The Queen Who Broke The Crown

63 2 0
                                    

Pada hari Senin pagi ini, saya dan anggota olimpiade lain kembali dipanggil mengenai pengumuman olimpiade tingkat provinsi yang akan berlangsung 2 minggu lagi, seperti biasa kami diberikan jadwal pemantapan teori dan mentoring.

Sedari tadi di kelas bimbingan anggota olimpiade Jeffri selalu melihat ke arah saya sambil tersenyum seperti orang bodoh padahal kursi saya dan Aska berada jauh dari kursinya, entah apa yang dia pikirkan kali ini.

"Ya kalian bisa diskusi dengan kelompok atau mentor masing-masing mengenai metode belajar yang mau digunakan", ucap Ibu Yola sambil meninggalkan kelas.

"ke belakang", ucap Jeffri yang tiba-tiba ada di sebelah saya

"belakang mana?", tanya saya

"kursi belakang sana deket jendela", jawabnya sambil menujuk ke arah kursi yang dimaksud dengan dagunya, yang runcing dan lembut itu... Astaga Kala! mikir apasih?!

Saya pun mengikuti arahannya sambil melirik Aska yang mengeluarkan senyuman jahilnya. Kami duduk bersebelahan di kursi belakang samping jendela, Jeffri mulai menulis di buku agendanya mengenai jadwal yang tadi diberikan oleh Ibu Yola

"La, jadwal mentoring setiap Rabu sama Kamis", ucap Jeffri

"iya tau, saya kan juga udah catet", jawab saya

"waktu cuma dua minggu, kita tambah aja dari senin"

"banyak amat ampe 4 hari"

"ini tingkat provinsi loh, beban soal lebih banyak, lawan juga lebih garang yang kemarin mah ga ada apa-apanya"

"yaudah terserah"

"heheheh", tawa Jeffri

"nyengir lu kaya kuda", ucap saya sambil memukul lengannya dengan kotak pensil

Selama seminggu ini Jeffri sangat antusias mentoring dari Senin hingga Kamis, tempatnya pun berbeda kadang di perpustakaan, kelas kosong dan rumahnya.

Ditambah lagi Sabtu dan Minggu kami bertemu, dengan alasan yang dibuat Jeffri membeli buku latihan soal ke Kolintang pada hari sabtu dan diakhiri main ke pantai lalu makan mi kecap.

Belum lagi di pantai dia mengajak main layangan yang memakan waktu panjang dan hampir membuat saya tertidur di bawah pohon kelapa menunggunya bermain seperti bocah umur 5 tahun.

Lalu pada hari Minggu dia bilang ada pameran buku nasional di Balai Kota, memang sih kita ke pameran buku tapi tidak sampai 20 menit. Setelahnya dia mengajak saya pergi mencari aquarium baru dan wisata kuliner di tengah kota.

Jangan lupa malamnya mengunjungi rumah temannya dulu untuk nongkrong dan saya sepeti obat nyamuk karena tidak mengerti pembicaraan mereka tentang bola, game, bahkan jenis usaha start up.

Hingga kembali bersekolah, tinggal satu minggu lagi persiapan untuk olimpiade tingkat provinsi.

Pada hari senin ini Jeffri izin dispensasi tidak sekolah karena mengikuti turnamen basket antar sekolah, sehingga jadwal mentoring 'tambahan dari dia' Senin ini pun ditiadakan, dengan chat noraknya semalam bahwa dia akan bersedih melewati jadwal mentoring hari ini.

Saya pun bergegas kembali kerumah, sekolah saat itu sudah sangat sepi murid.
Tiba-tiba saat melewati koridor lantai 2 ada beberapa anak perempuan yang saya tidak kenal menghadang jalan saya.

"sini lo!", salah satunya berseru dan menarik tangan saya, dibantu teman-temannya yang lain menarik paksa saya ke arah toilet perempuan.

Firasat saya sudah tidak baik, saya tidak mengenal mereka dan ekspresi mereka pun galaknya bukan main seolah ingin menelan saya hidup-hidup. Saya tidak tahu apa yang akan mereka lakukan dan kenapa mereka seperti ini padahal saya sama sekali tidak mengenal mereka.

Hingga saat memasuki toilet perempuan saya melihat sosok yang satu-satunya saya kenal, Esteva. Dia menatap saya dengan tatapan jijik penuh amarah dengan tangan melipat di bawah dada.

"sini lo!", bentak nya sambil menarik kerah baju saya

"ada apa ya?", tanya saya kebingungan

"ada apa ada apa! muka lo sok polos! padahal ganjennya bukan main!", bentaknya

"sok kecantikan lo!", ujar salah satu temannya

"iya lo pikir lo siapa mau saingan sama esteva?!", sambung teman lainnya

"alibi banget lo deketin Jeffri pake olimpiade! dimentorin ya dimentorin aja! gausah nempel kayak lintah! jijik gue ngeliatnya!"

"lo pikir lo siapa hah? ngambil jeffri dari gue!"

PLAK! ujaran dan satu tamparan dari Esteva mendarat di pipi saya, rasanya perih sama seperti saat Ayah menampar saya saat sedang berkelahi dengan Ibu karena saya tidak bisa berhenti menangis waktu saya masih duduk di bangku sekolah dasar.

"kegatelan! tapi sok alim! sok pinter! sok polos! jijik!", bentak Esteva yang kali ini ditambah cekikan ke leher saya hingga saya berputar pada diposisinya merapat ke tembok

"emang lo itu siapanya Jeffri?", tanya saya kesal mencoba melepaskan cekikannya namun sialnya tenaga Esteva lebih kuat dari saya yang malas olahraga ini

"berani-beraninya si sialan ini nanya kaya gitu ke gue!", serunya diikuti sorakan dari teman-temannya

"JEFFRI ITU PUNYA GUE ANJING! SELAMANYA MILIK GUE! SAMPAH KAYA LO GA PANTES BUAT DIA", bentak Esteva

Kini dia berada di puncak amaranya karena satu pertanyaan saya, perut saya di tendang, kepala saya di pukul hingga tersungkur ke lantai, kini badannya ada diatas saya dan dia mulai menampar, mencakar, dan menjambak rambut saya tiada henti seperti orang kesetanan.

Lalu dia mendudukan saya sambil mencengkram kedua pipi saya dengan satu tanganya yang dipenuhi kuku panjang hingga rasanya mengoyak kulit pipi saya

"gue ingetin sama lo ya anjing! sekali lagi lo deket-deket sama Jeffri gue bakal hajar lo lebih parah dari ini, gak ada ampun!"

Setelah peringatan terakhir itu Esteva melempar kepala saya hingga terbentur westafel, membuat pandangan mata saya kabur sejenak dan bunyi dentuman aneh di kuping saya, lalu mereka semua keluar dari toilet.

Tubuh saya kesakitan, wajah saya perih, dan kepala saya sakit. Terasa cairan dingin keluar dari hidung dan ujung bibit saya. Dengan sekuat tenaga saya berjalan sempoyongan keluar dari toilet ini.

"Kala!", seru seseorang di depan saya

"Kala lo kenapa? siapa yang giniin? heh?!", Sesosok pria jangkung muncul di hadapan saya dan langsung mendopang badan saya dengan wajah paniknya

"Bara... saya sakit.... sakit banget perih...", ucap saya terisak

"iya ayo ayo gue anter ke rumah sakit", ucap Bara yang langsung menggendong saya ke punggungnya dan setelahnya tidak ada cahaya yang terlihat semua berwarna hitam.

•••

Bara : "I'm coming to kala's life"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bara : "I'm coming to kala's life"

The Meaning Of Let Go Off - JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang