Mingi menghentakkan kaki kesal. Sejak subuh ia berada di pohon pengharapan bersama Wooyoung. Pemuda jakung itu mengancing jaket karna udara terlalu dingin, tak hentinya berjalan mondar-mandir, sesekali menatap ponsel dengan detik jam yang seolah tak bergerak. Persetan dengan dirinya yang terlihat seperti apa, sumpah Mingi sudah tak tahan untuk bersikap seolah tidak panik.
Di punggung ia membawa ransel kucing adiknya yang sempat tertinggal, bingung harus bagaimana. Jelas Byeol tak bisa selamat ketika tubuh mungilnya terbawa badai yang pergi entah kemana, tapi mempercayai dukun yang juga temannya memaksa pria itu kembali duduk di samping Wooyoung.
"Ini masih subuh Kak,mungkin temanmu itu datang agak siang."
"Entahlah, tapi aku tidak bisa menunggu. Kau disini saja menunggu, biar aku akan pergi mencarinya sendiri."
"Tidak. Aku ikut!"
"Kau tau, bukan apa-apa bagiku untuk menjelajahi gurun ini. Sudahlah, kau disini menunggu Byeol."
"Tidak mau! Aku mau pergi. Kalau kakak tak mengijinkan, aku tetap akan pergi juga!" Wooyoung melangkah mendahului Mingi, menggunakan ponsel sebagai senter.
Kedua pria itu saling mendorong, lalu merangkul, menoleh pada cahaya jingga di ujung timur yang semakin membesar. Keduanya terperanjat, sontak menghentikan langkah. Mingi mengambil beberapa selfie bersama Wooyoung. Namun, yang lebih muda mengerucut kan bibir kesal.
"Bagaimana kita sebahagia ini? Sedangkan kita tidak tau dimana keberadaan Byeol," lirih Wooyoung dengan suara bergetar jelas.
"Kau ingat kata Hwanwoong, dia lebih dari yang kita bayangkan. Byeol bersama perompak gurun dan yang terpenting, mereka merasa nyaman satu sama lain. Apa kau pikir dia akan kembali? Memangnya sebaik apa kita merawatnya. Mungkin perompak gurun itu lebih kayak dari kita." MinGi menjatuhkan diri berlutut, mengacak rambut frustasi. Ada banyak ketakutan dalam kepalanya saat ini yang tak mampu ia ungkapkan di depan si adik.
Wooyoung duduk di samping Mingi, memeluk lutut, lalu menunjuk sebuah pohon besar di yang tak jauh. Terlihat sangat tua, teyapi tak mengalami kekeringan dan tumbuh dengan baik di pinggir gurun.
"Ayo berteduh disana! Ini mulai panas," tunjuk nya seraya berlari.
Mingi melangkah malas mengikuti yang lebih muda. Ia bahkan tak bisa menikmati sinar hangat matahari pagi, apalagi menatap wajah lelah sang adik. Hatinya sakit melihat wajah lemah itu, seolah tak memiliki harapan apapun, dan dia pun sama.
⛵⛵⛵
"Tadi aku melihat mereka berpelukan," San berucap serius.
"Semalam juga," Seonghwa menimpali.
"Kapten Hong akan merasa kesepian setelah kepergian Byeol. Benar, kan? Kenapa dia tidak menahan nya saja?" jemari lentik Yeosang Mengetuk-ngetuk meja di hadapan mereka, memijit kening seolah sedang berpikir keras.
"Setelah ini kita pasti akan berpisah, kan? Jika tubuh kapten Hong terbangun semua ini akan hilang. Mungkin kita juga akan kembali ketempat asal yang mengerikan itu. Dan dimana kak Yunho? " Si termuda menoleh kesana-kemari mencari sosok jakung yang tak ikut berkumpul.
⛵⛵⛵
Byeol merentangkan tangan, menatap hamparan Gurun. Hatinya tak sabar untuk bertemu dua sosok yang telah di janjikan Hongjoong. Semalam pria itu melacak keberadaan Mingi dengan teropong yang katanya ajaib, dan akhirnya pria itu memang menemukan titik keberadaan Mingi dan Wooyoung.
"Seandainya ini pemandangan laut, pasti akan lebih menyenangkan. Aku suka laut," Byeol berbalik, menatap manik kelam Hongjoong yang menjadi favorit nya—entah sejak kapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Hoongjoong] PIRATE KING (End)
FantasíaByeol - kembali termakan kebohongan sang kakak untuk melihat jerapah gurun. Namun nasib buruk menata perpisahan, memaksanya menjadi tawanan perompak gurun yang diketuai, Kim Hongjoong. Perjanjian sepihak di buat, agar Byeol bisa kembali pada kedua k...