Dari kejauhan lamat-lamat terlihat sosok familiar yang berjalan sambil menggendong pria lain yang lebih mungil. Byeol terbelalak setengah tak percaya, benarkah akhirnya mereka berkumpul lagi?
Gadis itu berlari, melambai sambil berteriak memanggil Mingi yang berdiri mematung tak percaya, mempercepat langkah, menurunkan Wooyoung dengan spontan, lalu memeluk adik bungsu nya dengan rasa haru yang meluap-luap.
"Maafin Kakak! Semua ini memang salah Kakak, kamu gak apa-apa, kan?" pria itu memeluk erat adiknya, begitu pula Wooyoung.
"Aku sudah melihat jerapah gurun nya, jadi jangan khawatir. Ayo! Kita bisa pulang dengan mengikuti jejak yang tadi kakak tinggalkan," Mingi spontan menoleh kebelakang, memastikan jejaknya tak tersapu angin. Pria itu mengangguk, kembali menggendong Wooyoung yang tak lagi mampu membawa tubuhnya sendiri.
Pada kenyataannya, jejak Mingi sudah pasti tersapu angin, dan Byeol tau bahwa jejak itu milik Sang Kapten yang membantunya untuk keluar dari gurun. Dalam hati, perempuan itu Hanay berharap mereka bisa sampai dengan selamat, dan kembali berkumpul.
Keduanya tertawa penuh kasih, sesekali Mingi mengelus pucuk surai Wooyoung, memastikan pria itu masih sadar. Mengusap kasar air mata haru yang tertahan di pelupuk matanya.
"Kakak pikir kau akan tinggal bersama mereka, karna-"
"Mana mungkin aku bisa! Kalian adalah keluarga ku."
"Ngomong-ngomong apa ada dukun yang datang menyelamatkanmu, hmm? Mereka memakai pakaian hitam dengan kuda? Kakak mengirim mereka untuk menyelematkan kamu." Byeol menoleh, mengernyit bingung.
Jangan-jangan ... Gadis itu ganay dapat terpikir pasukan hitam berkuda kala mendengarkan penjelasan kakaknya barusan. "Apa? kakak yang memanggil mereka? Apa kakak yang memberitahu keberadaan kami?" gadis itu menghentikan langkah, mendongak menatap kesal pria di hadapannya.
Mingi tersenyum kaku, tak mengerti sikap adiknya, gadis itu terlihat sangat kesal dan marah. Bukankah bagus kalau dukun itu datang menyelamatkan, nya? Karna, hanya itu yang bisa ia lakukan.
"Asal kakak tau! Mereka hampir membunuhku! Pedang nya yang penuh darah itu mengerikan!"
"Benarkah," Mingi menarik wajah Byeol, memastikan tak ada luka. Ia memutar tubuh mungil adiknya dengan satu tangannya, sementara satu tangan lainnya menahan tubuh Wooyoung. Ia menghela lega mengetahui keadaan gadis itu baik.
Sesekali ia berlari, mengabaikan dirinya yang mulai terengah, kelelahan, kehausan, dan putus asa. Meski perasaan nya tenang karna Byeol kembali, tapi keadaan Wooyoung semakin memburuk. Haruskah ia kehilangan salah satunya? Bagaimanapun Mingi terlalu egois untuk melepaskan dua sosok yang begitu disayanginya.
"Bagaimana ini? Wooyoung mulai tdiak sadarkan diri." Mingi menepuk pelan wajah adiknya itu. "Wooyoung, bangun! Jangan tertidur, tetap jaga dirimu untuk sadar, kita akan segera sampai."
⛵⛵⛵
Kenangan mengambil ruang dalam memori, meski tak bisa abadi,
Setidaknya Byeol berusaha untuk tetap mengingat wajah nya. Dan nama-nama anggota pirate yang pernah ia temui. Bagaikan mimpi.Byeol duduk di tepian taman, di hadapannya hamparan rumput hijau dengan beberapa kelinci berlompatan. Namun, bukan itu yang menjadi atensinya.
Gadis dengan rambut hitam panjang itu terpaku pada kanvas di hadapan nya, mencelupkan kuas pada palet warna, sekali lagi menambah detail pada gambar yang terlihat sempurna.
"Ah, aku muak melihat wajah itu! Setiap hari kau menggambarnya tanpa lelah. Cobalah konsentrasi pada ujian kelulusanmu!" kesal Wooyoung yang mengambil gambaran adiknya, takjub pada wajah tampan dalam lukisan itu. Padahal sebenarnya ia hanya merasa sedikit iri pada sosok yang selalu menjadi objek gambaran adiknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
[Hoongjoong] PIRATE KING (End)
FantasíaByeol - kembali termakan kebohongan sang kakak untuk melihat jerapah gurun. Namun nasib buruk menata perpisahan, memaksanya menjadi tawanan perompak gurun yang diketuai, Kim Hongjoong. Perjanjian sepihak di buat, agar Byeol bisa kembali pada kedua k...