Saat menjelang pagi, pada pukul lima tiga puluh dua menit, Jimin baru bisa memejamkan matanya. Anak itu akhirnya bisa terlelap dengan tenang bersama Yoongi di sampingnya.Semalaman buntalan mochi itu merengek sakit kepala. Sampai-sampai satu rumah ribut karena tidak tau harus berbuat apa. Jimin tidak mau ke rumah sakit juga tak bisa memejamkan matanya katanya kepalanya berputar terus.
Setelah semua orang bergantian menjaganya, setelah giliran Yoongi tiba, Jimin yang kelelahan akhirnya tertidur dipelukan Yoongi. Wajahnya yang polos sedikit memerah karena suhu badannya yang panas. Yoongi jadi tidak tega melepaskan pelukan Jimin.
Baru beberapa jam matahari sudah sedikit meninggi. Taehyung dan Jungkook sudah bangun dan bersiap untuk di antar ke sekolahnya. Juga para kakak yang juga harus pergi kuliah.
Jihye bilang bahwa semua orang tidak perlu khawatir pada Jimin dan melanjutkan saja aktivitasnya seperti hari biasa. Jimin biar dia saja yang mengurus. Terlebih Yoongi bilang akan izin tidak berangkat ke kampus hari ini.
"Seokjin! Berangkat pukul berapa?" Jihye mengaduk bubur lembek di panci.
"Aku ada jadwal agak siang bu, jadi aku pulang sehabis mengantar Taehyung. Anak itu merengek minta menjenguk Jimin. Katanya tidak mau berangkat sekolah saja. Tapi aku bilang kalau Jimin sedang tidur dan tidak boleh di ganggu terus Taehyungnya langsung diam." Seokjin menyiapkan mangkok untuk meletakkan bubur buatan sang ibu.
Jihye terkekeh sejenak. Putra-putranya tumbuh dengan baik dan penuh kasih sama seperti harapannya.
"Seokjin! Adikmu itu sangat menyayangi Jimin ya?" Kedua netra Jihye jadi berkaca-kaca.
"Ibuuu-- tentu saja. Aku juga sangat menyayangi Jimin. Kita kan sudah berjanji buat sayang sama Jimin dan saudara yang lain. Kan ibu yang sudah ajarkan." Seokjin ikut tersenyum manis.
"Jangan tersenyum seperti itu Seokjin!" Jihye melanjutkan niatnya menuangkan bubur ke mangkok.
"Kenapa bu?"
"Tidak apa-apa. Ibu cuma takut jatuh cinta sama putra ibu yang tampannya keterlaluan. Ibu bisa diabetes bila terus melihatmu tersenyum nanti." Godanya sambil menatap Seokjin.
"Ibuuu." Seokjin merengek, merasa malu dipuji ibunya sendiri.
"Sudah-sudah. Antarkan bubur sama nasinya ke kamar Jimin sebelum kau berangkat ke kampus!" Jihye menyerahkan nampan berisi bubur dan sepiring nasi beserta lauknya juga dengan dua gelas air putih.
"Yoongi belum beranjak? Jangan-jangan dia juga ikut tidur kembali." Seokjin geleng-geleng kepala. Yoongi dengan tidur bukan lagi rahasia.
"Adik sepupumu itu bilang ingin menjaga Jimin seharian ini, sampai mau bolos ke kampus. Lagipula Jimin juga akan terbangun bila Yoongi pergi. Jiya juga sudah menyetujuinya."
"Hoo baiklah. Aku antar dulu bu biar tidak dingin." Seokjin melenggang.
Jihye tersenyum lega. Putra-putranya tumbuh dengan baik. Seokjin si sulung yang sangat dewasa, Namjoon yang sangat bijak dan Taehyung yang penyayang.
Yoongi lekas meletakkan telunjuknya di depan mulut saat Seokjin sudah di depannya dan akan bicara.
"Jiminie nanti bangun Kak!" Bisik Yoongi yang hampir tanpa suara. Ingat Yoongi, Jimin itu sensitif sekali saat tidur.
"Baiklah, kau makanlah dulu." Seokjin meletakkan nampan pelan di atas nakas samping tempat tidur Jimin.
"Makasih Kak."
Seokjin menunjukkan ibu jarinya pada Yoongi. Mewakili untuk mengatakan oke. Setelahnya, Seokjin beranjak dari kamar dengan pelan. Seokjin harus berangkat ke kampus bila tidak ingin terlambat.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Little Jiminie And His Brothers
Fanfiction🐣🐣🐣 Jimin mengerjap lucu... "Jiminie! Kau bangun?" "Kak Jiminie belum lelah kok jadi Jiminie masih ingin bermain dengan Tae dan Kookie" 🐣🐣🐣