Vol.4 Kejutan keberuntungan ⚓

52 11 2
                                    

Byeol duduk di dek depan, menikmati hembusan angin yang terasa hangat . Perempuan itu mulai bosan, entah kemana tujuan kapal ini, dan kapan akan berlabuh. Setelah mendapat topi dan kipas dari Seonghwa, ia menjadi lebih baik. Menurutnya, pria dengan wajah tirus itu yang terbaik di dalam kapal ini.

Isi kepala seolah berputar, tak hanya memikirkan kedua kakak nya, sekarang senyum si Kapten mulai menyeruak. Mencari celah terkecil dalam ingatan.

"Akh!" Gadis itu memukul kepalanya sendiri, menolak pikiran baru yang mendominasi. Baginya, memikirkan Kapten payah menjengkelkan itu adalah sebuah kesialan.

Jongho duduk di samping, memberikan segelas jus, ikut memandang lurus ke depan. Hanya ada hamparan gurun yang luas seolah tanpa ujung. Sebuah pemandangan yang membosankan untuk Byeol, meski baru menjadi penghuni kapal ini.

"Kapan kapal ini akan berhenti?" tanya Byeol.

"Tidak pernah. Kau kira di gurun ada pelabuhan? Jangan payah. Lagipula kapal ini melayang, jadi tak akan pernah berhenti."

Gadis itu spontan menoleh dengan raut bingung. Kedua maniknya melebar dengan wajah putus asa. Matahari mulai turun di sisi barat, tapi tak ada tanda-tanda dari kedua kakaknya. Byeol menghembuskan nafas panjang, putus asa. Lagipula, kedua kakaknya tak mungkin bisa menemukan perompak dengan kapal hantu ini.

"Mungkin dia sengaja ingin memperbudak aku. Lihat! Aku adalah satu-satunya perempuan disini. Habislah hidup ku," gumam Byeol.

"Hei ... Berada di kapal ini tidak buruk. Kenapa kau menangis?" Jongho tersenyum, mengulurkan sapu tangan, "kau pasti merindukan kakak mu, kan."

"Kami hidup sebatang kara, kedua orang tua kami meninggal karna di rampok," jelas Byeol. "Kak MinGi bekerja keras untuk ku dan Kak Wooyoung. Meski dia sering membohongi kami, aku tidak mau berpisah dari mereka."

"Sudahlah. Bagus juga menjadi satu-satunya perempuan disini, Kapten Hongjoong  bisa memberikan mu apapun. Emas, berlian, pakaian mewah dan kemanapun kau mau, dia bisa mengabulkannya."

"aku tak berharap banyak darinya. Aku tak butuh semua itu di tengah gurun seperti ini!" ketus Byeol seraya beranjak, memegangi perut, berjalan pelan menuju dapur.

Pria Hong masih menatap dari tiang utama, menyugar poni kebelakang dengan jemarinya. Merasakan hembusan angin, seraya menatap cincin pada jari tengah.

Hongjoong melepas semua cincinnya, kecuali satu. Ia menatap lekat pada benda kuno itu. Kalau dipikir lagi, jari di bawah meja itu berasal dari tawanan yang di eksekusi karna tak memiliki harta apapun yang bisa dijarah. Namun, ternyata dia punya cincin kuno dan tak mengatakan itu? Dasar!

"Akh! Perutku sakit ... Aw!"

Hongjoong menoleh pada sosok mungil yang berguling-guling sembari memegang perut, mengeram, menjerit tak karuan di lantai dapur. Bagaimana bisa ia mengabaikan kehebohan di kapal ya yang selalu damai dan tenang.

"Ada apa ini?" tanya Hongjoong seraya berjalan mendekat.

"Tolong hentikan kapal nya! Perutku sakit. Kau tau ... Aku belum berak dari kemarin! Apa kalian tidak seperti ini, huh? Kalian ini orang atau apa!" tangis Byeol.

Tawa menggelegar sang kapten membuat kapal berhenti seketika. Ia menghela nafas, berjongkok menyamakan tinggi dengan Byeol yang terduduk diam. Cengkeraman Hongjoong pada rahang tirus si gadis semakin mengerat, menatap tajam lalu beranjak pergi.

"Kau bisa berak di belakang kapal, jangan lama-lama, nanti kapten meninggalkanmu!" San mengulurkan segulung tisu toilet yang cepat di raih Byeol. Gadis itu berlari tergesa, menoleh kesana-kemari memastikan tak ada yang mengintip.

[Hoongjoong] PIRATE KING (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang