25 | jreng-jreng

66.5K 9.5K 3.3K
                                    

Gara-gara obrolannya sama Dhaka menjelang mereka wasted di malam perayaan ulang tahunnya Yumna, Tigra jadi keinget sama cincin yang nggak sempat dia beri ke Rei

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gara-gara obrolannya sama Dhaka menjelang mereka wasted di malam perayaan ulang tahunnya Yumna, Tigra jadi keinget sama cincin yang nggak sempat dia beri ke Rei. Cincin yang sudah lama tersimpan di laci mejanya. Cincin yang kadang, Tigra harap Rei temukan secara nggak sengaja. Cowok itu menarik laci mejanya, menyingkirkan barang-barang nggak berguna yang menumpuk sampai dia menemukan kotak beludru yang dia cari.

Bisa dibilang, Tigra itu tipe cowok yang self-sufficient. Diantara cowok-cowok lainnya, Tigra yang paling sedikit nunjukkin interest ke cewek. Makanya, mau gimana pun dia rangkul-rangkulan sampai mepet banget sama Rei, nggak ada yanng curiga mereka ada apa-apa.

Tapi tentu saja, akan selalu ada apa-apa di hati Tigra buat cewek itu.

Sejujurnya, Tigra sama Dhaka itu beda-tipis. Cuma, Dhaka anaknya lebih sarkastik dan keras kepala, hobinya ngotot dan berdebat. Mana pernah dia mau kalah sama Rei. Berbeda dengan Tigra. Ada saatnya Tigra mengalah, karena kalah dalam perdebatan jauh lebih mudah daripada kehilangan orang yang dia sayang.

Satu dari banyak yang Tigra suka dari Rei, di dekatnya, mereka bisa diam saja, nggak ngapa-ngapain, tanpa merasa awkward. Biasanya, orang-orang kalau diam-diaman apalagi cuma berdua bakal ngerasa canggung, kemudian sibuk cari topik obrolan untuk mengisi kekosongan. Rei nggak gitu. Seringkali, saat Tigra sibuk nge-doodle atau lukis-lukis, dia hanya akan diam. Baru bicara kalau Tigra nanyain komentarnya tentang apa yang dia bikin.

"Harusnya lo masuk seni, Gra. Bukan masuk Teknik." Rei pernah bilang begitu.

"Bokap gue nggak setuju gue masuk seni." Tigra mengedikkan bahu. "Nggak apa-apa, sih. Win-win solution. Bokap gue senang gue kuliah sesuai kemauan dia. Gue senang karena dibiarin ngelakuin apa yang gue suka. Lagian..."

"Lagian?"

"Kalau nggak masuk Teknik, nanti nggak ketemu sama yang namanya Regina Arunika dong?"

Layaknya lirik lagu Bruno Mars,d unia Tigra jadi terhenti sejenak saat Rei menunduk sedikit, menanggapi ucapannya dengan senyum lebar.

"Oy, itu soju di kulkas punya siap—"

Suara Milan disusul pintu yang terbuka tanpa diketuk lebih dulu bikin Tigra buru-buru memasukkan kembali kotak cincinnya di laci.

"Emang nggak ada adabnya ya lo jadi manusia?"

Milan terkekeh. "Gue bukan manusia. Lo sendiri yang bilang, gue buaya rawa."

"Biawak lebih tepat sih buat lo." Tigra mendelik. "Kenapa?"

"Soju di kulkas punya siapa?"

"Emang kenapa?"

"Kalau bukan punya lo atau Dhaka, mau gue embat."

"Embat aja."

"Yaay—"

Teknik ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang