Part 6

17 0 0
                                    

 Assalamu'alaikum,,,, manteman jumpa lagi dengan sy si pecinta halu.

Penulis Recehan, benar-benar gak PD untuk publikasikan heheheh.

Aku mau kasih info ni buat yang biasanya hanya numpang lewat,  Aku belum ada pengikut ✌. Hehehe.

Perhatian,mungkin  beberapa hari kedepan ini blm bisa up ya, aku lagi ada urusan yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja... 












                                 ***

"Eh, bentar deh mana si Maya".

Dita dan yang lainnya jalan beriringan menuju parkiran. Sangat puas dengan jalan-jalan mereka hari ini. Tetapi, tanpa disadari Dita merasa ada yang kurang diantara mereka

"Oh ia ya, mana dia". Jawab Irma santai

" Duh, mana dia ya? Udah pulang kali?". Sahut Caca lagi

"Sama Rayhan kali ya, soalny pas cht WA sama dia tadi mau kesini juga katanya". Sahut Dani Memastikan

Dita yang tidak sepenuhnya percaya, langsung menelfon ke nomor ponselnya Maryam. Namun nihil hanya suara operato yang berkoar-koar mengakatakan nomornya tidak aktif.

"Duh, sial. Dia benaran udah balik gak ya". Sambil menggigit bibir bawahnya  jarinya mengusap keningnya khwatir.

"Dan coba pastiin dulu, nanya ke Rayhan". Sahut Caca khwatir.

Tanpa pikir panjang Dani langsung menghubungi Rayhan Sahabatnya itu. Dia juga sebenarnya khwatir tetapi dia tidak memperlihatkan itu, luarbisa Dani pintar sekali menyembunyikan kehwatirannya.

"Gak ada jawaban".

Panik, khawtir, hal itu yang sedang menyelimuti pikiran mereka. Mereka sama-sama berpikir sejenak untuk untuk mencari cara.

Tiba-tiba Caca si lemot meberi saran untuk telfon ke rumahnya sekedar memastikan dia sudah pulang ataukah belum.

"Oke, kita coba yah, hubungi nyokapnya".

Dalam panggilan

"A--assalmua'alaikum halo tan, ini Dita temannya Maya". Sedikit terbata

"Wa'laikumsalam, iya ada apa ya nak"?

"Mayanya ada gak tan?"

"Loh, bukannya sama kalian yah. Tadinya dia izin mau pergi bareng kalian"? Jawab sang mama bingung. Karena tadi Maryam izinnya perig jalan-jalan sama Dita. Tapi sekarang malah seperti ini. Apa anakanya sedang membohonginya.

"Oh ya udah tante. Udah dulu ya assalamualaikum". Panggilan diakhiri sepihak oleh Dita tanpa menunggu jawaban salam dari nyokapnya Maryam

Tutt.....ttuttt

Panggilan diakhiri

"Gawat, dia belum pulang. Apa jangan-jangan dia marah ya sama kita kalau kita bawa pasangan dia enggak. Sahut Dita  memastikan dengan raut wajah yang masih sama khawatir.

"Oke, kalian tenang. Ini udah Azan juga mending kita cari masjid untuk shalat terus kita cari lagi". Kali ini Arsya pacarnya Dita juga memberi ide.

Dani yang sedari tadi diam sebenarnya dia sudah tahu kalau Maryam sudah pulang karena di area yang tadi tempat Maryam memarkirkan motornya kosong.

                                ***

Waktu yang bersamaan, Maryam menelusuri jalan yang begitu ramai karena senja yang tadi menampakan diri sudah mulai hilang ditelan gelapnya malam. Kumandang azan magrib muulai terdengar di setiap masjid.

Sesuai dengan keptusan dan kesepakatan, Rayhan akan mengawal Maryam mengendarai motornya mengekori Maryam .  Jalan beriringan memasuki pekarangan masjid dan melansungkan niat mereka.

Usai menunaikan shalat magrib,  Rayhan berniat untuk ngobrol dengan maryam tepat diteras masjid untuk meminta maaf karan kecerobohannya di taman tadi.

Rayhan menghampiri maryam dari arah berlawanan sambil memanggil namanya. Tatapan yang tulus dan memohon. Namun Maryam tidak menggubris akan hal itu dan berlalu melewatinya pergi menuju motornya.

"Jangan berani mendekat. Udah masuk juga kok di kompek rumah gue mending lo balik. Orang tua lo juga pasti khawati kalau anaknya belum pulang. Ketusnya sambil membelakangi Rayhan yang hendak agkat bicar.

Maryam kembali mengendari motor dan menghilang dari pekarangan masjid.

Dan anehnya, tanpa disadar, ada sepasang  mata mengintai mereka  dari parkitan  mobil hendak melajukan mobilnya keluar dari pekarangan masjid.

Rayhan tidak menyerah, dia mengaku salah, karena melakukan hal yang diluar dugaan. Dia tetap mengikuti gadis itu dari belakang, hanya untuk memastikan gadis itu pulang  dengan selamat.

Beberapa menit yang lalu, setelah mendapat kabar dari Dita bahwa Maryam tidak bersama temannya itu, ibunya langsung panik, dan tanpa pikir iapanjang mamanya memberi kabar kepada papanya bahawa tolong mencari anak itu. Apalagi mendapt kabar dari Dita  mamanya langsung menghubunginya namun nomornya tidak aktif.
                               ***

Memutar kenop pintu dan mengucapkan salam

"Assalau'alaikum....".

Menghela napas legah, karana anaknya pulang dengan selamat

"Walikumsalam. Dari mana, suara yang begitu tegas keluar dari mulut sang mama yang meyahut dari ruang keluarga masih menggunakan mukenah karan baru selesai shalat magrib

Ya habis jalan-jalan lah sama Dit----

Barusan mama terima telfon dari Dita nanyain kamu di rumah apa nggak. Lanjutnya dengan nada tinggi

Helaan napas halus sambil memejamkan kan mata. Merutuki kecerobohannya, bisa-bisanya dia lupa, lagian dia juga lagi kesal sama teman-temannya itu.

"Ia mam, oh iya hpku lobet terus udah aku buru-buru juga mana udah mau magriba lagi".

"Kamu gak lagi bohongin mamakan". Dengan nada memastikan.

Hening tanpa suara. Itu satu kelemahan Maryam yang sulit akan berbohong.

Assalaualaikum... Sahut dari ambang pintu utama.

Tatapan papa begitu mematikan hanya ingin menerkan putri satu-satunya  itu.

"Dari mana aja pulang jam segini".

Pergi sama Dita dan yang lain. Itu lo pa, teman-teman Mey yang sering ma---".

"Oh, udah pintar ngarng certia sekarng ya, bagus. Papa salut sama anak gadis papa yang terkesan polos didepan papa ternyata dibelakang diluar dugaan papa. Nada bicaranya halus namun penuh penekanan

"Pergi sama teman-teman terus pulang dianter sama cowko gitu maksudnya,  iya?

"Papa ak...". Diluar dugaannya kenapa papa bisa tauh, apa Rayhan mengikutinya dari belakang tanpa sspemgetahuannya. Maryam benar-benar tidak paham dengan apa yang terjadi pada dirinya saat ini.

Mamanya hanya mematung tidak bisa berkata apa-apa dan hanya menggeleng tidak percaya kalau anaknya seperti yang dikatakan papanya.

"Pa..... Maya bisa je----". Dengan suara gementaran menahan tangis. Belum sempat menyelasikan kalimatnya lagi-lagi papanya memotong membicaraanya lagi.

"Masuk kamar". Hanya kata itu yang keluar dari mulut papa namun suaranya berubah dingin

Melihat kearah mama yang posisinya berhadapan dengannya.

Mama hanya mengangguk setuju, seolah bahasa tubuhnya mengatakan "jangan membantah".

                              ***
.

.

.

Udah ya nanti lanjut lagii. Tenang.....✌✌✌✌✌✌✌✌✌✌✌✌

Constancy That Never EndsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang