Vol.1 Badai gurun ⚓

221 21 10
                                    

"Jerapah gurun! Jerapah gurun!"

Panas terik di daratan berpasir seorang tak menjadi halangan bagi seorang gadis manis dengan topi baret untuk melompat senang, tertawa sembari menghamburkan pasir gurun yang menjadi idaman nya selama setahun ini.

"Akhirnya ... Aku bisa merasakan hangatnya pasir gurun!" gadis itu berjongkok membuat gambar malaikat pasir, sementara dua kakaknya sibuk mengambil gambar, mencari sudut terindah untuk postingan medsos.

"Kak! dimana jerapah nya? Aku tidak lihat sama sekali?" gadis itu mengernyit, berpura-pura meneropong dengan jemarinya, mencari keberadaan mahkluk berleher panjang yang sempat di janjikan kakak nya — Song Mingi — pria yang gemar membual, terutama pada adik bungsunya.

"Dasar! Ayo ambil gambar lebih banyak sebelum mencoba seluncur pasir," usul Song Wooyoung antusias.

Gadis itu mencebik kesal, merasa telah termakan bualan Mingi untuk kesekian kalinya. Ia menggerutu kesal, mendudukan diri di atas gundukan pasir tinggi, dimana mereka akan melakukan seluncur pasir. Diam, memeluk lutut yang terlipat di depan dada, enggan memperhatikan kedua kakak lelakinya itu.

"Hei, kalau kau terus mencebik seperti itu, liburan ini tak akan menyenangkan! Ayo coba berseluncur!" Wooyoung mendudukan diri di atas pasir di samping adiknya, lalu mengusap lembut surai coklat favorit nya itu.

"Aku, kan, kesini ingin melihat jerapah! Kak Mingi terus menipu-ku! Ini semua karna dia ingin ke gurun, kan? Dia tidak memikirkan aku!"

"Hei, sudahlah. Ini sudah terjadi, maka kita harus menikmatinya, ok?" bujuk Wooyoung. Gadis itu mengangguk pelan, lalu meraih jabatan sang kakak kedua.

"Byeol, udah, berhenti gambek nya. Nanti deh kita lihat jerapah. Kalo udah selesai main seluncuran. Tanya aja sama pemandu wisatanya, Jerapah disini cuma di keluarin pas jam makan sore." pria pemandu acara tersenyum canggung, mendengar ucapan Mingi, tak merasa menyediakan jerapah.

Kedua manik gadis itu membulat penuh binar, sementara Wooyoung menepuk kening karna kepayahan si bungsu yang terus termakan omongan Mingi. Mana ada jerapah di gurun.

"Kak, aku ingin coba berseluncur juga, dari tadi kakak terus!" ucap si bungsu merajuk, kedua kakak nya terus berseluncur, mengambil gambar-gambar keren, sementara dirinya hanya duduk menatap sambil sesekali bersorak.

"Bagus! Cobalah!" Mingi membantu si bungsu mengenakan pengait sepatu pada papan seluncur, mengeluarkan ponsel bersiap menjepret wajah-wajah terciduk si adik.

"What!!" Wooyoung spontan menutup mulut tak percaya, bukannya meluncur, Byeol justru jatuh berguling menuruni bukit hingga tubuh mungilnya terbalut pasir.

Kedua pemuda itu tak hentinya tertawa heboh, terpingkal hingga duduk menahan sakit perut. Namun pemandu wisata tampak panik, berusaha turun karna tak jauh terlihat badai gurun yang muncul secara tiba-tiba. Pasir menggulung besar, dengan kabut gelap.

Byeol yang panik berusaha memanjat, tetapi usahanya sia-sia, karna pasir terus melorot. Sial sekali karna hari ini ia menggunakan kaos oversize yang membuat dirinya semakin sulit menahan angin. Tubuhnya terseret, tangisnya pecah, memanggil kedua kakaknya yang mencoba turun dan mengejar nya.

"Byeol …!" Wooyoung berteriak histeris, memukul pasir frustasi. Pemandu wisata menyarankan untuk memanggil tim darurat, ketika tubuh gadis itu sepenuhnya tergulung kabut pasir.

"Kita harus menyelamatkan diri sekarang, nanti kita panggil tim darurat," usul pemandu wisata yang membawa Wooyoung dan Mingi menjauh dari area gurun.

"Tidak, jangan lakukan penyelidikan."

"Apa yang kau pikirkan? Byeol hilang! Bagaimana kita bisa pulang tanpa dia! Kau ini idiot atau apa?" Manik mata Wooyoung memerah, tak kuasa menahan tangis. Langkahnya terasa begitu berat, mengingat betapa bersemangatnya gadis itu untuk pergi berwisata, dan bagaimana mereka menikmati momen singkat tanpa tau apa yang akan terjadi.

[Hoongjoong] PIRATE KING (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang