"Penyesalan selalu datang diakhir perjuangan"Hari ini adalah hari yang sama dengan tiga tahun yang lalu. Tidak ada yang berubah pada diriku hanya rambutku kini semakin panjang. Aku seorang CEO. Tidak seorangpun yang mampu berbicara santai denganku. Aku juga bingung, kenapa mereka begitu grogi? Aku nggk makan orang!
Aku selalu datang lebih awal, berpenampilan rapi tidak ada yang berubah. Ya, mungkin kini aku sendirian. Tidak ada yang mau menemaniku saat ini, aku memiliki banyak uang dan saat teman datang hanya berharap akan kekayaanku. Saat pria datang minder dengan pencapainku.
Aku sangat terpuruk, aku bekerja seperti hobi main game. Aku semakin kurus, itu yang dikatakan sahabatku. Mereka tidak bisa selalu bersamAku mereka juga sibuk dengan kehidupan mereka sendiri-sendiri.
Aku menyesal dengan aku yang tiga taahal itu.
Flash back
"Aku capek, Kamu maunya apa?" Ia menatapku dengan mata yang berbinar.
kali ini aku lihat lelaki menatapku tulus seperti ini, apa aku salah? Aku hanya ingin merubah kebiasaan buruk yang dia lakukan.
"Kamu capek, lelah, ya udahan aja." Jawabku lantang.
"Mudahnya kamu bilang itu, setiap bertengkar , hanya itu kata yang kamu ingin berikan padaku?" Kali ini dia benar benar meneteskan air mata.
Apa aku salah? Enggak ini bukan salah aku. Kalo dia sayang sama aku dia nggak akan pergi dengan mudah.
"Oke, kita udahan." Serunya sontak mengagetkan aku. Tidak pernah terlintas dia akan mengiyakan keinginanku. Tiba- tiba aku diam membatu.
Dirumah aku menangis sejadi-jadinya, dia benar benar tidak menghubungiku sama sekali. Apa dia benar- benar ingin melepaskan aku?
Aku masih takut seharian dia tidak memberi kabar, aku memegang ponsel berkali kali hanya untuk melihat kalau-kalau dia memberi kabar, namun tidak ada sama sekali.
****
Saat itu aku masih bodoh, kenapa aku melepaskan pria yang mencintaiku dengan tulus. Selama tiga tahun ini aku tidak menerima siapapun yang ingin mendekatiku bahkan aku tidak berikan kesempatan kepada siapapun.
Aku berharap dia yang pergi keluar kota itu kembali untuk menemuiku.
Aku hanya berkumpul dengan sahabatku disetiap pekannya untuk mengisi waktu luang, karna disana aku akan sedikit lupa dengan kesendirian yang aku alami.
"Sis, kamu udah dengar belum?" Tata tiba tiba mengalihkan pembicaraan yang awalnya garing.
"Apaan?" Seru kami kompak menatap tata.
"Ali,"
"Ali ... Emang kenapa? Bukannya dia mantan Siska." Lanjut Cika yang membuat aku semakin terpojok.
Tata menceritakan kepada kami semua, tidak aku yakin dia hanya ingin memberi tahuku dengan cara ini. Karena saat dia memulai membahas Ali via chat aku akan membiarkannya atau bahkan mematikan ponsel. Tata kali ini benar benar membuat aku semakin penasaran dengan Ali.
"Apa? dia disini!" Sontak aku kaget saat tata bilang Ali sedang berlibur dan disini saat ini.
"Kamutu masih sayang sama dia 'kan?" Tata menatapku tajam.
Aku beralasan ada rapat, dan pergi meninggalkan mereka semua. Aku tau mereka masih menyadari betapa menderitanya aku ditinggal oleh Ali.
***
Aku memberanikan diri membuka media sosial milik Ali, disana foto profil yang ia gunakan masih dengan gambar yang sama seperti tiga tahun lalu, kali ini entah kenapa aku kepedean karna itu foto aku yang memasangnya. Aku lanjut pengikutnya sudah sangat banyak ribuan mungkin pengikutku masih kalah dengan pengikutnya. Dia ganteng banget. Aku tersenyum tipis menyeringai.
"Permisi mbak mau persen apa?" Seorang pelayang mengagetkanku,
" Eh, itu ... Apa ... eh mm. Pesenam seperti biasa aja." Jawabku kaku seperti sedang mencuri dan tertangkap basah.
Aku kembali membuka ponselku yang tadi aku tutup paksa karna kaget untung saja tidak pecah, mahal nih. Aku melihat pembaruan status dari Ali. Ruangan yang tidak begitu membuat Siska lama memikirkan itu dimana. Ya ada dalam ruangan yang sama denganku.
"Apa ... Dimana?" Melihat keanehan itu aku langsung mencari disisi mana gambar ini di ambil aku sangat yakin gambar yang diambil Ali adalah cafe ini.
Benar saja dia duduk tidak jauh dari ku, aku seketika menundukkan wajahku dan sedikit menutupnya dengan daftar menu.
Dia tampak sangat rapi, wajahnya bersih, cara bicaranya lembut dan duduknya pun gagah. Aku kembali tersenyum akan perubahan Ali yang sangat drastis. Jas hitamnya membuat aku ingin bersanding dengannya.
Tiba tiba aku kesal dengan diriku sendiri. Ali sudah memiliki kekasih kenapa aku harus memikirnya. Kekasihnya sangat baik dan lembut. Aku mengamati mereka dari kejauhan, senyuman dan tawa serta kemesraan yang membuat aku semakin panas. Aku kesal aku putuskan untuk pergi.
"Kak, pesanan saya untuk kakak aja, ntar aku transfer uangnya, aku pergi dulu." Ake pergi meninggalkan cafe.
***
Diparkiran aku masih memikirkan kesalahan karna aku membiarkan dia pergi tanpa menahannya."Apa kabar, Siska?" Sosok gagah berpas-pasan denganku.
"A ... Ali." Aku benar-benar kaget sejak kapan dia pergi hingga saat ini kenapa dia bisa ada di hadapanku sekarang. "Aku ... Baik." Lanjut ku salah tingkah.
Dia membawaku untuk mengobrol di dalam, awalnya aku menolak namun ia memaksa aku menerimanya tapi tidak di cafe dengan alasan aku baru saja dari sana sebenarnya aku nggk mau ketemu pacar baru Ali. Malu banget.
***
Dia membawa minuman kopi, dan bercerita denganku di parkiran , aku sangat canggung.Dia bercerita mulai dari awal dia pergi hingga dia menemukan kekasih disana, awalnya aku mendengarkan dengan terpaksa namun aku tidak bisa menahannya .
"Stop, mungkin kamu emang bukan jodoh aku." Meletakan minuman ke kursi."aku mau pulang." Perlahan aku beranjak pergi.
"Coba aja dulu kamu nggak maksain aku untuk menjadi orang lain mungkin aku akan bertahan sis." Serunya membuat aku berhenti melangkah.
"Seandainya kamu tidak selalu memarahi, tidak mengatakan aku ini jahat, pemalas, bodoh, tidak pernah rapi, kurang disiplin. Seandainya itu tidak kamu ucapkan aku akan bertahan sis." Dia terisak. "Tapi aku tidak menyesal, kamu benar aku bukan tipe kamu. Dan sekarang aku bukan yang dulu lagi. "
"Berhentilah menyesal, kau mantanku jika kau menyesal mengenalku maka angap saja kau tak pernah mengenalku." Jawabku membalikan badan dan kini kami saling bertatapan.
Dia menangis karna aku, entah apa tapi aku benar -benar jahat.
***
Dia hanya ingin berterima kasih padaku karna berkat aku dia bisa menjadi idaman bagi wanitanya saat ini. Namun dia menyesal karna masih mencintaiku.
Ali aku juga tapi jangan lagi aku tidak mau menyakitiku.aku menyuruhnya melupakanku karna aku tidak dapat menerima jika dia harus meninggalkan kekasihnya saat ini.
"Jaga dia, aku akan bahagia."
"Makasih, aku pergi dulu." Serunya membersihkan wajahnya yang basah karna menangis. Lalu dia pergi meninggalkan aku dengan percaya diri.
Aku yakin kali ini dia benar- benar hanya memastikan apakah aku akan memintanya untuk bertahan namun aku menyesal lagi karna membiarkan dia pergi untuk kedua kalinya.
Aku menangis melihat mantanku yang bahagia dengan hubungan barunya.
Kalian tau tidak? Mantan adalah barang bekas yang akan berharga bagi pencinta seni. Ya, aku bukan pencinta seni yang akan membeli hasil seni yang telah dia buat sangat teliti dan dengan sangat baik. Maka inilah alasan aku menolaknya untuk meninggalkan sosok yang membuatnya berharga hanya demi aku yang membuangnya tanpa berpikir panjang.
*The end*
#hwcmenulis
#hwcbeacht03
#kamarkelinciCeritanya ngawur maaf yA.
![](https://img.wattpad.com/cover/249487679-288-k590353.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Antalogi cerpen
Truyện NgắnHWC ( Honnest writer community ) kumpulan cerpen, cerita pendek yang dirangkai dengan harapan yang diawali dengan proses yang panjang. memberi banyak harapan pada rumah kita ini HWC. menberikan cerita penuh harapan membangun rumah dengan sastra da...