part 11- Numpang nama

6.5K 519 62
                                    

Part ini spesial dari aku buat kalian yang kangen 4 serangkai di wattpad. Selamat membaca

***

Suara alunan lagu jazz terdengar disebuah kafe bernuansa klasik berwarna biru putih. Sabtu, jam 10.30 pagi. Suasananya sedikit sepi, hanya ada empat orang pelanggan duduk berkumpul dimeja dekat jendela kafe paling pojok.

Mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Ada yang sibuk mengetik di laptop, ada yang sibuk mencatat dan menghitung, ada yang sibuk membaca buku referensi, bahkan ada pula yang sibuk melamun sembari melahap potongan kue rainbowcake.

"Gue kangen martabaknya haji mahmud," ujar salah satu dari mereka yang sedang melahap kue warna warni diatas meja.

"KERJA!" Sentak Reka, wanita yang duduk disebelah kanan Zaki itu memandang tajam. "Lo dari tadi makan doang bisanya!"

"Gue ini lagi bantuin tau!" Seru Zaki tidak terima dimarahi oleh rekan satu kelompoknya.

"Bantuin apa, Ki?" Tanya Putra yang duduk dihadapan Zaki. Ia berhenti menghitung sejenak.

"Bantuin doa." Zaki cengengesan.

"Anak monyet!" Darah Reka memanas, ia emosi mengapa temannya yang satu ini paling sering 'numpang nama'.

"Emang doanya Zaki mempan, ya?" Pertanyaan polos dari Putra sukses membuat Reka tertawa keras seketika, bahkan Yoga yang duduk disampingnya tersenyum menahan geli.

"Anjrit lo, Put! Mentang-mentang gue banyak dosa. Iya iya, silahkan hinaku sepuasnya, kalian semua suci aku penuh dosah!" Zaki cemberut, tapi alhamdulillah dia sadar kalau banyak salah.

"Udah selesai," ucap Yoga tepat setelah menekan tombol enter dilaptopnya.

"HAH?!" Reka, Putra dan Zaki menengok kaget.

Dengan ekspresi datarnya yang khas itu Yoga mengulang. "Udah selesai."

"Kok bisa secepat itu, sih?! Bagian gue kan belum kelar!" Tanya Reka penasaran.

Pasalnya baru saja kemarin mereka mulai mengerjakan tugas kelompok dari dosen killer yang lumayan susah. Seharusnya paling cepat selesai hari ini atau besok jika dikerjakan bersamaan.

"Gue udah nyicil lanjutin tugas dari tadi malam," jelas Yoga. Selain paling pintar, dia juga sangat rajin.

"Ya ampun, gue jadi nggak enak sama Yoga. Makasih ya Yoga, padahal gue belum bantuin banyak." Putra memukul pelan lengan Yoga.

"Wow, mantep Yog. Harusnya semalem lo selesein aja semuanya," sahut Zaki, dia malah melunjak, anak setan memang.

"Dikasih hati minta jantung ni anak." Reka memandang sinis Zaki. Yang dipandang hanya senyum cengengesan.

Yah, kira-kira begitulah kerja sama dari kelompok mereka. Satu yang kerja, yang lain sama.

"Huaah akhirnyaa selesai juga tugasnya!" Zaki merentangkan tangan ke atas seolah pegal setelah mengerjakan sesuatu. Padahal dia cuma bagian ngeprint makalah. Itupun belum dikerjakan. Agak kampret bukan?

"Kalau orang lain liat pasti dikira Zaki yang ngerjain semuanya." Reka menggeleng heran.

Kini mereka berempat bersimpun merapikan meja yang tadinya penuh dengan catatan dan buku referensi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

4 Serangkai ( SUDAH TERBIT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang