PHOBIA

64 6 1
                                    


"PHOBIA adalah rasa takut yang berlebihan terhadap sesuatu"

Semua kelas akan mengadakan tur tahunan ke desa selama seminggu. Semua siswa akan pergi berkunjung ke daerah yang berbeda. Tur dilakukan berdasarkan nomor acak. Hanya ada beberapa saja yang akan beruntung bisa bersama.

Aku tidak begitu menyukai kunjungan ini, karna yang ku tau ini hanya untuk mencari muka pada masyarakat dan lagi kunjungan ini dilakukan dengan cara acak. Untung saja aku dan Wela bisa bersama dan beberapa ank laki laki lainya yang sekelas denganku.

Aku hanya mengikutinya bukan berarti aku menginginkannya, membayangkan aku harus pura-pura membantu seseorang atau aku harus bersedia tanpa adanya sinyal. Aku mulai menyesali padahal aku belum melakukannya.

***

Deretan bus dengan muatan 100 orang berbaris dihalaman sekolah aku mencari no urut bus yang mengangkut ku. Dan masuk kedalamnya. Aku melihat  hanya ada beberapa orang saja yang duduk dan sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Aku mencari kursi paling depan karna aku tidak ingin berdesakan saat keluar nanti.

"Hi, Sasa." Wela melambai padaku dan mengambil posisi di sampingku karna ia tau hanya dia yang akan duduk disini.

"Dingin banget,"

"Apanya?" Sahutku bingung.

"AC nya seru ya, bakal jadi perjalanan berkesan nih."

"Apaan sih, kirain apaan." Aku kembali mengalihkan pandangan luar bus.

Seperti semut, berlarian, berteriak, berjalan santai, ada juga yang lebay. Lucu ini momen yang langka. Sekolahanku adalah sekolah terbesar di kota ini, jadi wajar siswanya membeludak. Aku tidak mengenal siapapun selain siswa yang sekelas denganku dan beberapa  anggota organisasi karna mereka slalu muncul di acara sekolah.

Bus mulai berjalan aku memerhatikan hanya ada enam orang yang aku kenal dan selebihnya aku tidak mengenal mereka. Aku bukan anak yang populer jadi wajar tak mengenal siapapun. Waktu istirahat hanya kuhabiskan untuk membaca novel.

Perjalanan mulai mengasikkan bagi yang lainya termasuk Wela mereka membuat seisi bus seperti ada gempa. Aku membenci keributan aku berusaha untuk membuat suara itu hilang dengan menutup mata dan menghidupkan musikku sendiri dengan head seat warna biru yang kupunya. Suaranya samar namun tetap saja aku tak bisa tidur dengan tenang.

"Masih lama ya pak?" Salah satu siswa berbaju serba hitam mengagetkan aku, di bertanya pada supir tepat di hadapanku,
Aku tak mengenalnya dia mungkin berasal dari kelas lain.

"Sebentar lagi, istirahatlah" jawab supir pada pria itu.

***

Perjalanan terasa sangat jauh, aku merasakan hal yang sangat aneh waktu terasa berjalan sangat lambat.

Hijaunya hutan dengan rindangnya pepohonan membuatnya seperti didalam film horor. Gelap hanya lampu bus yang menerangi jalan membuat semua hening tak bersuara. Malam yang mencekam.

Semuanya tertidur saat hari semakin malam, pak supir  bergantian dengan temannya yang sendari tadi tertidur untuk memupuk energi bergadang malam ini.

Aku tak bisa tidur, malam yang aneh bagiku. Rasa takut yang sedikit mulai menghantuiku. Aku takut karna ini tak kunjung usai.

Bus perlahan berhenti aku merasakannya ternyata kami telah sampai, aku melihat suasana yang mulai sedikit ada cahaya dari balik gunung hari sudah fajar. Aku tidak tidur selama perjalanan panjang ini.

"Selamat datang" beberapa warga menyambut kami.

Semuanya turun dengan sangat berisik, warga yang melihat kami seperti sedikit terganggu dengan itu.

Antalogi cerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang