27 | birthday boy

110K 9.3K 7.4K
                                    

Seandainya jawaban Yuta itu jadi adegan sinetron, pasti sudah ada bagian zoom in-zoom out bergantian antara muka Tigra, muka Wirya dan muka Dhaka sampai memenuhi layar, ditambah backsound dramatis, kalau bisa pakai efek sambaran gledek sekalian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seandainya jawaban Yuta itu jadi adegan sinetron, pasti sudah ada bagian zoom in-zoom out bergantian antara muka Tigra, muka Wirya dan muka Dhaka sampai memenuhi layar, ditambah backsound dramatis, kalau bisa pakai efek sambaran gledek sekalian.'

Tapi karena ini bukan sinetron, jadinya ketiga cowok tersebut malah memasang muka nge-blank, sama-sama berusaha memproses apa yang barusan mereka dengar.

Oke... Rossa bunting...

Pertanyaan sekarang adalah... bapaknya siapa, woy?!

"Bapaknya siapa?!"

"Jelas bukan Wiryanto!" Dhaka berseru.

"Nama gue Wirya, nggak pake Wiryanto!" Wirya sewot, tapi kentara sekali perasaannya sudah kayak nasi uduk yang karetnya putus alias bubrah, bubar kemana-mana, sudah nggak jelas mana nasi, mana bawang goreng mana orek tempe.

"Gue nggak tau pasti!" Yuta baru saja menyadari kesalahan besar yang telah dia buat. Sudah terbayang di benaknya, Yumna mencak-mencak dalam mode Kurama. "Kalau gue ngomong lebih banyak lagi, bisa-bisa umur gue nggak sampai besok pagi! Jadi udahlah, sekian dan terimakasih!"

Sebelum tiga cowok lainnya memaksa mengorek informasi dari Yuta dengan cara yang tak patut, cowok itu buru-buru melesat masuk ke dalam kamarnya dan mengunci pintu.

Gantian Wirya yang terdiam seribu bahasa, sementara Dhaka dan Tigra saling pandang, sebelum kemudian Tigra berpaling pada Wirya yang masih bengong. "Wir?"

Wirya nggak menjawab, malah menarik napas super panjang, lantas bangun dari duduknya. Dia masuk ke kamarnya tanpa mengatakan apa-apa. Begitu keluar lagi, Wirya telah mengenakan jaket, baseball cap warna hitam yang menyembunyikan ekspresi wajahnya dan tangannya memegang kunci mobil.

"Mau kemana?" Dhaka langsung waspada.

"Nemuin Rossa. Menurut lo, kemana lagi?"

Dhaka dan Tigra berpandangan, lalu kompak menelan saliva.

***

Yumna paham banget, kalau orang lagi hamil memang suka mual-mual dan muntah, terus susah makan. Dia berusaha bawa segalanya santai, tapi ngelihat gimana Rossa nggak berhenti muntah-muntah dari sore, Yumna cukup panik juga. Cuma, dia dan anak-anak kosan Sadewo lantai dua berusaha kelihatan tenang, soalnya dia ngerti banget, kalau mereka panik, Rossa pasti bakal lebih panik lagi.

"Beneran nggak apa-apa?" Yumna bertanya seraya mengulurkan kotak tisu setelah Rossa nge-flush toilet.

"Nggak apa-apa." Padahal mukanya Rossa sudah pucat, orangnya juga sudah lemas banget. Ini kalau Rossa nggak kunjung membaik, Yumna sepertinya bakal nekat membawa cewek itu ke dokter.

"Ros—" Jella yang sejak tadi menunggu di ambang pintu ikut memanggil, namun Rossa tangkas memotong.

"Nggak apa-apa." Rossa menegaskan. "Udah, kalian balik ke kamar kalian aja."

Teknik ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang