10. Backstreet

12 3 0
                                    

Jika dipikir-pikir hubunganku dengan Ali semakin dekat selama 4 bulan terakhir.
Aku masih teringat beberapa bulan yang lalu aku menolaknya karena aku tak ingin masalaluku terulang kembali. Ketakutanku itu masih sering menghantuiku hingga saat ini.

Namun entah mengapa rasanya Ali tak menyerah dan masih ingin mendapatkanku dan menjadikanku sebagai pacarnya.
Hari-hari ku lalui seperti biasanya dan aku sangat memfokuskan belajarku supaya aku bisa mendapat nilai terbaik.

Jika pulang, aku dan Ali terkadang bertemu di depan gerbang atau saling menunggu di depan kelas untuk berjalan ke luar gerbang sekolah bersama. Tak heran jika semakin hari aku semakin nyaman padanya. Ali seakan benar-benar ingin membuatku lebih nyaman bersamanya.

Ku kira dia akan terus seperti ini, menjadi teman dekat saja tanpa ada hubungan yang pasti. Ku kira itu juga menyakitkan untuknya. Sampai suatu hari Ali menyatakan perasaanya lagi untuk kedua kalinya padaku.

Aku sangat terkejut, ku kira dia tak akan melakukannya lagi. Ia menyatakannya lewat pesan yang ia kirim dari ponselnya.

WhatsApp

Ali Alghifarry
"kinan aku boleh ngomong sesuatu?"

Kinan
"iya li ngomong apa?"

Ali Alghifarry
"boleh gak kalau aku nyatain perasaanku lagi? Aku bener-bener sayang sama kamu nan. Sebenernya aku gamasalah kalau kita tetep temenan tapi perasaanku maunya kita lebih dari sekedar teman, jadi kamu mau jadi pacarku?"

Malam itu Ali menyatakan perasaanya kembali padaku untuk kedua kalinya. Sebenarnya hatiku berkata aku tak bisa menolaknya, karena jujur saja aku juga sudah mulai nyaman terhadapnya.

Malam itu aku benar-benar tak merasa ada beban dan ketakutanku akan masalaluku juga sedang tak ada di pikiranku. Sampai-sampai aku mengeluarkan jawaban 'iya' untuk Ali yang tandaya kami berdua akan resmi pacaran malam itu juga.

Kinan
"iya li aku mau"

Ali Alghifarry
"beneran ini?"

Kinan
"iya bener li"

Ali Alghifarry
"yess makasih kinan"

Ali benar-benar terlihat sangat senang. Malam itu kami resmi menjadi sepasang kekasih. Tapi aku meminta satu syarat kepadanya, aku tak ingin siapapun tahu jika aku dengannya sudah resmi berpacaran. Bukannya apa-apa, tapi aku tipe orang yang tak suka mengumbar hubunganku dengan orang lain, takutnya nanti akan ada masalah yang muncul.

Mungkin Ali sedikit keberatan akan syaratku itu, tapi dia tetap mengiyakan syarat ku yang tandanya kami berdua akan berpacaran secara diam-diam atau jika banyak orang bilang yaitu backstreet.

Hari-hari kami jalani dengan penuh suka dan duka.
Sampai satu persatu teman-temanku mengetahui hubunganku dengan Ali.


"kinan kamu pacaran sama Ali?" tanya Dyra dengan penasaran.

"engga kata siapa?" tanyaku balik dengan berpura-pura seakan aku dan Ali tak memiliki hubungan apapun.

"alah jangan bohong kamu, kita udah tau semuanya" ucap Beril.

"enggaa ih kalian apaansi" ucapku.

"udah bilang aja iya nan, masa sama temen sendiri main rahasia-rahasiaan" ujar Gwen.

"yaudah deh iyaa aku sama Ali udah pacaran hampir sebulan" ucapku pasrah.

"hahhh kok kamu ga ngasih tau kita dari awal" tanya Gwen.

"aku sengaja gamau ngasih tau siapapun termasuk kalian bertiga jadi maaf".

"ngomong-ngomong kalian tau dari siapa?" tanyaku.

"dari Ali" jawab Dyra.

"oohhh".

Sejujurnya aku sedikit kecewa mendengar nama Ali yang Dyra sebutkan. Ku kira mereka mengetahui hubunganku dengan Ali dari orang lain. Dengan ini Ali sudah mengingkari janjinya. Jujur aku kecewa terhadapnya, mengapa rahasia yang kami simpan selama hampir sebulan tiba-tiba bocor begitu saja.

Sepulang sekolah saat aku keluar kelas, aku tak menjumpai Ali di depan kelasnya, padahal jam pelajaran sudah usai. Aku pun berjalan menuju keluar gerbang dan sama sekali tak ku dapati Ali dimana-mana. Ku pikir ia sudah pulang duluan.

Sesampainya di rumah aku mengecek ponselku dan melihat beberapa pesan dari Ali yang masuk. Ia hanya bertanya apakah aku sudah makan atau belum dan hanya ku jawab sudah.

Itu adalah pesan terakhir kami. Sampai malam tiba aku sama sekali tak ada niatan untuk mengirim pesan padanya, begitupun dengan Ali yang tak kunjung mengirim pesan padaku. Ku kira ia sudah sadar akan kesalahannya dan akan segera meminta maaf padaku tapi ternyata tidak.

Hingga pagi datang Ali tak kunjung mengirimi aku pesan. Mungkin ia belum sadar atau memang pura-pura tidak sadar. Jadi aku memutuskan untuk membiarkannya saja, jika ia sadar ia seharusnya cepat-cepat meminta maaf padaku.

Saat aku datang ke sekolah aku melewati kelas Ali untuk sampai ke kelasku. Tapi aku tak ada niatan menengok ke dalam kelasnya apakah Ali sudah berangkat atau belum.
Tiba-tiba saja ada seorang perempuan yang merupakan teman satu kelasnya Ali dan memanggilku.

"hai Alii" godanya sambil terkekeh kecil.

"hah?" tanyaku heran.

"kamu pacarnya Ali kan" ucapnya.

Entah sudah berapa orang yang mengetahui hubunganku dengan Ali. Aku hanya bisa terdiam saat itu dan terus berjalan menuju kelas.
Sesampainya di kelas aku langsung menaruh tasku dan tak lama setelah itu pelajaran dimulai.

Sepanjang pelajaran aku terus saja kesal, rasanya aku tak ingin rahasia yang sudah ku simpan bersama orang lain bocor begitu saja.

Ali kenapa kamu membocorkannya?
Kenapa kamu tak bisa menyimpan rahasia? Padahal sudah hampir satu bulan
Kenapa kamu membuatku kecewa?
Kenapa kamu tak kunjung meminta maaf? Apakah kamu belum sadar akan kesalahanmu? Atau kamu berpura-pura tak menyadarinya?
Entahlah pertanyaan itulah yang kupikirkan saat ini.

***

Aku SMP dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang