23 - Hadiah untuk Aldi

2.2K 468 18
                                    

"Hubungan kita itu saling mengikat, layaknya syal."
















Malam ini, kuputuskan untuk tidur di rumah sakit. Menemani Aldi, Nenek dan Koko. Walaupun sempat terjadi penolakan dari paman, tapi kucoba untuk meyakininya.

"Ingat ya, kamu gak boleh begadang. Kalau Aldi sudah tidur, kamu juga harus tidur. Kalau butuh sesuatu langsung panggil suster, ingat juga untuk tidak lupa minum obamu." Paman Haris sangat cerewet.

Aku terkekeh, lalu mengangguk mantap agar paman berhenti mengatakan hal lain lagi. Dia sudah mirip dengan ibu-ibu pasar yang minta harga barang turun. Sangat cerewet.

"Kalau begitu, Nisa masuk dulu." Kucium punggung tangan paman, lalu aku melambaikan tangan saat motornya mulai melaju meninggalkan rumah sakit.

Aku pun masuk, berjalan sembari melihat syal yang kubelikan untuk Aldi. Membayangkan Aldi memakai syal ini membuatku senyum sendiri.

Setelah sampai di depan ruang rawatnya, aku melihat Nenek dan Koko sedang bercanda ria bersama Aldi. Aku sedikit tenang.

"Nenek, Koko!" sapaku ceria, sembari melambaikan tangan pada mereka.

Aldi langsung menoleh kaget.

"Nisa, kenapa ke sini? Ini udah malem banget," ujar Aldi agak cemas. Aku bisa lihat itu dari matanya.

Aku tak menghiraukan ucapannya. Kuberikan rantang yang berisi makan malam untuk Nenek dan Koko. "Nenek sama Koko, makan dulu. Perutnya jangan dibiarkan kosong," ucapku.

"Wah, kak Nisa baik banget. Makasih ya, kak," ucap Koko, memelukku erat.

"Sama-sama," ucapku sembari mengelus puncak kepalanya.

Aku menoleh pada Aldi, ia tampak kesal karena pertanyaanya tidak dijawab. Namun, aku tetap diam saja. Coba saja kalau dia marah, akan kupukul kepalanya.

"Nih, hadiah buat kamu," ucapku, menyodorkan paperbag padanya.

Aldi mengerutkan dahinya, menatapku heran. Aku hanya mengedikkan kedua bahu, tersenyum tipis padanya. Kuberikan isyarat padanya agar membuka paperbag itu.

Belum sempat Aldi membukanya, Dokter Arnold datang bersama satu orang suster yang mendampinginya. Seketika aku teringat ucapannya tadi, saat bersama paman Haris.

Dokter Arnold tersenyum, mengacak puncak kepalaku. "Kata paman Haris, kamu nginap di sini, ya?"

Aku hanya mengangguk disertai senyum canggung. Aldi langsung cengo mendengar ucapan Dokter Arnold. "Nisa, kamu gak--"

"Kenapa? Ini rumah sakit Dokter Arnold, jadi aku bebas mau nginap di sini," ucapku memotong ucapan Aldi.

Aldi akhirnya menyerah dan diam. Dia mana bisa melawanku untuk berdebat, Dokter Arnold pun kembali bertugas untuk memeriksa kembali keadaan Aldi.

Dokter Arnold terlihat begitu khawatir. Biasanya dia akan tersenyum setelah memeriksa Aldi, tapi kali ini beda. Aku semakin cemas jadinya.

"Dokter, boleh gak, Aldi keluar sebentar ke taman?" tanyaku.

"Tentu saja, ajak dia keluar untuk menghirup udara sebentar. Pasti pengap ya, hidup udara Ac terus?" Dokter Arnold langsung terkekeh. Saat Aldi mengangguk mantap mendengar pernyataan Dokter Arnold.

Kuambil kursi roda yang ada di sudut kamar, lalu kudorong mendekati Aldi. Kali ini, aku akan mendorongnya ke taman sebentar.

****

Malam yang sangat indah. Banyak bintang bertaburan dan cahaya bulan yang sangat terang, serta tiupan angin sepoy yang begitu damai.

Saat ini, aku duduk di kursi taman dan Aldi berada di sampingku.

Jemput Aku, Tuhan [OPEN PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang