Habis makan siang bareng di kantin departemennya Jenar, mereka sempat nongkrong bentar sebelum kemudian Jenar nganterin Rei pulang ke kosan Sadewo. Nggak ada pemaksaan. Rei sama Jenar kayak sudah sama-sama tau dan paham saja, seakan-akan itu sudah wajar. Otomatis, anak-anak Mesin yang lagi nongkrong di kantin—terutama yang tahu tipe relationshipnya Jenar sama Rei nih jenis yang macam apa langsung pada kaget.
"Mau balik sekarang?" Jenar yang duluan nanya habis dia bayar makanan yang tadi dia pesan ke ibu-ibu kantin.
"Boleh. Gue ngantuk, pengen tidur."
"Gue bawa motor hari ini."
"Yaudah. Helm bawa dua, kan?"
"Iye."
Lanang mangap, lupa kalau dalam mulutnya masih ada keripik kentang yang belum kelar dikunyah. Kun mengerjap nggak percaya. Yugi hampir tepuk tangan. Satu-satunya yang masih sanggup ngomong tuh Johnny.
"Kalian balik bareng?"
"Kenapa gitu?" Jenar kontan balik nanya.
"Nggak apa-apa."
"Cemburu? Mampus."
"Nggak."
Rei berdeham. "Karena nih anak keras kepala, nggak ada gunanya ngedebat dia, Kak. Dia pasti bakal maksa nganter gue balik, jadi—"
"Masih bagus gue paksa antar balik, daripada gue paksa berikrar di altar gereja."
"Aw, mau dong dipaksa, Kakakkkkkk..." Yugi ngeledek heboh dengan suara semi cempreng yang bikin tawa anak-anak sekantin lagi-lagi meledak.
Bahkan ibu-ibu kantin pun ikut kepo. "Ini pacarnya Mas Jenar ya?"
"Iya, Bu."
"Bukan, Bu."
"Oiya, bukan pacar. Calon bini, Bu." Jenar menyahut santai, menimpali ucapan Rei yang kontra dengan jawabannya.
"Aih, akhirnya ada gandengan juga nih Mas Jenar. Gitu dong, masa kalah sama si Yugi, kerjaannya ngoleksi awewe dari jaman mahasiswa baru sampai jaman mahasiswa bangkotan!"
"Deh, si Ibu mah kesempatan banget ngeledek saya!"
"Hehe." Jenar nyengir, tapi lalu tersadar bagaimana merahnya wajah Rei sekarang. "Yaudah, ayo balik."
Jenar beranjak duluan dari duduknya dan Rei mengikuti, berjalan di sebelahnya. Nggak gandengan. Namun siapapun yang melihat mereka bisa melihat kalau keduanya sama-sama punya gestur yang terkesan lebih dari akrab. Johnny meraih botol air mineral dinginnya, menelan beberapa teguk seraya tatapan matanya mengantarkan kepergian Rei dan Jenar hingga keduanya lenyap ditelan jarak.
"Ngelihatinnya serius banget, Pak." Kun menyentak Johnny.
"Nggak ngira aja mereka udah sedekat itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Teknik ✅
General Fiction(Completed) what's the difference between "ooh!" and "aah!"? about three inches.