi,  ada acara  ulang tahun anaknya rekan bisnis papa. Mama sama papa udah makan tadi. Gak paapa ya makan beruda aja sama adek?"

"Iya mah".

"Sekalian mama pamit. Tuh si papa udah siap". Sambil mengalihkan  pandangan ke arah kamar mereka. 

Sambilan Naufal mengambil tangan ibunya untuk dicium.

"Assalamualaikum."

"Walikumsalam... Mama hati-hati"

Tanpa pikir panjang Naufal langsung menuju kamar  Maryam tujuannya adalah untuk memanggil dan makan bersama.

Tok tok tokk....

"Iya masuk aja gak di kunci."

Sambil memutar kenop pintu dan mengucapkan salam. Karan adeknya tidak suka kalau memasuki kamarnya tanpa salam. Pernah sekali abangnya itu disuru balik dan ulang masuk kembali untuk mengucapkan salam. Mengingat yang sudah-sudah Naufal tidak mungkin lagi mengulangi hal yang sama.

"Assalamualaikum...."

"Walikumsalam ada apa bang". Tanpa dongkak untuk memastikan pun dia sudah tahu kalau itu si abang.

Karan sudah tahu abangnya itu kalau kekamarnya pasti ada satu hal yang akan di sampikan dan benar saja abangnya itu mengajak untuk makan siang.

"Makan siang." Gontai masuk berdiri tepat dihadapan Maryam

"Nanti". Matanya tetap tertuju pada lembaran demi lembaran novel yang seolah itu lebih menarik dari pada sesorang yang berada di hadapannya ini.

"Nanti kapan?" tanyanya

"Pas laper". Jawabnya dengan nada santai

"Ayolah temani abang makan. Mama sama papa lagi keluar ada urusan." Dengan nada memohon.

"Yah..., aku kan belum lapar baaaang". Nadanya memalas

"On. Gak ada penolakan ya. Perut kamu belum terisi dan kamu langsung makan es crem tadi. Abang gak mau tau yah kalau nanti ada yang ngelu kalau magnya kambuh lagi. Dengan nada mrninggi dan tegas.

"Tapikan........"Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Naufal sudah menarik tangannya dan untuk keluar dan makan siang.

"Iiiiih abang, jangan tarik-tarik napa?". Berusaha melepaskan cengraman abangnya.

"Makanya nurut." tegsnya.

Maryam memanyungkan bibirnya sambil melipat tangan di dada dan berjalan menuju ruang makan.

"Disuruh makan bukan mau disuruh nikah yaa."

"Bawel amat si. " balasnya dan sambil menarik kursi dihadapan meja makan.

Seperti itulah kelakuan kakak beradik kalau sudah berada di rumah,  giliran salah satunya tidak di rumah,  bawaanya saling merindukan satu sama lain.

                            ***

Di waktu yang berbarengan Rayhan dan bundanya juga sudah sampi di rumah. Mobil memasuki pekarangan rumah  ala-ala Jepang dua lante. Kelihatannya sederhana namun elegan dan menarik.

"Sampai...". Kata bunda.
Sedangkan Rayhan tanpa sepatah katapun dia keluar dari dalam mobil menuju jok belakang mobil dan keluarkan belanjaan bundanya yang entah apa saja hendak di beli di Mall tadi.

Begitulah bunda masih macam anak ABGan dan seola-olah Rayhan adalah pacarnya yang kadang suka menyusahkan anak lelaki semata wayangnya itu.

Bundah, oh jangan tanyakan lagi. Bunda tidak ambil pusing untuk harus repot-repot untuk mengmbil belanjaan. Sedangkan Rayhan... Huh, anak itu lagi kerepotan untuk membawakan belanjaan bundanya.

"Buuun...., ndaaa. Rayhan taru belanjaanya  disini yaa". Sambil meletakannya di sofa ruang keluarga. Tanpa peduli bundanya nyahut panggilannya atau tidak yang penting dia sudah membawakan belanjaanya masuk ke dalam rumah.

Langka gontai mengiringi anak  tangga menuju kamarnya di lante dua untuk mandi. Mersa bahwa badannya sudah sangat lengket.

Keluarga Rayhan sedikit berbeda dengan keluarga Maryam yang orang tuanya keras dalam hal agama, untuk shalat dan masih banyak segi keagamaan lain itu yang lebih di prioritaskan tetapi  juga bukan berarti benar-benar agama-agama saja. Namun tidak membatasi dari segi menuntut hak anak, orang tua Maryam memberi kebebsana diluar dari itu untuk berbaur di luar layaknya anak-anak pada umumnya. Namun sedikt berbeda dengan keluarganya Rayhan, orang tua  Rayhan tidak terlau mementingkan atau  terlalu memproritaskan seperti orang tua Nadia yang sangat kers dengan lah itu. Mereka juga tidak membatasi pergaulan anaknya mau bergaul dengan siapa saja intinya tidak terjerumus kedalam lah-lah negatif. Jadi, jangan heran jika Rayhan agak sedikit brandel, tetapi brendelnya hanya sekedar ikut trend layaknya anak jaman sekarang. Untuk hal agama hanya sekedar tahu mana yang baik dan mana yang buruk menurut agama. Selagi agama menganggapnya baik maka mereka mengikuti itu, dan begitu pun sebaliknya.

Dan bedanya lagi, Maryam sekolah di Madrasa Aliyah sedangkan Rayhan skolah di SMA ternama yang ada di kotanya. Maryam awalnya di suruh memilih setelah lulus SMP, apakah dia mau mengikuti jejek abangnya yang perhah modok atau sekolah formal pada umumnya. Tetapi harus memilih  seperti sekolah keagamaan Islam, haram hukumnya dalam sejarah keluarga Pratama untuk masuk ke sekolah SMA atau SMK misalkan. Maryam memaklumi itu, karan orangtuanya keras seperti itu demi kebaikan masa depannya.

                         *****

Segitu dulu yaa.  Heheh.
Maafkan aku yg sebrba keurangan ini, kalau membosankan teman2 buat membacanya. Hehhe.

Jangan lupa vote dan komentarnya yaa.🤗🤗🤗 

Constancy That Never EndsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang