Kala's POV
Selama perjalanan di pesawat menuju Jakarta, saya tidak berhenti menangis.
Terlalu sedih untuk saya menginggalkan Jeffri lagi, dan itu sudah berkali-kali, terlalu sedih menjadi orang jahat buat seseorang yang sebenarnya kita sayangi, terlalu sedih memendam semua perasaan.
Saya bukan takut berkomitmen dengan Jeffri, hanya saja saya takut apa yang saya korbankan dan berikan berujung sia-sia.
Dulu saya sangat takut mengorbankan Bara untuk bisa bersama Jeffri, karena saya sudah terlanjur menarik Bara dalam hubungan rumit saya dan Jeffri, Bara terlalu baik untuk menjadi korban keegoisan saya.
Dan sekarang setelah saya mengubur semua harapan saya dengan Jeffri, berfikir tidak akan pernah bertemu lagi, Jeno datang membawa cinta yang begitu tulus dan menemani di setiap kesepian saya. Mencoba melepaskan Jeffri sudah saya lakukan sejak SMA, tapi berhasil atau tidaknya sampai saat ini saya tidak tahu.
Terkadang saya berfikir seandainya saja Jeffri mencari saya disaat saya sudah putus dengan Bara pasti semuanya terasa lebih ringan, tidak ada yang disakiti atau dikorbankan. Namun keadaannya selalu tidak pas, kami dipertemukan kembali saat saya sudah bersama Jeno.
Betapa kelimpungan saat di kantor pemilihan kandidat Brand Ambassador perusahaan saya dimenangkan oleh Jeffri, hasil polling dari para direksi. Sebelum proses shooting di pagi hari saya tidak tidur semalaman. Memikirkan hari dimana saya akan bertemu lagi dengan Jeffri, cinta pertama saya.
Jeffri masih sama seperti dulu, bahkan belipat-lipat lebih tampan, lebih dewasa, dan membuat saya semakin merasa jauh darinya. Jeffri Adiyaksa yang sekarang adalah aktor ternama Indonesia bahkan sudah menginjakkan kaki ke Hollywood.
Saya tidak terbayang seperti apa kehidupannya saat ini, pasti dikelilingi ratusan wanita cantik, akan ada banyak Esteva Esteva lainnya di kehidupannya.
Semua terasa begitu cepat setelah bertemu kembali, saya benar-benar egois karena tidak ingin kehilangan momen bersama Jeffri, seperti perempuan brengsek saat berada di dekat Jeffri saya mengabaikan pesan dan panggilan telepon dari Jeno.
Padahal komunikasi saya dengan Jeno sangatlah lancar, setiap hari kami tidak pernah absen bertukar kabar melalui chat, telepon, bahkan skype.
Dua bulan lagi Jeno akan kembali ke Jakarta dan menepati rumah yang dibelinya untuk kelak kami tempati setelah menikah nanti, ucapnya saat itu, saat saya menolak lamarannya karena belum merasa siap.
Satu tahun lalu di Geneva, hari valentine. Jeno melamar saya dengan membawa sebuah cincin berlian di sakunya, persis seperti film romantis yang biasa kalian tonton.
Jeno dengan sabar hingga saat ini menunggu saat yang tepat untuk kembali melamar saya, saat saya siap. Entah apa yang membuat saya belum siap saat itu, saya hanya merasa perasaan yang saya miliki belum sepenuhnya untuk Jeno, masih ada yang selalu mengganjal. Apa saya gagal mencoba melepaskan seseorang dari masa lalu?
Padahal apa kurangnya seorang Jeno, sejak awal perkuliahan saya di Zurich, Jeno sudah menjadi bahan perbincangan di kalangan mahasiswi Indonesia setiap ada perkumpulan di KBRI.
Jeno sangat tampan, cerdas luar biasa, ramah, dan suka membantu sesama mahasiswa Indonesia yang tinggal di Zurich.
Pada awalnya saya hanya merasa Jeno orang yang baik seperti yang dibicarakan orang-orang, Jeno sering membantu saya selama beradaptasi di kampus dulu, bahkan kami kerja sambilan di toko yang sama, dan yang terakhir yang membuat saya akhrinya jatuh kepada Jeno saat dia menyelamatkan saya dari niatan jahat laki-laki brengsek.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Meaning Of Let Go Off - Jaehyun
FanficKatanya cinta pertama semasa SMA selalu gagal? Bagaimana dengan kisah Kala dan Jeffri? Lalu saat mereka dipertemukan 7 tahun kemudian apakah mereka bisa melepaskan semua kenangan semasa SMA itu? Cerita di mulai tentang Kala, si murid pintar dan kaku...