Trauma

73 2 0
                                    


Ibuku meninggal setahun yang lalu aku tinggal bersama Ayah yang sibuk dengan pekerjaannya. Kekayaan ini membuat dia menganggap aku tak perlu kasih sayang lebih karna ia hanya harus cari uang untuk ku.

Ayah begitu sibuk hingga untuk sarapan bersama saja sulit baginya. Aku jarang sekali melihat wajahnya dirumah meski aku tau hari itu adalah hari libur.

Namun sebulan ini ayah berubah, ia mulai memperhatikan ku mulai dari apapun itu secara mendetail. Bukan aku tak mau namun itu sangat berlebihan. Dia memberiku semua keperluan sekolahku karna aku akan masuk ke SMP dan dia juga sudah mendaftarkan ku tanpa persetujuanku, entah apa maksudnya awalnya aku menolak namun dia memaksaku dengan halus.

Sekolahan yang bagus namun masih kalah bagus dengan sekolah yang aku harapkan berbarengan dengan sahabatku. Kini hanya aku yang bersekolah disini, sekolah ini cukup jauh dari rumah menjadi hal yang aneh kenapa Ayah memilihkan sekolah yang begitu jauh.

"Bagaimana sekolahmu?" Tanya Ayah yang sok perhatian padaku.

"Bagus dan baik -baik saja." Jawabku mengakhiri pembicaraan lalu pergi menuju kamar.

Aku ingin sekali bercerita namun aku takut, Ayah pernah memarahiku saat aku hendak bercerita padanya dan siap melemparkan tangannya padaku meski itu hanya ancaman yang kini membuat aku sedikit tidak berharap perhatian dari Ayah.

***

Disekolah aku mulai berteman dengan Vivi dan Sara mereka sangat baik dan pintar. Kemanapun aku akan pergi bersama mereka beberapa bulan ini aku merasa baik -baik saja saat bersama mereka berdua.

"Tiara, ada yang cariin kamu." Seru Tio menunjuk kepintu dan disana ada sosok perempuan berparas cantik.

"Siapa?" Tanyaku namun Tio menaikan bahunya tanda ia tak tau.

Aku pamit pada Vivi dan Sara lalu menghampirinya.

"Ada apa?" Aku melihat lambang yang ada dibajunya yang menunjukan bahwa dia berada dikelas  dua SMP." Kak." Lanjutku.

"Bisa kita bicara sebentar?" Tanyanya lembut.

"Tentu."

Kami memutuskan untuk mengobrol ditaman. Selama perjalanan aku dipenuhi tanda tanya, namun melihat dari apa yang terlihat Namanya adalah Siska Anandi Eritha Ketua OSIS dan anggota PMR sekolah jabatan yang cukup menakutkan yang tiba tiba ingin bicara padaku.

Sesampai ditaman belum sempat kami duduk ada seorang siswa menemuinya lalu membisikan sesuatu yang membuat raut wajah gadis itu tampak berubah sembilan puluh derajat. Laki-laki itu hanya menyampai pesan lalu gadis itu melihatku dan tersenyum tipis.

"Maaf ya , aku ada rapat ." Diam sejenak memberiku coklat."nah, lain kali aja ya sekali lagi maaf." Dia pergi meninggalkan aku yang masih tidak mengerti apa maksudnya.

Aku memandangi coklat batangan pemberiannya dan melihat ada sebuah kertas kecil terselip di balik bungkusnya.

"Aku mengamatimu." Apa sih maksudnya bingung dengan kertas berwarna kuning itu.

***
"Mau coklat?" Seruku melemparnya kemeja untuk Vivi dan Sara.

Mereka tanpak bingung namun berebutan untuk mendapatkan coklat itu. Mereka bertanya apa yang terjadi dan aku menceritakannya sedetail yang aku bisa.

" Dia itu ketua OSIS terbaik tahun kemaren dan menjadi Ketua lagi Tahun ini, dia juga cerdas dan berbakat. Kabarnya setau aku dia banyak memenangkan olimpiade  baik akademik maupun non akademik. Hati-harinya dipenuhi kegiatan dan aku dapat kabar dia itu gak suka kalau di ganggu sama junior." Cerita Vivi yang tau sedikit tentang gadis itu.

Antalogi cerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang