The Smell Of The Sun in This Town

136 4 0
                                    

8 Desember 2018

Seperti biasa saya duduk di kantin saat jam istirahat sambil menikmati makan siang bersama teman perempuan saya satu-satunya bernama Aska, ketua kelas dan gadis terpintar satu angkatan saya.

Saya sendiri, Kala lengkapnya Ananda Kala. Murid biasa-biasa saja tidak menonjol, tapi ya bisa dibilang terpintar kedua setelah Aska apabila dilihat dari tingkatan juara umum sekolah. Kalau bukan karena saya lemah di mata pelajaran fisika pasti saya bisa sejajar dengan Aska.

Walaupun terdengar seperti saingan, kami cukup akrab dan berteman dengan baik sejak pertama kali masuk SMA ini. Setelah penempatan kelas dan tidak mengenal siapapun di sekolah ini, saya dengan tidak sengaja duduk sebangku dengan Aska di kelas. Setelah perkenalan yang sedikit canggung akhirnya kami mulai dekat larena memiliki banyak kesamaan.

Kami sering belajar dan makan siang bersama, hanya sekedar itu dan tidak seperti kebanyakan pertemanan perempuan lain yang butuh energi lebih banyak untuk bersosialisasi sekedar nongkrong, shopping bareng, atau bergosip tentang seisi sekolah.

Obrolan saya dengan Aska hanya sebatas pelajaran atau serial netflix genre thirller, mungkin karena itu kami cepat cocok.

Karena fokus saya hanya belajar untuk dapat beasiswa di Swiss, seperti ETH Zurich atau University of Bern.

Alasannya karena cita-cita saya bukan sekedar kuliah di Swiss nya tapi ingin menghabiskan masa tua di negara indah dan damai seperti Swiss, kolot memang kedengarannya.

Tapi saya berfikir semua itu bisa dimulai dari kuliah di negri itu, keluar dari rumah dengan alasan melanjutkan pendidikan, padahal tujuannya untuk jangka panjang.

Tiba-tiba seisi kantinn mulai riuh dengan bisikan-bisikan anak perempuan yang terdengar di kuping saya
"OMG ganteng banget!"
"parah sih ga wajar gantengnya"
"lucky banget sumpah yang jadi cewenya"
"ini nih yang bikin gue selalu semangat jam istirahat"

Jeffri Adiyaksa, ya dia yang membuat kericuhan anak-anak perempuan satu kantin ini. Dia senior satu tingkat diatas saya, yang membuatnya sangat terkenal adalah ketampanannya yang melebihi orang-orang Indonesia pada umumnya, lebih tepatnya pulau di Indonesia bagian paling tropis ini.

Berlebihan memang, tapi dia memang setampan itu. Postur tubuh tinggi, kulit putih dan sepertinya serajin apapun saya perawatan kulit hasilnya tidak akan sama seperti dia, hidungnya mancung, rahang tegas, dan rambut tebal kelihatan sehat terawat atau memang anugerah yang dia miliki sejak lahir.

Menyebalkan sekali saya harus mendeskripsikan dia seperti perempuan-perempuan groupiesnya itu, tapi ya memang begitu.

Dia seolah seperti 'untouchable' dari siapapun karena terlalu terihat sempurna, ahli menimbulkan jiwa insecure perempuan yang bermimpi jadi pacarnya. Tapi berhubung mimpi saya ke Swiss bukan jadi pacar si Jeffri Jeffri ini saya gak perlu repot-repot merasakan insecure yang tidak penting itu.

Sudah cukup saya merasa insecure dengan nilai yang diperoleh teman sebangku saya Aska, jangan lagi ada perasaan rendah diri apalagi hanya karena masalah laki-laki.

Saya tidak berniat menghabiskan masa remaja saya untuk mengurusi cinta monyet ataupun menjalankan kehidupan sosial remaja yang merepotkan, maka dari itu sejak awal masuk SMA saya berusaha bersikap transparan atau tidak menimbulkan perhatian agar dapat lulus sekolah dengan tenang.

Jeffri selalu datang ke kantin dengan teman satu geng nya, ya bergerombol seperti di drama-drama cheesy yang biasa kalian tonton. Teman-temannya kumpulan dari cowok-cowok populer, pintar, atau anak orang kaya.

Sebagian besar temannya anggota basket sekolah, ya kurang sempurna apalagi? Jeffri juga anak basket dan yang lebih hebat dia juga anggota perwakilan lomba Olimpiade mata pelajaran sekolah dari sejak duduk tingkat satu atau kelas 10, dia perwakilan bidang matematika.

The Meaning Of Let Go Off - JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang