"Kosong kok, Bang. Atur aja jadwalnya, nanti kirim via line."
Cowok tan, pemilik senyum menawan itu membuang napas kasar, tepat setelah panggilan diputuskan. Itu managernya yang memastikan agar jadwal band juga sekolahnya tidak bertabrakan. Ia memang menjadi vokalis di salah satu band kota.
Namanya Lee Haechan.
Haechan akui kemampuan bernyanyinya belum sebagus itu, tetapi saat kenalannya memberitahu hal itu, ia pikir tidak ada salahnya mencoba. Lalu kemudian itu terasa seperti malapetaka. Well, Haechan sebenarnya menikmati bagaimana ia yang menjadi pusat perhatian ketika suaranya mulai menyatu dengan iringan lainnya dan memenuhi ruangan bersamaan dengan udara.
Yang dimaksud menjadi mala petaka adalah ia kelimpungan mengatasi waktu. Ditambah, kelas 11 ini ia ikut bergabung dengan anggota Osis. Haechan rasa, sebentar lagi kepalanya bisa meledak.
Dibiarkannya sepasang kaki itu melangkah tak tentu arah. Menghantarkannya ke belakang gedung sekolah. Bel masuk istirahat sudah mengudara beberapa menit lalu, tetapi cowok itu memilih untuk menulikan rungu. Haechan sengaja telat mengikuti kelas, pikirannya sedang runyam sekarang. Untuk alasan, bilang saja barusan ke toilet karena harus membuang hajat.
Ia buru-buru bersembunyi di balik dinding, saat manik cokelatnya menangkap keberadaan dua orang lainnya. Dan yang dilakukan cowok itu selanjutnya adalah berjongkok dan memerhatikan ㅡsepertinyaㅡ pertengkaran di depan sana.
"Ck, kamu lagi eskul. Lagian cuma pulang sama Je kenapa ribet banget sih?"
"Udah dibilangin berapa kali kalo aku gak suka?"
"Dari awal udah dibilangin berapa kali juga sih? Kalo aku mau terima, dengan catatan gak boleh saling ngengkang."
"Oke, udah sampe sini aja. Lo tuh terlalu ngengkang, gue gak tahan."
"Somㅡ"
"Gue mau sendiri."
Cowok jangkung itu terlihat menghela napas panjang, sebelum akhirnya bertolak menuju anak tangga. Sementara perempuan berparas elok terlihat mendudukkan diri di bangku lalu memejamkan matanya.
"Buset dah Guanlin udah cowok ke berapa yang diputusin Somi???" Gumam Haechan.
Kemudian tidak tahu kenapa, kedua kakinya membawanya mendekat pada perempuan campuran itu. Haechan lantas mendaratkan bokongnya di samping Somi.
"Putus lagi lo?" Haechan menyodorkan chimory untuk perempuan itu.
Somi menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan pikiran juga hatinya. Kedua kelopak matanya terbuka. "Mmhm," ia menerima minuman itu. "Thanks."
"Yoooo. Kali ini masalahnya kenapa? Anaknya pemales? Jorok? Makin hari makin ganteng? Punya banyak fans? Apa udah jadi seleb tiktok makanya lo gak mau?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[ii] It's Okay ; Haechan - Somi
Fanfiction[13+] [ON HOLD] Ada secuil bahagia, saat netra merekam canda juga tawa milik cowok tan di depan sana. Dipisah oleh beberapa meja, juga pembatas tak kasat mata. Lalu kemudian, tawaran pulang bersama ternyata menjadi awal bagaimana pembatas perlahan t...